webnovel

Penyusup lain?

"Arise."

Setelah kata-kata itu jatuh, seluruh gua bergemuruh. Asap hitam kental memenuhi pandangan mereka dan meresap dari tanah.

Mayat-mayat yang terbaring seperti tenggelam ke lumpur hitam.

Crackle! Crackle!

Terdengar langkah kaki berderak saat sosok hitam satu persatu bangkit. Mereka sudah bukan lagi Klan Iblis, melainkan prajurit abadi karena sosok mereka yang hitam dan banyak celah bercahaya muncul dari tubuh mereka.

Aura mereka yang memancarkan asap hitam juga tidak bisa disembunyikan, semua pasukan berubah menjadi sosok gelap dalam berbagai ukuran.

Karena ruang telah dibengkokkan dan menjadi sangat besar, ruang bawah tanah ini sudah seperti dunia kecil sendiri.

Albions yang menjulang perkasa pun mampu berdiri tanpa menyentuh langit-langit.

Crackle! Crackle!

Langkah kaki mereka seperti pasukan kavaleri yang bergerak serempak, memadukan langkah prajurit dengan suara langkah mereka.

"Kami bersedia tunduk kepada Anda, Monarch!"

Beberapa dari mereka yang mampu berbicara secara bersamaan mengucapkan pujian di depan Ashborn. Mereka semua berlutut di hadapannya.

Ashborn terkekeh, "Hentikan, Tuanmu bukan aku tapi pria itu." Dia mengatakannya sambil menunjuk Asheel. "Aku hanya bagian dari kekuatannya."

Prajurit bayangan yang baru lalu sujud lagi di depan Asheel.

"Ngomong-omong, siapa pemimpin kalian?" Asheel bertanya saat pandangannya menyapu mereka semua.

"Saya, Tuan!"

Salah satu dari pasukan garis depan disana maju untuk menghadap Asheel.

"Siapa namamu saat masih hidup?" tanya Asheel.

"Itu Bellion."

Prajurit bayangan itu menjawab dengan tabah sambil berlutut di hadapannya.

"Bellion!?" Merlin yang mendengar namanya menjadi terkejut, "Kalau tidak salah, kamu telah dihancurkan oleh Indura di bawah kakinya. Bagaimana bisa selamat?!"

"Saya mengambilnya, Merlin-sama."

Prajurit hitam yang menuntun mereka sebelumnya adalah orang yang menjawab.

"Kalian sungguh bergerak cepat..." Merlin menghela nafas.

Dia terkejut karena sosok Bellion saat ini sangat berbeda daripada saat masih hidup. Sekarang, Bellion diselimuti kegelapan di sekujur tubuhnya dan beberapa celah biru bercahaya juga menjalar di beberapa bagian tubuhnya.

"Kamu tahu kelompok orang-orang ini, Merlin?" Asheel mengangkat alisnya sambil menatap Merlin.

"Ya, mereka adalah kelompok dari Klan Iblis yang disebut Six Knight of Black," jawab Merlin.

"Kamu tahu banyak," Asheel menggosok rambut kepalanya.

"Hehe, aku hanya mendengarkan dari beberapa orang." Merlin terlihat senang saat digosok kepalanya.

Ashborn melihat Bellion sejenak dan memiliki tatapan mata yang bernostalgia. Dia menghela nafas, "Aku jadi mengingat Grand-Marshal Grade yang menjadi bawahan kepercayaanku dulu saat aku masih hidup."

Tapi tidak ada yang memperhatikannya, membuatnya menghela napas lebih jauh.

Bellion juga merupakan nama tangan kanannya saat dia masih menjadi Shadow Monarch pertama. Sekarang dia hanya bisa mengenang kenangan itu setelah melihat Bellion yang berlutut di depannya.

Di sisi lain, Asheel menghadap pasukan baru itu lagi setelah puas menggosok kepala Merlin, "Siapa diantara kalian yang juga masuk kelompok itu?"

Segera, dua sosok maju ke depan.

"Saya Dahaaka."

"Saya Pump."

Dahaaka dan Pump berkata dengan khidmat saat berlutut di depannya.

