~Rasa cinta memang hal wajar, tapi jangan jadikan alasan untuk menghakimi.~ Kanaya.
Jawaban Kanaya masih terngiang nyata di pikiran Gibran. Rasanya ia tak percaya kalau Kanaya tidak menangisinya. Bukanya waktu itu Kanaya mencintainya. Lalu, bagaimana bisa dia tidak peduli dengan kepergian Gibran.
Segala tugas yang menumpuk di meja kerja sama sekali belum disentuh Gibran. Laki-laki itu semenjak bertemu dengan Kanaya lagi, langsung berubah drastis. Jiwa dan raganya seolah sedang melayang karena terlalu berharap sesuatu yang dia khayalkan menjadi nyata. Bukan hanya sekedar impian.
Kanaya tidak pernah merasa pantas untuk di impi-impikan maupun diidam-idamkan oleh seorang lelaki apalagi seorang Gibran. Kanaya masih punya cermin besar untuk tahu siapa dirinya dan siapa posisinya.
"Pak, ini berkas yang harus di canda tangani." Salah satu pekerja kantor masuk untuk membawa berkas yang harus ditandatangani oleh Gibran.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者