Dengan langkah pelan, Echa melangkah kan kaki nya memasuki istana tempat ia tinggal bersama Kakak tiri nya yang super tampan dengan paras bak seorang pangeran itu.
Ia melepas sandal jepit yang ia kenakan, agar tak terdengar suara langkah kaki nya. Memastikan sang Kakak tidak mengetahui bahwa dirinya baru saja keluar dengan teman lelaki nya.
Namun, semua usaha nya sia- sia, saat terdengar suara berat yang begitu familiar menyebut nama nya dengan nada datar.
"Dari mana malam- malam begini ?" tanya Nathan membuat Echa terkaget.
"Itu, itu, tadi aku, aku ada urusan sebentar." jawab Echa dengan terbata- bata tubuh nya bergetar menahan rasa gugup dan takut.
Mendengar jawaban Echa yang gugup dengan wajah yang kini memucat, membuat Nathan tersenyum miring, menyadari bahwa Adik nya kini sedang menyembunyikan sesuatu dari nya.
"Apa yang kau sembunyikan dariku ?" Tanya nya lagi, sembari meminum sedikit wine di dalam gelas yang iya genggam di tangan nya.
"Aku tidak menyembunyikan apapun dari kakak." Jawab nya cepat. Namun, ada sedikit nada getar di sela-sela diri nya yang mencoba untuk tenang.
"Tidurlah. Ini sudah larut." perintah Nathan. Dan itupun membuat Echa sedikit merasa tenang karena tenyata sang kakak tidak mempersulit nya.
"Baik kak." Gadis itu melangkah menaiki anak tangga menuju kamar nya.
Sesampai nya di dalam kamar, ia pun menghela nafas dengan lega, sembari menghempaskan tubuh nya di atas ranjang. Ia meraih ponsel di atas nakas, dan mulai memainkan sosial media, ia membuka sebuah aplikasi berwarna hijau, kemudian ia memasuki sebuah obrolan grub yang member nya terdiri dari teman sekelas nya.
Bukan nya membahas soal pelajaran, kini semua murid disana, khusus nya para cewek, sedang ramai-ramai membahas seorang pria dewasa dengan wajah tampan tak terbatas, yang tak lain adalah kakak tiri nya itu.
"Hey, kalian tau tidak, pria tampan itu, kakak nya si Echa, ternyata dia pewaris tunggal dari seorang wanita karir yang terkenal itu, Grace, istri dari konglomerat kaya raya Italia." Kata salah satu dari mereka.
"What? Jadi maksud kamu si om super tampan itu adalah pewaris tunggal keluarga Alano yang terkenal karena bisnis dan cabang berusahaan nya ada dimana-dimana ?" Jawab yang lain nya.
"Iya. Aku dengar-dengar, cabang perusahaan keluarga Alano hampir ada di setiap negara ternama di dunia ini." Sorak yang lain lagi.
"Waaaah, benar-benar lelaki yang sempurna, selain tampan dia juga super tajir, beruntung nya si Echa punya kakak tiri seperti dia,"
"Hayooo siapa yang kemarin ikut-ikutan merundung si Echa ? Pasti nyesel kan ?" Ledek salah satu dari siswa di dalam grub tersebut.
"Tenanglah. Besok kita bisa minta maaf, kita harus bersikap baik pada nya mulai dari sekarang, siapa tau kita di kasih kakak nya yang tampan itu wkwkwkwk" Seraya bercanda.
Membaca isi grub tersebut, membuat Echa merasa muak. Ia pun mengabaikan dengan menutup grub chat, kemudian ia ke kamar mandi, menggosok gigi, mencuci wajah, kemudian kembali lagi untuk tidur.
Ke esokan hari nya, benar saja, saat Echa memasuki kelas, mereka, para siswi mulai mendekati nya, sikap teman-teman sekelas nya sangatlah berbeda dari kemarin.
"Echa, apakah kamu sudah sarapan ? Mari sarapan bersamaku," Ajak seorang gadis dengan sikap sok baik dan lembut.
"Echa, apa kamu sudah mengerjakan PR bahasa Inggris mu? Kalau belum, sini biar aku bantu," Lanjut yang lain.
