webnovel

Bagian Keenam

Aku terperanjat kaget saat pintu itu tertutup cukup keras. "Astagaa... pintu mahal-mahal malah di rusak. Sayang uangnya kalau gitu."

"Mentang-mentang orang kaya, kalau butuh uang tinggal petik di kebun, main banting-banting aja."

"Tapi, kenapa Kka Gantara kelihatan kaget gitu ya?" heranku sambil mengingat raut muka Kak Gantara tadi.

Ana menatap sekeliling apartemen ini, sebuah apartemen yang begitu amat sepi. Tak terlalu banyak perabotan membuat apartemen mewah ini sangat amat luas.

Aku kembali terpikirkan tujuanku datang ke mari. Aku memegangi kepalaku sambil memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini. Tante Lasmi, maafin Ana ya Tan, Ana ragu buat maju.

Tiba-tiba terbesit wajah pucat, bibir putih, dan mata sayu Tante Lasmi yang menatapku dengan penuh harapan. Sama seperti tatapan terakhir yang ia layangkan padaku di rumah sakit.

"Ya Allah, harus gimana ini? Nanti kalau Tante Lasmi gak tenang gimana? Aku jadi takut, Tante jangan hantui Aku ya."

Aku tiba-tiba merinding setelah memikirkan itu. Aku menjadi kurang nyaman dan kurang suka dengan suasana ini. Tanganku tanpa sadar mengambil minum di atas meja lalu meminumnya, hingga habis tak bersisa.

"Ah.. lega banget," ucapku setelah menghabiskan minum itu.

"Untung ada minum ini, jadi Aku bisa lebih rileks. Oke ayo berpikir Ana. Tapi, kenapa aku .... jadi ragu ya? apa Aku pulang aja terus batalin ini semua?" ucapku bingung.

Sebuah ingatanku ketika hari terakhir Tante Lasmi dan Aku kembali teringat. Entah mengapa setiap Aku mulai ragu, seakan ingatan ku dengan Tante Lasmi selalu terbesit.

"Tapi kenapa Aku tiba-tiba kepikiran waktu sama Tante Lasmi ya?" Aku bertanya-tanya.

Aku menyandarkan punggungku ke sofa. Cukup lama hingga Aku merasakan badanku rasanya gak enak? gak kayak biasanya.

"kenapa jadi gerah tempat ini? Jangan-jangan banyak setan yang ngumpul lagi, astaga...."

"Ih jadi takut Aku di sini sendirian. Aku balik besok lagi aja deh, lagian Kak Gantara gak ada juga di sini," ucapku. Aku mencari tas kecilku yang ternyata terlempar entah kemana saat menghindari Kak Gantara.

Tapi aneh, tubuhku benar-benar panas sekarang, darahku seakan melebar dan mendidih. Aku mengibaskan tanganku sambil terus mencari tasku.

Aku menghentikan gerakan ku ketika sesuatu dibawah sana terasa berkedut. "Astaga ini kenapa?" Aku bertanya-tanya akan anehnya tubuhku.

Aku meraba bawah sofa dan akhirnya tasku ketemu juga. Aku menyesal membawa tas sekecil ini. Tahu gitu bawa tas sekolah aja biar kalau jatuh gak ke selip-selip, nyusahin.

Aku berdiri sambil menahan hal tak enak ini. Kepalaku bahkan sampai pusing karena menahannya.

Sebelum tanganku sampai di gagang pintu, pintu apartemen itu terbuka. "Ngapain Lo masih ada di sini?" tanya Kak Gantara.

Aku mencium kuat aroma tubuh Kak Gantara, parfum miliknya seakan menjadi pekat di hidungku. Kenapa reaksi tubuhku menjadi seperti ini?

Aku menatap Kak Gantara yang ternyata terlihat seperti menahan sesuatu. "Pergi cepet Lo dari sini," ucapnya sambil bersandar dan menunduk.

Aku berpikir hal demikian, tapi sungguh Aku tak kuat lagi menggerakkan tubuhku. Aroma tubuh Kak Gantara seakan mengunci sistem gerakku.

"Gue gak bisa tahan ini Ana," ucap Kak Gantara membuatku kebingungan.

"Ha?" tanyaku dengan polosnya.

Kak Gantara mendorong sedikit tubuhku dan menutup pintu apartemen. Tangannya memegang pipiku dan tiba-tiba benda kenyal itu melumat bibirku.

