Roki mulai tersadar dari pingsannya. Baju tidur yang dia kenakan sebagian hangus terbakar. Kini, tersisa celana tidur hanya sejengkal di atas lutut. Dia berdiri sambil menggenggam senapan di kedua tangannya. Akibat kejadian semalam, tubuhnya terasa sangat lemas.
"Di mana aku?" gumamnya sambil memandang sekitar.
Seketika jantung berhenti berdetak. Kedua tangannya langsung memegang jantungnya. Roki hampir terjatuh, dia berusaha untuk bertahan dengan memegang senapan sebagai tumpuan. Perutnya terasa sangat mual, dia memuntahkan lendir berwarna coklat. Tubuhnya terasa panas, kulitnya mulai robek, sekilas dia melihat struktur tulangnya sendiri dari pantulan kaca bangunan. Berulang kali, ia harus menahan perih sambil melihat tubuhnya terbelah dan menyambung bagaikan lego.
Berkali-kali dia menjerit kesakitan. Tidak kuat menahan rasa sakit yang dia rasakan, akhirnya dia pingsan. Satu jam telah berlalu, perlahan Roki kembali sadar. Dia berjalan seorang diri menelusuri Kota Mati. Di depan, ia melihat orang-orang berjalan sempoyongan. Pakaian mereka lusuh, berlubang serta di penuhi darah yang sudah mengering. Sorot mata mereka yang kosong dan tubuh mereka sangat kurus. Roki mulai ketakutan ketika melihat mereka memakan jasad manusia tergeletak di jalan. Mereka tidak lain adalah zombie.
Sekujur tubuhnya, kembali terasa panas dan mengeluarkan asap putih sambil menjerit. Para zombie menyadari keberadaannya. Mereka tersenyum memperlihatkan gigi mereka yang bertaring. Perlahan, mereka mulai berjalan mendekati Roki. Kedua tangan mereka mengarah ke depan dan siap menerkam Roki.
Door! Door! Door! Door!
Roki menebak para zombie berlari mengejarnya. Dia berlari mundur sambil menembaki para zombie mengejarnya. Kemudian dia berbalik dan berlari mencari tempat perlindungan. Magazen di dalam saku celana tersisa dua.
Tiba-tiba, Monster berwujud manusia setengah kupu-kupu keluar dari gedung. Monster itu terbang cepat ke arah Roki. Roki langsung menembak monster itu. Pergerakan monster yang lincah membuat peluru meleset.
"Sial, monster itu cepat sekali! Aku harus gimana?!"
Dia menangis melihat monster itu mendekat sambil memegang erat senjata miliknya dan berlari secepat mungkin. Salah satu zombie melompat dari sisi kiri. Roki memukul makhluk itu dengan tangan kiri hingga terpental cukup jauh.
Boom!
Salah satu gedung meledak. Roki melirik ke arah sumber ledakan. Dia sangat terkejut melihat monster kupu-kupu sudah berada di hadapannya. Monster itu, langsung menusuk perut Roki dengan bagian yang tubuhnya yang seperti lebah. Darah keluar dari perutnya. Monster itu membawa Roki terbang setinggi mungkin dalam keadaan perutnya yang masih tertancap.
Monster itu berusaha untuk menggigitnya, Roki menahan mulut monster dengan senapan miliknya. Roki memukul sisi wajah monster itu dengan sangat keras. Monster itu kehilangan keseimbangan. Roki menempelkan ujung senapan pada rahangnya lalu ia menembaknya hingga tewas.
Jarum monster yang menusuk pada perut Roki terlepas. Luka tusukan pada perut Roki kembali pulih dengan sangat cepat. Roki terjatuh dan menghantam sebuah gedung. Dan akhirnya Roki pingsan.
Perlahan kesadaran Roki telah kembali. Dia melihat tengkorak tergantung dengan sebuah tali. Tengkorak itu, mengenakan mantel hijau tua, celana jins hitam dan sepasang sepatu pantofel. Roki menangis histeris sambil memukul tembok.
"Aku ingin pulang! Aku ingin pulang!"
Sebuah sinar, keluar dari tangan besi yang melekat di tangan kanannya. Dia melihat simulasi dirinya berubah menjadi monster pada hologram. Setelah itu, simulasi dirinya berubah menjadi monster berakhir. Kemudian hologram itu, menampilkan seorang lelaki tua berusia 50 tahun menggunakan kaca mata dan jas putih. Pria itu memiliki rambut dan alis berwarna silver. Dia pun berdiri mematung melihat Roki dengan prihatin.
"Selamat malam, perkenalkan namaku Profesor Xenom. Aku adalah pencipta Genix, tangan besi yang terpasang di tangan kananmu."
"Bajingan cepat kembalikan aku sekarang!"
"Dengan kondisimu yang sekarang, mustahil bagimu untuk kembali."
"Bagaimana kau bertanggung jawab atas semua ini dasar bajingan!"
"Berisik! Aku tidak akan melakukan ini jika terpaksa!"
"Apa maksudmu?!"
"Jika kau ingin tau kebenarannya, datanglah ke Laboratorium bawah tanah milikku!"
"Kenapa tidak disini saja?!"
"Sekarang kamu berada di tanggal 19 Januari 2500. Baterai Genix tersisa 499%. Jika kamu tidak ingin terjebak di zaman ini. Datanglah ke Laboratorium milikku."
Genix tangan besi miliknya menampilkan layar hologram. Pada layar hologram, ia melihat denah menuju Laboratorium milik Profesor Xenom. Laboratorium itu berjarak 990.000 Km dari tempat Roki berdiri. Roki menangis histeris.
"Roki. Tidak ada gunanya kamu menangis, hadapilah. Lebih baik, siapkan mental untuk memulai perjalanan besok. Setelah kamu sampai di Laboratoriumku, aku berjanji akan memulangkanmu kembali ke tahun 2020."
"Benarkah?"
"Aku bersumpah."
"Tapi bagaimana aku tidak bisa bertahan? Senjata, bahkan persediaan lainnya aku tidak punya."
"Tidak ada pilihan lain, nak. Kamu harus mencarinya sendiri."
Profesor dalam wujud hologram pun menghilang. Kemudian, Roki menurunkan mayat yang masih tergantung. Roki melepas baju milik mayat itu dan memakainya. Selesai mengenakan baju, dia melihat sebuah tas punggung berwarna hitam.
Dia pun penasaran dengan isi tas tersebut. Di dalam tas, terdapat sebuah pistol berwarna putih dan hitam. Saat dia menembak keluarlah sinar laser. Laser itu dapat membakar dan membuat target hancur. Selain pistol dia melihat sebuah kotak berisi ribuan chip berwarna merah.
Tiba-tiba, sinar hologram kembali muncul lalu menampilkan informasi pistol di tangannya. Cara pengisiannya hanya menggeserkan sedikit bagian pinggirnya lalu memasukkan chip tersebut. Hari sudah mulai gelap, sudah saatnya bagi Roki untuk tidur. Karena sebentar lagi, dia kan menghadapi dunia yang kejam.