"Kelompok kalian disebut Six Knight of Black, kan?"

"Ya, Raja!"

"Dimana tiga lainnya?" Asheel merasa boros untuk meninggalkan tiga Iblis kuat lainnya begitu saja, setidaknya dia juga ingin membangkitkan mereka.

Kali ini, prajurit bayangan sebelumnya yang menjawab. "Menjawab, Raja. Dua lainnya telah musnah akibat serangan Suzaku-sama dan Seiryuu-sama. Satu lagi telah ditelan oleh Genbu-sama. Dahaaka pun juga sebenarnya telah tercerai berai tubuhnya, membuat kekuatannya sangat melemah."

"Begitukah?" Asheel mengangkat bahu dan tidak mempermasalahkannya lagi. "Yah, terserah."

Dia lalu berjalan menuju patungnya sendiri dan berdiri didepannya.

"Ashborn," Asheel memanggil dan melambaikan tangannya.

Ashborn berubah menjadi kabut gelap sekali lagi dan kembali ke bentuk pedangya. Pedang itu berada di tangan Asheel dan dia menusukannya ke tanah tepat di depan patungnya sendiri.

Sluk!

Pedang itu tertancap di altar patungnya dan mencuat. Lalu dia berkata pada pedangnya, "Kamu akan menjaga gunung ini selama aku pergi."

Tidak terjadi reaksi apapun, tapi melalui hubungan jiwa mereka, Asheel sudah mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

Dia lalu menghadap ke pasukan bayangan sekali lagi, "Kalian semua akan menjaga hutan ini."

Tanpa menunggu jawaban mereka, Asheel memimpin Merlin dan Ophis keluar dari ruang bawah tanah ini.

Saat berjalan di lorong, Merlin tidak bisa menahan lagi untuk bertanya: "Apakah tidak apa-apa untuk meninggalkan pedangmu seperti itu?"

"Jangan khawatir, aku masih mempunyai banyak pedang yang lebih kuat dari gudang senjataku," Asheel meyakinkannya dan tidak repot-repot untuk memberitahu lebih banyak.

Ophis di sisi lain tahu jika Asheel masih memiliki banyak senjata kuat di gudang senjatanya, seperti Traceless yang digunakan untuk melukai Yukane.

Sebenarnya, dia sendiri tidak tahu kenapa dirinya diseret dalam masalah penstidakstabilan Chaos, namun dia merasa itu lebih menyenangkan dari pada terus berdebat konyol dengan Yukane.

"Tapi, sangat disayangkan monster tokek itu bahkan musnah tanpa menyisakan abunya. Tokek itu bisa menjadi prajurit bayangan yang berharga." Asheel mendesah sambil menekuk kedua tangannya di belakang kepalanya.

"Maksudmu Indura?" Merlin bertanya.

"Ah, apapun kamu menyebutkannya."

"Makhluk itu memang kuat, tapi bukankah Binatang Ilahi lebih kuat?" tanya Merlin dengan bingung.

"Memang, tapi yah aku hanya ingin mengoleksi pasukanku," kata Asheel.

Perkataannya agak keliru dengan tindakannya. Sebelumnya dia telah melepaskan Leviathan untuk mengamuk di Dunia Bawah, namun sekarang dia berkata seperti kolektor sejati.

"Itu belum semuanya, kan?" tanya Ophis.

"Apa maksudmu?" tanya Asheel balik saat dia sebenarnya tahu apa yang dimaksud Ophis.

"Pasukan itu."

Asheel menghela napas, "Ya, yang menjaga hutan sebenarnya hanya prajurit bayangan Normal Grade sampai General Grade."

"Apa klasifikasi itu?" tanya Merlin dengan penasaran.

"Normal Grade, Elite Grade, Knight Grade, Elite Knight Grade, General Grade, Marshal Grade, dan Grand-Marshal Grade." Asheel menjelaskan lebih jauh lagi mengenai seberapa kuat prajurit di setiap tingkatan itu. Kekuatan prajurit bayangan di setiap tingkatan itu menjadi lebih kuat berkali-kali lipat setelah Asheel memegang kekuatan Shadow Monarch, tidak seperti pewaris keuda atau pertamanya.