Kepalaku sudah kosong, Aku tak bisa berpikir apapun lagi. Badanku sangat tak enak dan panas. "Panas...," lirihku di sela ciuman kami.

"Shit, apa yang Lo lakuin Ana?"

"Lo sengaja buat kita kejebak dalam hal ini? Lo bener-bener gila Ana."

Aku sudah tak paham lagi arti kata Kak Gantara. Di kepalaku sekarang hanya sedang memutar memikirkan agar tubuhku tak lagi seperti ini.

"Gue gak bisa nahan ini Ana."

"Ahh..."

Aku mendesah ketika Kak Gantara mencium leherku begitu ganas dan meninggalkan bekas merah di sana.

Tangan Kak Gantara melepas dan membuang tas selempangku, yang ku cari setengah mati. Lalu tangannya menyusup masuk ke dalam kaus yang aku pakai.

Tanganku memegang bahu Kak Gantara mencari pegangan disana. "Ahhh...."

Desahku kembali akibat remasan tangan Kak Gantara. Aku menggigit bibirku, menahan rasa geli akibat tangan Kak Gantara.

Kak Gantara tiba-tiba memegang bokongku dan mengangkat tubuhku menjauh dari pintu. Kepalaku bersandar di atas bahu Kak Gantara dan kakiku melingkar di pinggang Kak Gantara.

"Panas.. Kaakk.."

Itu yang Aku rasakan, bukan lagi panas tapi ada sebuah tarikan dalam tubuhku untuk meminta di 'keluarkan'.

Kak Gantara menjatuhkan Aku di atas kasur empuk dan dirinya melepas seluruh pakaiannya. "Apa yang Kak Gantara lakuin!?" teriakku ketika sadar Kak Gantara yang akan telanjang.

"Bukankah ini yang kamu mau Ana?" Aku menggeleng pelan, ini salah.

"Tapi Ana aku tak bisa menahan lagi," ucap Kka Gantara dengan berbarengan pakaian yang sudah terlepas semua dari tubuhnya.

Aku memejamkan mataku kuat-kuat. "Aammph.. "

Kak Gantara melumat bibirku kembali kali ini lebih agresif. Aku yang masih berusaha mengambil alih kesadaranku mencoba menahan tubuh Kak Gantara.

Rasanya sangat sulit sekali. Tangan Kak Gantara dengan lihai melepas bajuku, membuat diriku setengah telanjang.

"Aah..."

Aku mencengkram kuat bahu Kak Gantara ketika laki-laki itu menurunkan ciumannya dan berada di atas putingku yang sudah tak tertutup apapun.

"Stop Kak... please.."

Kak Gantara seakan tuli. Ia terus melakukan aksinya. Aku air mataku luruh ketika Kak Gantara berhasil melepas semua pakaian ku. Aku ingin memberontak tapi tubuhku justru mulai menikmati ini semua.

Dorongan yang begitu kuat membuat tubuhku sangat amat mendamba sentuhan Kak Gantara.

Tanganku semakin meremas bahu Kak Gantara, ketika ciuman Kak Gantara semakin turun dan turun. Hingga ke pangkal paha ku.

"Kaakhh..."

Aku mengigit bibirku menahan gejolak dalam diriku, ketika lidah Kak Gantara menari di sana. Aku memejamkan erat mataku dan meremas rambut Kak Gantara.

Sebuah rasa membuat dorongan dalam diriku yang memaksa keluar semakin memuncak. "Stoph.. please..."

"Kak..."

Aku tak mampu menahan lagi. Tubuhku langsung lemas, setelah apa yang ku tahan keluar. Kak Gantara menaikkan tubuhnya dan menatap ku lekat.

Aku melihat matanya yang berkabut. Dan ada tatapan tak percaya di sana. Dia jauh lebih tampan dengan keringatnya.

"Lo buat Gue gila Ana. Lo bener-bener buat Gue gila."

Tiba-tiba Kak Gantara kembali menyerang ku. Aksinya semakin menjadi-jadi. Dan apa yang ku takutkan benar-benar terjadi. Kami beradu, kami menyatu dan kami saling melepas.

Aku tak tahu apa yang akan terjadi esok. Tapi ini salah, ini bukan dari bagian niatku datang ke mari. Andaikan aku mampu memutar waktu.

bersambung....

下一章