Suara mesin mobil bagaikan musik di jalan yang penuh akan para manusia. Mobil dengan berbagai merek dan warna itu menjadi tempat balapan bagi Caroline dan Luis. Keduanya memang ikut sebuah club untuk bersenang-senang. Tatapan Caroline jatuh pada sekumpulan gadis dengan pakaian yang kekurangan bahan.
Mereka semua adalah manusia, dan mereka yang ada di sini tidak mengetahui status mereka. Kecuali sebagai teman dalam club, dan Caroline langsung menyapa dua gadis yang menjadi teman dekatnya. Tentu saja teman di sini bukan artinya bisa di katakan sebagai teman yang baik.
Mereka sama-sama berteman hanya untuk kesenangan, bukan untuk sebuah ikatan "apa kabar" ucap Caroline mendekati mereka di ikuti Luis di belakangnya.
"Oh.. Lucy"
Nama samaran adalah sebuah ketentuan wajib di dalam club ini, bahkan Luis juga memiliki nama samaran sendiri. Jika Caroline adalah Lucy maka Luis adalah Jens. Tidak ada alasan khusus mereka memiliki nama samaran itu, mereka hanya merasa tertarik dan menyukainya saja.
Bahkan tidak ada yang tau asal dan keluarga para member club di sana selain diri mereka sendiri. Dan itulah yang menguntungkan Caroline dan Luis berada di club ini.
"Kekasihmu makin tampan saja"
Caroline tertawa melirik Luis yang jelas mendengar bisikan gadis itu. Sebagai keturunan manusia serigala memiliki pendengaran yang tajam adalah keberuntungan mereka. Jika bertanya alasan Luis di sebut sebagai kekasih Caroline tentu itu keinginan Luis.
Dia tidak mau ada pria buruk yang mendekati Caroline, dan dia memperkenalkan dirinya sebagai kekasih sejak pertama. Dan Caroline terlihat terkejut awalnya tapi dia mulai terbiasa akan panggilan kekasih dari teman-temannya di club.
"Oh.. iya siapa lawanku nanti" tanya Caroline mengalihkan pembicaraan.
"Oh.. kau tidak akan bertanding dengan kekasihmu lagi, bukankah kemarin kau kalah makanya datang ke sini lagi?!"
Caroline hanya tersenyum miring dengan manik yang melirik Luis. Rasanya dia kesal akan ucapan wanita di hadapannya itu. Tapi hal ini sudah menjadi kebiasaan di sini, jadi tidak ada alasan Caroline untuk merasa tersinggung. Bahkan Luis sampai harus menahan tawanya walau harus mendapatkan tatapan tajam dari Caroline.
"Kekasihku ini memang pelupa, tenang kami akan balapan bersama nanti"
Luis maju merangkul bahu Caroline yang masih terlihat kesal, walau begitu Caroline hanya pasrah dan tersenyum lebar ke arah wanita di hadapannya.
"Ho.. ho.. kalau begitu semoga beruntung Lucy"
Kedua wanita itu mengedipkan maniknya dan langsung pergi meninggalkan sepasang kekasih bohongan itu.
"Kau kesal huh.." tanya Luis menatap manik biru Caroline yang menatapnya dingin.
"Sudahlah diam saja!!" sahut Caroline menunjukan sikap kesal.
Bahkan Luis sampai tertawa melihat tingkah sepupunya yang selalu lucu di matanya. Sikap sok kuat dan dingin yang selalu Caroline perlihatkan hanya sebuah kebohongan semata. Caroline tidak lebih dari gadis manja yang menginginkan sebuah kasih sayang dan cinta. Tapi Luis tidak yakin Caroline akan menjadi sama setelah dirinya di buang besok.
Ada perasaan mengganjal akan hal itu tapi Luis hanya bisa berharap Caroline tidak berubah barang sedikitpun. Dia masih ingin melihat sepupunya yang manja dan manis padanya. Katakan bahwa dia egois tapi dia merasa berguna sebagai sepupu Caroline hanya karena bisa membuat gadis itu tersenyum dan tertawa.