Merlin mengangguk dan dari waktu ke waktu, dia memiliki mata berbinar-binar.

"Bahkan General Grade sudah memiliki kekuatan yang sama dengan Sepuluh Perintah, dan Marshal Grade bisa setara dengan anak Raja Iblis. Itu menakjubkan!" Dia berseru.

Asheel menggelengkan kepalanya dan mereka tanpa sadar sampai di altar patung Genbu.

Saat berjalan melewatinya, Asheel tiba-tiba menoleh ke patung Genbu saat merasakan sentuhan hubungan dengan patung itu.

Patung kura-kura yang dililit ular itu tiba-tiba bercahaya sebelum Genbu memanifestasikan dirinya.

"Ada apa?" Merlin bertanya dengan bingung.

Genbu tidak menjawab dan merubah tubuhnya menjadi raksasa. Ular yang melilitnya tiba-tiba membuka mulutnya sebelum meludahkan segumpal air liur yang besar ke tanah.

"Hei, tidak sopan sekali meludah di depan kami!" Merlin mengeluh saat dia marah pada Genbu.

Asheel memandangnya dengan geli sebelum memperhatikan jika Genbu kembali ke ukuran aslinya dan memasuki patung sekali lagi.

Mereka lalu memperhatikan gumpalan air liur itu perlahan mengalir ke bawah sebelum sosok wanita muda terungkap di dalamnya.

"Kenapa kura-kura itu memberiku wanita ini?"

Asheel tahu siapa sosok itu karena wanita itu adalah orang yang melawan Genbu sebelumnya. Dia sedikit tahu situasi di hutan karena dia cukup banyak menonton pertarungan mereka.

"Dia masih hidup," Ophis tiba-tiba berkata.

"Tapi kondisinya...." Merlin mengerutkan kening di wajahnya yang imut.

Kondisi Galla saat ini sangat mengerikan, kulitnya banyak terkelupas dan bahkan korosi dari pencernaan ular Genbu bahkan membuat tulangnya terlihat. Tapi dia masih hidup entah bagaimana.

Asheel langsung melemparkan segumpal air hijau ke Galla dan itu tumpah di tanah, setelah itu mereka bisa melihat jika tubuh Galla perlahan sembuh dan kembali ke kondisi aslinya. Hanya saja, Galla belum sadar.

Dia lalu berjongkok di sebelahnya dan menampar pipinya hingga merah.

Pa!

"Jalang mana yang berani mengganggu tidurku!"

Galla tiba-tiba bangkit dan mengumpat.

...

Sementara itu, ratusan mil jauhnya dari Gunung Konton.

Dua sosok terlihat terbang dengan kecepatan tinggi di langit. Hijau dan merah muda, hanya itu yang bisa dilihat dari peluncuran mereka berdua.

"Kita hampir sampai, seharusnya ledakan energi yang sangat menakutkan sebelumnya berasal dari sekitar sini," kata Chandler yang sangat sensitif terhadap mana.

Lagipula, dia adalah penyihir terkuat di Dunia Iblis, yang juga menjadi mentor untuk Meliodas.

Cusack yang terbang disampingnya juga mengangguk, "Haruskah kita melawan Dewa baru, Iblis Dot?"

"Tidak, tidak, tidak, kita hanya diutus untuk memastikan keberadaan Dewa baru itu." Chandler menggelengkan kepalanya dan mendesah, "Dan jangan membuatku iri, aku masih harus menyadarkan Meliodas-sama dan menyingkirkan wanita jalang yang menghasutnya."

"Huh, hanya Zeldris-sama yang cocok untuk mewarisi tahta!" Cusack mendengus.

Chandler melototinya sebelum memperhatikan ke bawah, "Oh, sepertinya kita telah sampai. Nah, bagaimana kita akan memastikan keberadaan Dewa baru itu? Haruskah kita menyodok sarangnya?"

"Apapun kita bisa melakukannya."

Mereka berdua lalu memperhatikan sebuah gunung aneh yang menjulang di antara gunung hancur lainnya.

Itu adalah Gunung Konton!

下一章