Bagunan yang tidak asing bagi Caroline dan Luis itu akhirnya mereka datangi lagi. Rumah keluarga Caroline yang sudah mereka tinggali selama ini sebelum Caroline di buang. Caroline menghela nafas menatap Luis yang memintanya berbalik, ada perasaan menganjal dan Caroline kesal karena hal itu.
Luis datang dengan pakaian lengkap mendekati Caroline yang terdiam di tempatnya. Pandangan Caroline jelas menatap rumah itu dengan tatapan sendu dan Luis langsung menggenggam tangan Caroline erat "apakah kau ingin masuk sekarang" tanya Luis menatap Caroline yang menghembuskan nafas kasar.
Caroline tidak menjawab tapi dia langsung menarik Luis mendekati pagar rumah itu, mereka bisa melihat halaman rumah yang tenang tanpa ada seorangpun di sana. Caroline membuka pagar itu dan langsung melangkah masuk.
Entah kenapa perasaan Caroline sangat buruk sekarang, ini mungkin akan menjadi sebuah kejutan buruk bagi ayahnya. Tapi bagi ibunya mungkin dia akan menyukainya. Caroline menutup matanya sebentar mengingat dia akan bertemu saudara tirinya yang sudah mengambil tempatnya.
Apakah saudara tirinya akan bersikap baik padanya atau malah sebaliknya, Caroline terus menduga-duga akan hal itu tapi dia tidak menemukan jawabannya sebelum bertemu secara langsung. Mereka berhenti di depan pintu rumah yang terbuka memperlihatkan wujud sang ayah yang menggeram marah pada mereka.
"Kalian..!!"
Caroline berdecak kesal menatap tajam ke arah ayahnya yang makin marah, sepertinya dia datang di saat yang tidak tepat. Tapi jika dia terus mengulur waktu, dia tidak yakin akan bisa bertemu ibunya. Entah kenapa itulah yang dia rasakan waktu di asrama selama dua hari.
"Di mana ibu?" tanya Caroline masih berharap bahwa ayahnya mau menjawab.
Caroline semakin kuat menggenggam tangan Luis, dan Luis jelas sadar akan tekanan yang Caroline hadapi. Dia yang Alpha saja masih merasakan tekanan itu, apalagi Caroline yang seorang Omega.
"Ibumu? Bagaimana ya, sepertinya kau harus siap menerima kenyataan jika ibumu mati"
Caroline membeku merasakan tubuhnya yang tidak mampu menahan beban dari kenyataan ini. Dia tidak percaya, ada luka di dalam dirinya namun tidak berdarah. Rasanya sangat sakit dan Caroline langsung meneteskan air matanya begitu saja tanpa dia sadari.
Luis ikut merasakan hal yang sama, ingatan soal ibu Caroline yang selalu baik padanya dan selalu menyuruhnya untuk menjaga Caroline itu membuatnya tidak percaya. Bagaimana mungkin ayah Caroline bisa mengatakan hal seperti itu pada anaknya, jelas pria Alpha di hadapannya ini tidak waras.
Luis bisa merasakan tubuh Caroline yang bergetar dan mulai mendingin dan Luis langsung menarik kerah pakaian ayah Caroline "apa kau gila!!"
Luis tidak peduli jika dia harus bertarung dengan Alpha di hadapannya, asalkan dia bisa melihat Caroline merasa lebih baik maka itu cukup baginya sekarang. Dan Caroline sendiri terlihat begitu tertekan dengan tubuh mematung menatap kosong ke arah bawah.
"Hei.. Tenang Luis, kau itu hanya pesuruh di sini dan sepertinya kau sudah begitu dekat dengan si cacat itu. Ah.. Padahal aku berniat memberikan keluarga Edgar padamu tapi kau sangat mengecewakan dan aku harus membawa anak itu. Bagaimana jika kau melupakan si cacat itu dan kembali tinggal di sini?"
