Di dalam kamar bernuansa putih itu terdapat seorang perempuan dan seorang pria yang tengah terduduk di atas tempat tidur. Pria itu tengah menenangkan perempuan yang dia peluk saat ini. Sesekali terdengar suara isakan yang tertahan tapi pria itu hanya bisa mengelus surai hitam panjang milik sang gadis.
Tidak ada suara selain isakan yang tertahan dari bibir gadis itu. Semuanya masih terasa berat baginya, dia hanyalah Werewolf yang belum bertemu inner woflnya. Tapi ayahnya menganggap dirinya adalah kegagalan yang tidak pantas ada di sini. Dia tau, sangat tau jika keluarga ayahnya adalah keluarga serigala terpandang.
Bahkan dia yakin jika ayahnya akan segera membuangnya, seakan dirinya memang bukanlah bagian dari keluarga ini. Air matanya terus mengalir dengan pemikiran yang terus menumpuk akan hal-hal yang bisa saja terjadi padanya. Apakah dia tidak pantas bahagia, apakah dia hanya terlahir untuk merasakan hal buruk seperti ini.
"Caroline" Panggil Luis lembut.
"Maaf.."
Caroline mendongak menatap manik coklat kemerahan milik Luis yang terlihat sedu. Padahal bukan sepupunya itu yang salah tapi kenapa malah dia yang meminta maaf. Dan Caroline langsung menggeleng dengan pelukan yang dia lepas perlahan. Tangan kecilnya meraih tangan besar milik Luis, dia genggam dengan sebuah isakan yang mulai reda.
"Kehadiranmu di sini adalah sebuah kebahagiaan untukku"
Caroline seakan kehilangan sebuah rasa percaya diri di saat Luis meminta maaf. Harusnya dia berterima kasih akan Luis yang mau hadir di hidupnya selama ini. Jika tidak ada Luis, Caroline tidak yakin apakah dia bisa melewati semua masalah ini sendirian.
"Terima kasih" Caroline menunjukkan sebuah senyuman yang sangat manis bahkan Luis sampai terpana menatap senyuman cantik sepupunya.
"Jangan berterima kasih padaku" Sahut Luis menatap Caroline yang menggenggam tangannya kuat.
"Akh.. kau gila!!"
Luis terlihat kesakitan di saat kuku panjang Caroline membuat tangannya kemerahan. Caroline tertawa menatap Luis yang mengibaskan tangannya dengan heboh. Walau dia seorang Alpha tapi tetap saja dia akan menjadi seorang sahabat dan sepupu yang baik untuk Caroline. Ah.. tidak, lebih tepatnya mereka adalah keluarga sekarang.
"Maaf" Caroline meraih tangan Luis dan meniup perlahan bekas merah yang dia sebabkan tadi.
"Apakah sesakit itu?"
Rasanya dia hanya melakukannya dengan pelan karena kesal dengan ucapan Luis tadi. Walau begitu dia malah merasa bersalah karena sudah berlebihan.
"Sudah jangan pikirkan, sekarang kau istirahat saja" ucap Luis menyuruh Caroline untuk berbaring.
Ngomong-ngomong Caroline sudah tidak mengantuk. Apalagi karena dia menangis membuat matanya menjadi terbuka lebar seakan rasa kantuknya tidak pernah ada.
"Kita pergi saja bagaimana? Aku tidak mengantuk?!"
"Tidak!! Aku yakin kau ingin balapan lagi denganku" sahut Luis dengan tatapan tajam mengarah pada Caroline yang berbaring sekarang.
Mereka sering kali balapan mobil di akhir pekan, dan itulah yang menjadi penyebab Caroline tidur jam empat pagi. Bagi gadis itu, balapan adalah hal yang menyenangkan. Hal yang mampu menjadi alasan untuknya melupakan semua masalahnya. Bahkan Caroline berpikir jika balapan adalah hal yang melekat dalam dirinya tanpa bisa di hentikan.
Dan Luis selalu ikut di saat Caroline akan balapan, tentu saja untuk menjaga gadis itu. Walau begitu Luis masih khawatir di saat dirinya melihat Caroline tengah balapan.
