3 Bulan Kemudian …
BRAKH!
"BRENGSEK!" maki Lucas. Dia membanting dokumen berwarna merah itu ke meja rapat. Beberapa saat lalu para koleganya sudah pergi satu per sata setelah rapat. Namun mereka menyisakan gemetar ingin memukul seseorang dalam kepalan tangannya.
Ada yang curang! Ada yang curang!
Lucas tahu itu hal biasa di dalam sebuah perusahaan, tapi menghadapinya secara langsung setelah berusaha membangun kembali kekacauan di sini … dia merasa benar-benar marah!
Asisten Egy sampai buru-buru merapikan beberapa lembar yang jatuh ke lantai dan Manajer Heru segera memberikan dokumen hasil rapat lain yang dia inginkan.
"Bawa kemari!"
"Baik."
Lucas membola-balik beberapa halaman untuk mengecek kemungkinan ada yang keliru di dalamnya, tapi tidak! Hanya saja cara perwakilan Perusahaan Stricty Axe Corporation yang baru saja hadir di sini sungguh licik!
Tidak bisa ya bersaing dengan sehat!
Lucas hampir gila saat menelpon beberapa bawahannya untuk segera melakukan pergerakan yang cukup efektif untuk menyangga kekeliruan dalam kasus ini.
"Ya, ya! Lakukan secepatnya!" bentak Lucas. Lawan bicaranya di seberang sana sampai dag-dig-dug tak karuan. Namun dirinya tetap mengungkapkan apapun yang ingin dia tahu dan kemudian langsung mematikan ponselnya dengan kasar.
"Tuan Lucas, apa Anda tidak apa-apa?" tanya Asisten Egy.
"Aku tidak apa-apa…" kata Lucas dengan raut wajah yang sulit diatur. Dirinya mengepalkan tangan dan menghembuskan nafas lelah. Stress. Dan masalah dalam perusahaan belum pernah mencapai titik separah ini. "Aku hanya butuh istirahat sebentar. Beritahu Raymond untuk segera kemari untuk mengawasi dan menggantikanku sampai nanti sore."
"Baik," kata Asisten Egy. Dia pun segera berlalu sementara Manajer Heru menerima dokumen yang tadi dipegang Lucas.
"Bawakan satu wine ke ruanganku. Dan rokok. Aku benar-benar sangat pusing…"
"Ah, baik…"
Lucas pun segera masuk ke ruangannya sendiri. Dengan ekspresi sekeras batu di wajahnya, setiap karyawan yang melihatnya lewat hanya bisa berdiam dan segera memberi hormat.
Namun Lucas tak peduli. Dia hanya duduk di balik meja kerja, memijat kening, menerima segelas wine keras, lalu meneguknya dengan frustasi.
Rokok dinyalakan dalam satu sentakan—meski dia juga terbatuk beberapa kali setelahnya.
"Ah, SIAL!" maki Lucas kepada dirinya sendiri.
Mungkin karena dirinya memang tidak terbiasa dengan wine dan rokok kecuali memang sangat-sangat tak bisa berpikir, jadi kedua benda itu seperti hal asing yang harus ditolak tubuhnya. Saat itu, mendadak ponselnya bergetar perlahan.
DRRT… DRRT…
[Evelyn: Sayang, ingat besok 11 Mei 2016. Hari ulang tahun Aleta. Kalau bisa, sesibuk apapun kamu, berikan hadiah untuknya ya. Akan lebih baik juga kalau kau menemaninya merayakan hari itu dengan acara kecil-kecilan]
"Ahh…" Lucas meletakkan ponselnya sedetik setelah membaca pesan itu, namun karena tak tahan lagi, dia juga menelpon Eve langsung setelahnya. "Eve?"
Suara kecil pun menyambut dari seberang sana. "Y-Ya, Tuan Lucas? Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Carikan kue tart. Beli atau buat. Terserah, yang pasti nanti malam bawakan itu ke kamar Aleta. Aku akan merayakan ulang tahunnya yang ke 18," kata Lucas.
"B-Baik."
"Untuk kadonya tidak perlu. Aku akan mengurusnya sendiri. Jangan beritahu apapun juga kepadanya."
"Baik."
"Cukup begitu saja."
Lucas langsung mematikan sambungan telepon setelahnya. Dia mengehela nafas panjang ke udara. Merasa lelah, namun juga cukup lega karena Raynold dan Evelyn pun mendukungnya untuk melakukan semua ini. Jika tidak, mungkin entah sejak kapan dia akan jatuh.
"Aleta…" desah Lucas. "Aku memikirkanmu. Hampir setiap hari aku memikirkanmu dan melakukan ini semua. Jadi kenapa kau sendiri ingin membunuh dirimu? Bisa tidak … ingin hidup untukku saja?"
Berat ya jadi Lucas ರ╭╮ರ
Udah ngurus perusahaan sendirian di saat belum terlalu siap, harus ngurus Aleta juga ತ_ತ