Karena Luis tau bahwa hanya dirinya yang sangat dekat dengan Caroline, dan dirinyalah yang menjadi tongkat bagi Caroline. Jangan katakan ini sebagai sebuah cinta yang melewati batas, hanya saja Luis melakukan ini karena dia melihat semuanya.
Perlakuan orang tua Caroline yang seakan menganggap Caroline tidak berharga sama sekali. Dia yang tidak memiliki orang tua saja merasa bahwa Caroline tidak jauh berbeda dari dirinya. Ini hanyalah sebuah rasa kasih sayang di antara kedua orang yang hidup dalam dunia kejam ini.
"Oke.. oke.. bagaimana jika kita bersiap sepertinya banyak orang yang menantikan pertandingan kita"
Luis membawa Caroline menuju mobil mereka yang sudah berada di garis start. Semua orang bersorak dan Caroline langsung menunjukan sebuah senyuman miring membuat Luis terkekeh dan melayangkan sebuah kecupan di pipi Caroline. Suara sorakan itu menjadi lebih keras tapi Caroline langsung menatap Luis tajam.
Walau begitu Luis malah tertawa dan langsung melangkah menuju mobil sport berwarna hitam miliknya. Caroline mendengus dan langsung memasuki mobil sport bewarna biru gelapnya. Seorang gadis menuju ke tengah-tengah mobil mereka dengan membawa bendera. Wanita itu memberikan kedipan kepada keduanya.
"Siap!!"
Keduanya langsung memberikan isyarat bahwa mereka siap.
"One.."
"Two.."
"Three.. Go.."
Suara tepukan adalah awal keduanya melajukan mobil sport milik mereka masing-masing. Caroline merasa senang bahkan dia tersenyum melirik mobil Luis yang berada di sebelahnya.
Kedua mobil itu saling menyalip tapi Caroline lebih cekatan untuk membuat Luis kesulitan. Tapi bukan Luis namanya jika bisa mengalah begitu saja, walau mereka sepupu tapi tetap saja keduanya selalu adil dalam hal ini. Tidak ada kawan jika di atas jalanan.
Dan keduanya akan mempertaruhkan segalanya di sini. Bukan hanya sebuah kemenangan tapi sebuah kesenangan tersendiri bagi mereka berdua. Lagi-lagi Luis bisa menyalip Caroline dengan kecepatannya. Jalanan yang lurus membuat mereka terlihat bersemangat, sampai mereka di hadapkan dengan belokan.
Bukan belokan tajam tapi mampu membuat Caroline merasa kesulitan hanya karena Luis yang memblokir jalannya. Caroline kesal tapi setelah belokan itu dia kembali melaju dengan cepat, dan Luis langsung tertawa melihat hal itu. Garis finish sudah terlihat dan kedua semakin mempercepat laju kendaraan mereka.
Dan Luis terus mencoba memblokir jalur Caroline tapi Caroline tidak kehabisan ide, dia tentu sudah hafal dengan gaya balapan sepupunya itu. Dia menekan rem mobilnya membuat Luis kebingungan sampai Caroline kembali menarik tuas mobilnya. Mobil biru gelap itu melaju dengan cepat melewati mobil hitam milik Luis.
Luis terkejut saat Caroline memberikannya sebuah senyuman kemenangan padanya. Apalagi saat mobil Caroline berada tepat di depan mobil Luis. Keduanya masuk ke garis finish dengan Caroline yang pertama. Caroline turun menatap Luis yang baru saja turun. Suara sorakan dan tepuk tangan memenuhi tempat itu.
"Lucy, kau yang terhebat!!"
Caroline hanya tersenyum mendengar hal itu sampai Luis mendekat dan kembali merangkul bahunya.
"Tentu saja kekasihku itu hebat" ucapan Luis membuat Caroline menatapnya jenuh akan sikap sepupunya itu.
Lagi-lagi Luis bersikap seperti tidak ada kejadian apa pun, apakah ini hanya perasaannya saja atau memang kenyataannya Luis seperti ini. Tapi Caroline tidak peduli, karena dia merasa senang bisa kembali mengalahkan Luis. Dan menurutnya ini sudah cukup walau akhirnya dia akan di buang oleh keluarganya besok.
'Iya ini sudah cukup!'