webnovel

Kembali Pulang.

Ryosuke menatap tajam jalanan di bawah sana. Dia duduk di atas kursi kerjanya dan menghadap jendela kaca besar di ruang kerjanya, memunggungi pintu masuk. Pikiran Ryosuke melayang ke pertemuan dengan Yamada Daichi, Direktur utama dari perusahaan Yamada. Pria yang menjadi kekasih dari cinta pertamanya, Yuya.

Suara ketukan di pintu, membuyarkan lamunan Ryosuke.

"Masuk!" seru Ryosuke mengijinkan siapapun itu yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam kantornya.

Suara langkah kaki berbalut sepatu pantofel, terdengar saat bertabrakan dengan lantai. Namun Ryosuke tak perduli. Dia tetap menghadap ke arah jendela kaca itu. Membelakangi siapapun yang datang ke dalam ruang kantornya. Tapi Ryosuke tahu, siapa yang datang itu.

"Ada apa?" tanya Ryosuke tanpa membalikkan tubuhnya.

Pria yang berdiri di depan meja kerja Ryosuke, menunduk memberikan hormat sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Presdir, ada perubahan rencana tentang akuisisi dengan pihak Korea. Mereka meminta anda untuk datang sendiri menemui Tuan Kim Hyun Joong. Beliau ingin berbicara secara empat mata dengan anda, mengenai akuisisi ini, Presdir." lapor Asisten kepercayaan Ryosuke pada dirinya.

Ryosuke memutar kursinya, berbalik menghadap pada asisten kepercayaannya itu.

"Kalau begitu, atur jadwal dengan Tuan Kim. Aku akan menemui beliau sendiri," perintah Ryosuke pada asistennya.

"Baik, Presdir." Pria itu kembali membungkuk dan berbalik hendak pergi.

"Honda," panggil Ryosuke.

Honda, asisten Ryosuke, menghentikan langkahnya. Dia kembali menoleh ke arah Ryosuke.

"Ya, Presdir?"

"Siapkan mobil. Aku akan pergi keluar. Lalu cancel semua jadwalku hari ini." Ryosuke berdiri dari duduknya.

Honda terkejut melihat perubahan suasana hati sang Presdir, tapi dia segera melaksanakan tugasnya. Honda bergegas keluar dari ruang kantor sang Presdir.

Ryosuke bersiap untuk pergi keluar. Dia meraih dompet dan ponsel miliknya di atas meja kerjanya. Lalu dia berjalan ke luar ruangan.

*****

Di luar gedung perusahaan, Honda berdiri di samping mobil pribadi Ryosuke. Dia menanti kedatangan sang Bos.

"Presdir," sapa Honda membungkuk hormat pada Ryosuke yang berjalan ke arahnya.

"Apakah semuanya telah siap?" tanya Ryosuke datar.

"Semua telah siap sesuai dengan perintah anda, Presdir," jawab Honda masih dengan rasa hormat yang tinggi untuk Ryosuke.

Ryosuke mengganguk puas.

"Kerja bagus. Kau selalu bisa diandalkan, Honda. Bulan ini kau bisa mengambil bonusmu nanti," ujar Ryosuke dengan puas.

Seketika wajah Honda menjadi berbinar bahagia. Dia membungkukkan badannya berulang-ulang di depan Ryosuke.

"Terima kasih banyak, Presdir." Honda membungkukkan badannya kembali.

Ryosuke naik ke dalam mobil tersebut. Tidak lama mobil itu melaju pergi dengan Ryosuke di dalamnya. Ryosuke mengambil kembali ponsel miliknya. Dengan memasang hands free di telinganya, Ryosuke menghubungi seseorang.

"Kau di mana sekarang?" tanya Ryosuke tanpa basa-basi.

"Kenapa? kau rindu padaku? jangan begitu, aku tidak punya kecenderungan untuk menyukai sesama jenis," seloroh seseorang di ujung lain telepon.

"Sialan kau, Ryuk!" seru Ryosuke mengumpat kesal yang hanya di jawab dengan tawa girang oleh lawannya.

"Aku serius, Ryuk! aku butuh bantuan untuk mengurus sesuatu," kata Ryosuke.

Ryosuke lalu menjelaskan apa yang dia butuhkan. Ryuk, sahabat Ryosuke, menyanggupi permintaan Ryosuke. Setelah mengatakan semua yang dia inginkan, Ryosuke menutup kembali ponselnya. Ryosuke membelokkan mobilnya ke kanan. Menuju ke sebuah rumah yang sangat dia kenal. Rumah yang penuh dengan kenangan akan masa kecilnya bersama dengan seseorang.

*****

Daichi kembali ke apartemen miliknya. Dia membuka pintu apartemen yang dia kunci, sebelum pergi bekerja tadi pagi. Begitu Daichi masuk ke ruang tengah apartemen, Daichi bisa mendengar suara desahan yang bercampur dengan tangisan lirih dari arah kamar tamu.

Seulas senyum sinis nampak di wajah tampan Daichi. Daichi melangkah menuju kamar tamu sembari melemparkan tas dan setelan jas nya ke sembarang arah di dalam apartemen itu. Suara itu semakin keras terdengar seiring dengan semakin dekatnya Daichi ke kamar tamu di apartemen miliknya itu. Daichi menyeringai semakin lebar, saat dia melihat tubuh mungil meronta-ronta di atas tempat tidur, dengan keadaan kacau.

"Halo, Yuichi. Bagaimana kabarmu hari ini, sayang?" tanya Daichi dari ambang pintu kamar.

Sosok kecil itu, Yuichi, menoleh dengan ekspresi terkejut mendengar suara Daichi tiba-tiba. Yuichi bersyukur di dalam hatinya, melihat Daichi yang sudah kembali ke apartemen. Yuichi

"Kakak ... to–tolong ... lepaskan, Aakh ... aku," ucap Yuichi dengan wajah memelas ke arah Daichi.

