webnovel

Ayu (Masih) Hilang?

"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor." Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.

Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.

Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.

BURG~~~

Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini.

"Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya? Apakah dia siap mengemban tugas yang terlanjur keluar dari mulut Firman dan tjdak mungkin lagi untuk ditarik secara sadar.

"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau saja menggantikan dirinya mejalani sidang.

"Ba---" jawaban Atthar menggantung ketika Firman berlalu begitu saja meninggalkan dirinya.

Atthar hanya tersenyum masam ketika melihat tingkah Firman yang sedang di buru setan.

Daksa Firman kembali melemah, banyak peluh yang bercucuran di keningnya. Ke mana dia harus memulai pencarian ini? Tidak mungkin dia bertanya lagi pada Mama Kinanti, karena masalah ini pasti akan lebih runyam. Mau mencari Ayu ke temannya, memangnya dia punya berapa teman sih?

Mendadak stimulus otak Firman bekerja dengan sangat baik, apakah ini yang dirasakan Ayu dulu ketika dirinya menghilang? Apakah ini hukum sebab-akibat yang harus dia tanggung? Namun Firman terus meyakinkan dirinya bahwa Ayu pasti baik-baik saja.

Firman melajukan kereta besinya dengan kecepatan yang amat sangat pelan, menyisir kiri dan kanan bahu jalan berharap menemukan sang bidadari hati di sana.

Dua jam memutar-mutar kemudi Ayu tak jua dia temukan, rasa ingin menyerah seakan menggelitik sukmanya. Namun apa yang dirasakan Firman saat ini tidak ada apa-apanya dibanding sakit yang dia berikan pada Ayu, dulu.

"Jangan pergi, sayang! Jangan balas aku dengan cara seperti ini!" ucap lirih Firman.

Drrrt .... Drrrt .... Drrrt ....

Sudah banyak panggilan masuk di ponselnya, tapi tak ada satu pun yang dia jawab. Sampai pada akhirnya dia geram lalu menjawab panggilan masuk tersebut tanpa melihat nama si pemanggil terlebih dahulu.

"Gue lagi usaha nyariin dia, Bar. Lo jangan ganggu gue dong!" gerutu Firman karena mengira yang menelponnya adalah Akbar.

"Ayah, ini Kia!" ucap gadis berusia lima tahun di seberang sana. Tubuh seakan kembali mendapatkan suntikan semangat ketika mendengar suara malaikat kecilnya itu.

"Kia?" ulang Firman dengan penuh antusias.

"Yah, jalan-jalan, yuk! Ajakin Kia ke Mall lagi, soalnya Ibu lagi sibuk," penjelasan Zaskia membuat Firman tercengang tak percaya.

Zaskia bilang Ibu, kan tadi? Ayu kan yang gadis kecil itu maksud?

"Kia telpon Ibu?" Firman berusaha meyakinkan dirinya kalau yang diucapkan Zaskia memang benar Ayu.

"Iya, tapi Ibu bilang lagi sibuk ama Abi," penjelasan Zaskia sungguh adalah kabar yang melegakan hati Firman. Ayu baik-baik saja dan sedang ada bersama Akbar. Mungkin itu alasan Akbar menelponnya sedari tadi untuk mengabarkan keberadaan Ayu.

Setelah berjanji dengan Zaskia bahwa sebentar malam dia akan mengajak lagi anak gadisnya itu Family time, menuruti setiap keinginan gadis kecilnya itu.

Firman memutar setir kemudi ke arah berlawanan, menuju ke perusahaan property terbesar di Indonesia dengan kondisi hati yang tidak lagi temaram. Sesekali dia bersiul layaknya remeja yang baru mengalami kasmaran.

Senyum sumringah dia berikan pada setiap bawahan sang sahabat. Baik Akbar mau pun Ayu telah menitah bawahan mereka menghapal wajah pengacara muda itu dan langsung saja diarahkan menuju lantai tujuh, tempat ruangan Ayu dan Akbar berada.

Firman keluar dari lift tanpa memudarkan senyum manisnya, Akbar saja sampai dibuat bertanya-tanya kesambet apa sih Firman ini? Sambil menggaruk kening Akbar mendekati sahabatnya itu yang dia yakini sedang kerasukan roh halus.

"Lo kenapa ke sini?" tanya Akbar seolah dengan nada menantang.

"Ketemu Ayu lah, mana tuh calon bidadari surga gue?" Firman tak mau kalah, dia sampai berkacak pinggang di hadapan orang nomor dua di Darma Corp itu.

"Ayu? Gue kan nyuruh lo buat nyari dia, dari tadi gue nelpon lo untuk tahu perkembangan pencarian Ayu," daksa Firman kembali melemah, bibirnya serasa keluh, tapi anak sepolos Zaskia tidak mungkin berbohongkan?

"Lo bohong! Zaskia tadi nelpon gue katanya Ayu sibuk kerja bareng lo, lo ngeprank gue, kan?" Firman tak mau kalah dirinya masih menganggap Akbar membohonginya.

"Gue ngeprank lo? Apa untungnya coba?" tanya Akbar dengan nada tinggi. Firman tilik manik mata Akbar lekat-lekat mencari kebohongan yang tak juga dia dapatkan.

Akbar mengerti kalau sahabatnya ini sedang meragukan ucapannya, "Lo ngeraguin gue? Lo bisa sesuka hati menggeledah semu ruangan lantai ini," titah Akbar lalu berjalan masuk ke ruangannya dengan kedua tangannya dia masukkan ke dala kantung celana.

"Zaskia tadi telpon gue, Bar!" Akbar hanya bisa menghembuskan kasar napasnya. Kenapa susah sekali untuk Firman mempercayainya apakah Ayu terlihat seperti orang yang bercanda?

Akbar menjelaskan bahwa yang memberikan nomor Firman pada Mama Kinanti adalah dirinya, awalnya Mama Kinanti pun di buat bertanya-tanya siapakah Ayah yang dimaksud oleh Zaskia, setelah mendapat jawaban dari Akbar barulah nenek Zaskia itu mengerti kalau Ayah yang di sang cucu adalah Firman Afif.

Mama Kinanti pun memaklumi jika Zaskia memanggil Firman dengan panggilan Ayah, karena sebelumnya Zaskia juga memanggil Akbar dengan panggilan Abi.

"Dia ke mana, Bar kenapa belum kembali? Dia nggak ada niat kan untuk ninggalin gue?" tanya Firman dengan nada parau, mata dan hidungnya pun kian memerah.

Jam sudah menunjukkan hampir pukul 12, waktu ishoma akan segera tiba.

"Kita makan siang dulu, kita juga perlu tenaga buat nyari dia," anggukan lesu Firman berikan sebagai jawaban atas permintaan Akbar.

Akbar terus saja menguatkan Firman bahwa apa yang dia pikirkan apalagi takutkan hanyalah bualan semata. Ayu tahu rasanya ditinggalkan tanpa alasan dan dia tidak akan melakukan itu pada orang lain. Cukup saja Ayu sakit, Firman jangan.

Akan seperti apa jadinya jika kedua pria itu tahu kalau Ayu berniat memberikan salah satu organ berharganya untuk pria yang menjadi ayah dari anaknya? Ayu siap melakukan pengorbanan yang besar lagi untuk menyelamatkan nyawa Firman Afif.

Mampukah Firman Afif membalas semua perjuangan Suci Indah Ayu dengan cara terus menjaga dan membagiakan wanita berparas teduh itu?

Bersambung...

下一章