webnovel

35. Semua Berawal Disini

Setelah perbincangan dirinya dengan Vania entah kenapa. hatinya merasakan sakit. tanpa Vania jelaskan dirinya mengerti apa yang terjadi pada Brian.

Kembali dirinya ingat saat pertemuannya di bandara berapa bulan yang lalu. tanpa sadar manik mereka saling mengunci meski hanya berapa saat namun. namun Zahra melihat perubahan pada diri Brian.

'Dia berubah karena kekasihnya telah mati, bukan karena diriku. dia tidak akan menitikkan air matanya demi diriku, dia hanya menyesali kematian kekasihnya. bukan kematian dirinya

Brian tunggu sebentar lagi waktunya akan segera tiba, aku ajan menghancurkan hidupmu'

Suara Al yang menangis membuat Zahra tersadar dari lamunannya. Zahra mendekati putra semata wayangnya. membawanya kedalam pelukannya.

"Sayang tidur lagi ya, mana ada disini sayang" Zahra membelai rambut putranya, isak tangisnya berlahan menghilang.

Zahra menatap putranya yang kembali tertidur.

"Kenapa kamu menangis Nak, apakah kamu menyayangi ayahmu. sehingga kamu tidak rela mama membencinya"

Zahra mengecup kening putranya. tidak berapa lama dirinya menyusul putranya menjemput impian yang indah.

Keesokan paginya, di Apartemen Zahra di sibukkan dengan berbagai aktifitas. namu baik Zahra ataupun Al terlihat di antara mereka.

Mario mencari keberadaan Zahra dan Al namun batang hidungnya tidak nampak.

"Vania apa Zahra belum bangun?" Mario duduk di ruang tamu dengan secangkir kopi. Vania yang tengah bermain di sosmed berhenti sejenak saat Mario menanyakan keberadaan Zahra ataupun Al.

"Mereka belum bangun Mario, sebentar aku tanyakan pada Erna apakah Zahra seperti ini?" Vania beranjak ke dapur dimana Bi Minah dan Erna tengah menyiapkannya sarapan pagi.

"Erna, apakah Zahra pernah seperti ini? mereka belum bangun entah kenapa aku merasa khawatir?" Vania bertanya panjang lebar pada Erna. namun di jawab dengan seulas senyum dari Erna.

"Nyonyah Zahra, akan terbangun jika Al bangun non Vania. sudah biasa jika Nyonya Zahra libur kuliah dan libur ker..," Erna menghentikan ucapannya dirinya lupa jika mereka tidak boleh mengetahui jika Zahra bekerja.

"Apa maksudmu Zahra bekerja? katakan apakah Zahra kekurangan selama tinggal disini?" Vania membrondong pertanyaan pada Erna sang baby sitter.

"Maksudnya adalah jika aku libur kuliah dan libur kerja kelompok aku akan bangun siang seperti Al" Vania terlonjak kaget saat Zahra sudah berdiri di belakangnya dengan rambutnya yang di sanggul asal tengah menggendong Al yang terlihat manja di pelukan sang ibunya.

"Zahra kebiasaan suka bikin orang jantungan" Vania mengelus dadanya yang kaget bukan main. suara Zahra yang serak membuatnya semakin takut. tidak ada yang tau jika seorang Vania adalah orang yang penakut dengan apapun yang berhubungan dengan hantu ataupun kegelapan.

Al turun dari gendongannya anak kecil itu benar-benar merindukan Mario. berhasil turun dari gendongan Zahra dirinya berlari ke arah Mario. melihat Al berlari kearahnya Mario merentang tangannya untuk menyambut kedatangan Al.

"Papi merindukanmu sayang" Mario memutar tubuh Al ke atas membuat Al tertawa lepas. anak itu merindukan sosok ayah. selama ini Al bertanya tentang ayahnya, namun Zahra menjelaskan jika Ayah Al bekerja di tempat jauh.

Hari ini adalah hari terakhir mereka di Paris, sebenarnya Vania tidak ingin meninggalkan Zahra disana. namun tanggung jawab pekerjaannya tidak bisa berlama-lama dirinya di Paris.