"Semalam aku kalah dan aku tidak terima" kesal Caroline mendudukkan dirinya dengan manik menatap ke arah manik Luis.
"Kau terlalu dekat"
Caroline langsung mundur dan terkekeh pelan setelahnya, kadang dia melupakan atensi Alpha di dalam diri Luis. Dan Luis adalah satu-satunya Alpha yang Caroline suka selama hidup di dunia ini. Tapi jika di ingat dia memang tidak pernah bertemu dengan Alpha lain selain Luis dan ayahnya.
"Baiklah tapi ini yang terakhir"
Caroline terlihat senang dengan bola mata yang berbinar, bahkan dia langsung berdiri dan melompat di atas ranjangnya. Tidak ada hal yang membahagiakan baginya selain balapan, dan dia sangat senang. Tapi entah kenapa ada yang aneh, apakah itu hanya perasaannya atau memang...
"Malam ini jam sebelas oke"
Manik Caroline menatap Luis yang tengah melangkah menuju pintu, entah kenapa Caroline merasa curiga. Dengan tubuh membatu di atas tempat tidurnya Caroline menyadari kalimat yang di katakan sepupunya itu "apa maksudmu?"
Ucapan Caroline membuat Luis terhenti, dia membalikkan tubuhnya menatap ke arah Caroline yang terlihat kebingungan. Tapi Luis hanya tersenyum, menunjukan senyuman kotak yang menjadi kesukaan Caroline.
Caroline turun mendekati Luis yang tidak mau menatap manik birunya. Dia yakin sepupunya itu menyembunyikan sesuatu "katakan!!"
Bahkan Caroline tidak mampu untuk menyembunyikan emosi yang mulai menguasai tubuhnya. Dan Luis hanya bisa menunduk dengan kata maaf yang terus dia ucapkan. Caroline tertawa sumbang, merasa tidak percaya akan apa yang baru saja dia dengar.
Bukan menjelaskan, Luis hanya terus mengatakan maaf seakan itu adalah hal yang wajar. Padahal Caroline sangat menginginkan jawaban yang sebenarnya. Caroline menyerah dia berbalik dengan tawa yang masih tersisa di bibirnya "pergi!!"
Mendengar hal itu, Luis langsung meraih tangan Caroline menyuruh gadis itu untuk menatap maniknya "aku akan ikut bersamamu Lin, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri" ucap Luis menatap Caroline yang tidak mau menatap matanya.
"Sepertinya aku memang akan di buang!?"
Apa itu sebuah pertanyaan atau sebuah keyakinan yang terlintas di pikirannya. Caroline tidak tau tapi dia merasakannya, merasakan tatapan Luis yang seakan kehilangan. Dan menurutnya ini tidak lucu sama sekali. Caroline tau, dia sangat tau bahwa ayahnya akan berniat membuangnya.
'Keturunan keluarga yang gagal tidak pantas berada di sini' itulah yang dia dengar sejak satu bulan yang lalu. Manik birunya menutup merasakan rasa sakit di buang oleh orang tuanya sendiri. Apa hidupnya hanya untuk di buang, apa memang dia tidak pantas berada di sini. Jika memang iya, seharusnya dia tidak pernah dilahirkan sama sekali.
"Keluar!!" teriak Caroline menyentak tangan Luis yang masih menyuruh dia untuk percaya padanya.
"Tidak Lin! Dengarkan aku!! Kita akan hidup di sana bersama kau tau itukan. Tidak ada orang yang akan menyudutkan dirimu lagi, percayalah padaku Lin"
"Kau bodoh atau apa!! Aku itu cacat siapapun yang tau akan menganggapnya begitu"
"Termasuk kau!!"
Tidak Luis tidak pernah menganggap Caroline cacat, memang Caroline belum bertemu inner woflnya tapi Caroline tidak cacat. Dia percaya bahwa Caroline hanya terlambat bukannya cacat. Dan pemikiran itu tidak akan berubah sama sekali "aku akan menjagamu! Percaya padaku?!" ucap Luis menarik Caroline dalam pelukannya.
Hanya ini yang bisa Luis lakukan sekarang karena dia tidak mampu melawan pamannya 'maaf Lin, tapi percayalah padaku'