Daichi berjalan menghampiri Yuichi. Daichi duduk di tepi tempat tidur.

"Kau ingin aku mengeluarkannya dari tubuhmu?" tanya Daichi malas.

Yuichi mengangguk cepat. Tubuh Yuichi tersentak bergetar dan melengkung ke atas. Yuichi menatap Daichi dengan tatapan seperti kucing yang terlantar.

"Kakak ..."

Daichi meneguk ludahnya sendiri menatap Yuichi yang terlihat sangat erotis di matanya. Membuat Daichi menahan diri untuk tidak menyentuh Yuichi lagi.

"Kalau begitu, berjanjilah padaku kau tidak akan pergi dengan pria lain. Kau hanya milikku. Hanya aku yang berhak merasakannya," kata Daichi mengulurkan tangannya ke bawah tubuh Yuichi dan menekan sesuatu di sana.

Yuichi tersentak ke atas.

"Kakak ...," desah Yuichi dengan air mata menetes.

Sudut bibir Daichi terangkat keatas, melihat ekspresi wajah Yuichi yang mengiba. Daichi memasukkan jarinya ke dalam tubuh Yuichi dan mengambil sesuatu yang terselip di dalam sana. Membuat Yuichi bernafas lega.

"Sekarang mandilah. Bersihkan tubuhmu lalu aku akan mengantarmu pulang," ucap Daichi berlalu dari kamar itu.

Setelah Daichi pergi dari sana, perlahan Yuichi bangkit dari tempat tidur. Berusaha untuk berdiri dengan tubuhnya yang masih lemas, Yuichi berjalan menuju kamar mandi. Yuichi masuk dan membersihkan dirinya sendiri di dalam sana.

Sementara itu, Daichi juga tengah membersihkan dirinya di dalam kamar mandi di kamarnya sendiri. Pikiran Daichi kembali pada sang kekasih tercinta, Yuya. Daichi merencanakan untuk membuat kejutan bagi Yuya. Membayangkan hal itu, Daichi tersenyum senang. Daichi bisa menebak, bagaimana reaksi Yuya saat dirinya datang dan memberikan kejutan untuk dirinya.

Daichi mengantarkan Yuichi kembali ke rumah orang tuanya. Dia menghentikan mobilnya di depan rumah besar dengan nuansa Jepang yang kental. Daichi menoleh ke arah samping, di mana Yuichi duduk.

"Kita sudah sampai. Turunlah sekarang," ucap Daichi datar pada Yuichi.

Yuichi mengangguk, menatap Daichi dengan senyuman manis. Yuichi melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya, lalu melangkah keluar dari mobil Daichi.

"Terima kasih sudah mengantarkan aku, Kakak," kata Yuichi pada Daichi yang hanya dibalas dengan anggukan singkat pria itu.

"Masuklah. Aku pergi sekarang," ujar Daichi singkat.

Tanpa membuang waktu lagi, Daichi membelokkan mobilnya dan menjauh dari rumah orang tua Yuichi. Daichi menambah kecepatan mobilnya menuju suatu tempat. Dia ingin segera menjalankan rencananya untuk memberikan kejutan pada sang kekasih, Yuya.

Yuichi yang melihat mobil Daichi telah pergi, perlahan berbalik dan berjalan ke arah rumah orang tuanya.

"Aku pulang," ucap Yuichi saat dirinya memasuki rumah besar itu.

Yuichi duduk di depan pintu dan melepaskan sepatunya, berganti dengan sandal rumah. Itu sudah menjadi adat dan peraturan umum di Jepang. Setelah selesai, Yuichi melangkah ke arah tangga menuju lantai atas. Namun langkahnya terhenti, saat dia melihat seseorang yang tengah sibuk memasak di dapur. Yuichi terkejut melihat sosok itu. Segera saja Yuichi mengganti tujuannya semula menjadi berlari ke arah dapur. Tepatnya ke arah sosok itu.

"Kakaaaak ...," seru Yuichi menubruk tubuh pemuda yang tengah memunggungi dirinya dengan erat.

"Aku rindu padamu, Kak Yuya," ucapnya mengeratkan pelukannya.

Yuya terkejut karena mendapat pelukan secara tiba-tiba. Namun dia tersenyum lembut, saat tahu siapa yang melakukannya.

"Kau sudah pulang, Yuichi?" tanya Yuya lembut.

Yuya melepaskan pelukan dari tubuhnya, dan berbalik memandang Yuichi dengan senyuman kecil di wajahnya. Yuichi menganggukkan kepalanya imut. Yuichi bahagia, melihat Kakaknya sudah kembali ke rumah.

"Kapan Kakak pulang? kenapa tidak memberikan kabar pada Yui?" berondong Yuichi pada kakaknya itu.

Yuichi benar-benar bahagia, melihat kakak kesayangannya sudah kembali lagi ke rumah ini. Sebenarnya, Yuichi sangat kesepian sejak Yuya memutuskan untuk sekolah di luar negeri. Namun Yuichi juga tidak ingin egois menahan keinginan dan mimpi kakaknya itu.

Yuya tersenyum lembut pada adiknya. Yuya menepuk sayang kepala sang adik. Sedikit mengacak-acak rambut Yuichi.

"Duduklah. Kita makan bersama. Aku sudah memasak makanan kesukaan kamu," ujar Yuya penuh sayang.

Wajah Yuichi semakin berbinar bahagia. Dia melonjak senang seperti anak kecil.

"Asyik! aku sudah sangat rindu masakan Kakak," sahut Yuichi sembari duduk di depan meja makan.p