Apakah ayah Caroline memang segila ini, kenapa dia harus melayani pria itu selama ini. Kenapa dia dengan bodohnya selalu menuruti keinginan Alpha ini, padahal dia sendiri juga seorang Alpha dan juga seseorang yang mampu menentukan takdirnya. Dan pria itu dengan mudahnya mengatakan hal gila di saat Caroline ada di sana.
Luis jelas akan menolak, dia tidak mau terus-menerus hidup dalam genggaman pria tidak tau diri ini. Seharusnya dia sejak dulu melawan supaya semua ini tidak terjadi. Caroline akan terus bahagia lalu ibu Caroline juga tidak akan mati walau memang mereka akan tetap di buang.
Tapi itu lebih baik dari pada mereka merasakan hal memuakkan seperti ini, Luis memukul rahang sang Alpha mengabaikan Caroline yang terlihat mengatakannya untuk berhenti. Tidak ada yang bisa mengatur dirinya dan Luis akan melakukan apa pun untuk melampiaskan amarahnya.
Terus dan berulang kali Luis memukul ayah Caroline, tidak ada ampun baginya. Sampai ayah Caroline mulai melawan, pertarungan itu terjadi. Tidak ada yang mau mengalah menciptakan sebuah pertarungan yang tidak akan pernah berakhir sampai amarah Luis padam.
"Cukup..!!" teriak Caroline, namun tidak ada yang mendengarkannya.
Caroline masih terus berusaha menghentikan mereka berdua, jelas Luis akan kalah dalam kekuatan. Walau Caroline tau Luis sudah berlatih selama dua hari ini tapi tetap saja ayahnya bukan tandingan Luis. Dan Caroline tidak ingin kehilangan sekali lagi, cukup ibunya jangan Luis juga.
Terdengar suara langkah kaki yang mendekat mengabaikan pertarungan antara kedua Werewolf di sana. Pria itu mendekati Caroline yang masih berusaha menghentikan pertarungan itu. Dia melirik wajah Caroline yang begitu kacau namun terlihat begitu cantik baginya.
Pria itu tertawa kecil sebelum menarik tangan Caroline dan melesat cepat meninggalkan tempat itu. Luis tidak menyadarinya dan hal itu lebih memudahkan pria itu melakukan aksinya.
"Lepas!!" Caroline berteriak, dia tidak bisa melihat siapa orang yang membawanya tapi dia jelas mencium aroma Alpha di tubuh pria itu.
Tubuhnya langsung di dorong ke arah tempat tidur, tempat ini adalah kamar tidur Caroline dulu. Rasanya sungguh lucu dia bisa kembali ke sini tapi bukan itu yang penting, melainkan pria Alpha yang mengunci pintu kamar itu membuatnya takut.
"Siapa kau!? Dan apa maumu!?"
Pria itu tertawa dan berbalik menunjukkan wajah pria muda yang Caroline yakini sebagai adik tirinya. Apakah dia tidak salah menduga jika yang membawanya adalah adik tirinya. Sepertinya orang di rumah ini memang gila semua, termasuk adik tirinya huh...
"Malam kakak" ucap pria itu tersenyum lebar menunjukkan wajah manis yang terlihat begitu memuakkan bagi Caroline.
"Akhirnya aku bisa bertemu kakak, kenapa hari itu kakak kabur jika saja kakak tidak kabur pasti kita bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi" pria itu mendekat membuat Caroline sadar jika ada yang aneh.
Ini lebih buruk dari ayahnya "menjauh kau dariku!!"
"Sejak melihat kakak bertarung dengan ayah aku jadi tertarik dengan kakak dan aku tau jika kakak akan ke sini. Apakah kakak suka hadiahku?"
Pria itu menyentuh dagu Caroline dan juga mengunci pergerakan Caroline dengan sangat tenang. Caroline memberontak tapi kekuatannya jelas kalah dari seorang Alpha. Tapi dia berusaha menghindari tatapan pria itu, Caroline tidak mengerti jalan pikiran pria gila itu tapi Caroline seperti melupakan sesuatu yang penting. Sesuatu yang di katakan sebagai hadiah dari pria gila itu.
"Aku yang membunuh ibumu kakak"