"Nilai bahasa inggrisku lebih baik, lebih baik aku saja yang membantumu ya, sini, kemarikan bukumu," Pinta yang lain menimpali.
Echa yang melihat kebaikan tidak tulus dari merekapun merasa sangat muak, karena ia tau, mereka melakukan itu, karena mereka menginginkan kakak nya yang sekarang sedang viral di sekolah nya. Semua yang terjadi hanyalah ada udang di balik batu.
"Kalian tidak perlu repot-repot, aku yang akan membantu nya." ujar Alfaro yang kini baru saja tiba disana.
"Ayo Cha," Ajak nya.
Karena merasa malas berada di tengah-tengah murid itu, Echapun terpaksa menuruti ajakan Alfaro, ingin segera menjauh dari para gadis tengil yang mengerumi nya.
"Apa kamu sudah lihat di grub semalam ?" Tanya nya pada Echa, saat mereka telah tiba di sebuah perpustakaan.
Echa hanya menanggapi nya dengan anggukan kepala nya malas.
"Ah para gadis itu, tidak bisa melihat lelaki tampan, bagaimana bisa, sifat mereka langsung berubah saat tau bahwa kamu mempunyai kakak tampan dan kaya raya, tapi syukurlah dengan keberadaan Kak Nathan, sekarang mereka jadi tidak menggangguku lagi, semua teralihkan pada kak Nathan hehe..." ujar Alfaro sembari tertawa cengengesan.
"Kau tidak merasa tersaingi ?" tanya Echa.
"Maksud mu ?"
"Kamu gak cemburu gadis-gadis itu mengejar kak Nathan, dan tidak mengejar mu lagi ?"
"Aku tidak butuh mereka, aku hanya cukup bersamamu saja." ucap Alfaro menggoda.
Echa hanya tersenyum getir, menanggapi ocehan Alfaro.
"Abaikan mereka, mereka hanya ingin memanfaatkan mu." Lanjut nya, mengalihkan pembicaraan.
"Aku tau. Tidak semudah itu, menjadikan ku sebagai batu loncatan mereka untuk menggapai kak Nathan." Ucap nya santai dengan nada datar khas gadis itu.
"Ah benar. Oh ya, mana PR mu ? Biar aku bantu menyelesaikan nya." pinta Alfaro saat teringat niat awal mereka ke perpustakaan tersebut.
"Tidak perlu, aku sudah menyelesaikan nya semalam," jawab Echa mantap.
"Benarkah ? Boleh aku lihat ?" kata Alfaro, ingin melihat jawaban PR yang di kerjakan Echa.
Echapun melemparkan buku ke arah Alfaro tanpa ragu. Dengan semangat Al mulai membuka lembaran buku milik gadis itu, seketika tawa nya meledak lepas saat ia melihat semua tugas yang Echa kerjakan di sana.
"Apa yang kau tertawakan ?" Tanya gadis itu dengan nada sinis.
"Haha hahaha haha... Sebodoh itukah dirimu wahai primadona sekolah ?" ledek Al di iringi tawa geli yang membuatnya hingga mengeluarkan air mata.
"Aiiisssh dasar," umpat Echa sembari melempar sebatang pulpen ke arah Alfaro yang masih tertawa cekikikan.
Terlihat jelas, kedua remaja itu semakin dekat dan akrab. Gadis sedingin es itupun akhirnya dapat membuka diri perlahan di hadapan pemuda yang baru beberapa hari ia kenal.
"Boleh kulihat semua buku mata pelajaran milikmu ?" izin Al setelah reda dari tawa panjangnya barusan.
Tanpa berkata panjang lebar, Echa pun segera melempar tasnya yang ber isikan buku-buku miliknya ke arah Alfaro.
Dengan senyum sumringah, pemuda itu memulai aksinya memeriksa satu persatu buku yang ada di dalam tas tersebut dengan penuh semangat.
Disaat itupun, suara tertawa cekikan itu kembali terdengar di ruang perpustakaan, memenuhi seluruh isi ruangan, membuat seluruh penghuni yang ada disana melihat ke arah mereka.
To Be Continued...
Hai para pembaca novel "Cinta Saudara Tiri" untuk sementara Author gak update dulu ya, karena sibuk banget, kalian bisa baca cerita² Author yang lain dulu yah. Terima kasih.