"Zahra jaga dirimu baik-baik, jika libur panjang aku akan kesini menemuimu terlebih pria ganteng ini membuatku selalu merindukannya." Vania mencium wajah Al membuatnya jenggah wajah tampannya kini penuh dengan warna merah milik Vania.

"Aunty ini menjijikan" Al menghapus warna merah pada wajahnya membuat gelak tawa di ruang keluarga. saat ini usia Al genap dua tahun namun kecerdasan melebihi anak seumurannya.

"Aziza aku pulang dulu ya, jaga diri baik-baik" Mario memeluk Zahra, lalu mengusap pucuk kepalanya. Zahra mengerucutkan bibirnya karena rambutnya yang rapih kini berantakan.

"Non Zahra, bibi pergi dulu. bibi menunggu kedatangan non Zahra di kampung" Bi Mina memeluk tubuh Zahra. tanpa sadar air mata Bi Mina menetes, mengingat perjuangan seorang Zahra. menghilangkan rasa trauma bahkan saat dirinya tengah hamil dan hidup di pulau terpencil meskipun. dirinya hidup dengan kemewahan yang di berikan oleh Mario tuan mudanya.

"Terima kasih Bi, Zahra pasti akan kembali hanya menunggu waktu saja Bi" Zahra melepas pelukan Bi Mina dirinya beruntung bertemu dengan orang-orang baik.

Zahra mengantar mereka hingga ke parkiran. tidak lama empat mobil berwarna hitam telah berhenti tepat di hadapan mereka.

Sekitar sepuluh orang keluar dari dalam mobil. mereka menundukan punggungnya.

"Tuan maafkan kami " Mereka tidak ada yang berani mengangkat wajahnya mereka pada Mario.

"Sudahlah, untuk kali ini aku maafkan. tapi tidak ada kata kedua kali" Mario melewati anak buahnya.

"Zahra kembalilah, jangan terlalu lama di luar." Mario tidak ingin melihat Zahra dan Al berdiri di parkiran saat dirinya akan pergi. terlebih Brian memilih tinggal disini. mengingat hal itu membuat Mario merasa was-was. jika Zahra bertemu dengan Brian tanpa dirinya.

Zahra mendekati Mario. kedatangannya kali ini, sedikit berbeda. Mario lebih diam dari biasanya, sikap posesifnya pada Al, awalnya Zahra hanya menganggap biasa namun spa yang di katakan Mario baru saja menambah kecurigaan dirinya.

"Mario apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku? katakan apa ada apa?" Zahra terus mendesak Mario. dirinya ingin tau apa yang di sembunyikan Mario darinya.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya tidak tega melihatmu di luar bersama Al. aku tidak ingin kamu melihat kami pergi hanya itu" Zahra menatap manik coklat milik Mario. dirinya mencari kebohongan namun di tidak ada kebohongan di dalamnya. Namun di balik tatapan mata Mario ada sesuatu yang dia sembunyikan dan itu tidak luput dari pandangan Zahra.

"Baiklah aku akan masuk, kalian kabari jika sudah sampai" Zahra meninggalkan parkiran, Al yang berada di gendongannya melambai ke arah Mario.

Sesampainya di Apartemen Zahra, menuju kamarnya. tanpa sengaja melihat kotak besar yang di berikan Vania semalam padanya. tidak ada niat untuk membukanya. Zahra kembali menyimpan di lemari paling ujung. dirinya tidak ingin melihat kotak itu.

Setelah memandikan Al, Zahra menyiapkan makan siang untuk mereka. hari ini dirinya ada janji dengan Vero di sebuah Mall.

"Erna aku titip Al padamu, jangan biarkan dia bermain di luar. sangat berbahaya bermain di luar" Zahra melihat putranya yang tengah bermain dengan mainan yang di belikan Mario.

"Jangan khawatir Nyonya, aku pasti menjaga Al"

"Baiklah aku pergi dulu Erna" Zahra meninggalkan Apartemennya menuju Mall yang tidak jauh dari Apartemen miliknya.

Sesampainya disana Vero, lebih dulu sampai. sahabatnya ini paling suka jika berkeliling Mall. tidak seperti dirinya yang lebih suka bekerja dan berdiam diri dirumah.

下一章