Ada sebuah restoran mewah di kota.
Tempat berkumpulnya kalangan kelas atas.
Pejabat, pebisnis,artis maupun kalangan elit lainya, ketika mampir ke distrik Federasi di republik akan selalu setidaknya satu kali mengunjungi restoran ini sebelum pergi.
Interior restoran di buat dengan mengedepankan kemewahan, penuh akan barang-barang berkilau dan mahal.
Ada seorang gadis disana yang tengah memakan hidangan mewah.
Disekitar gadis itu banyak sekali pria dan wanita berjas.
Walupun sebenarnya seluruh restoran di pesan hanya untuk satu tamu.
Mereka bukan orang asing bagi gadis yang tengah meminum segelas angur.
Gadis itu bernama Anastasya von Luenstain.
"Fua, nikmatnya~~"
"Nona tidak kah berlebihkan untuk minum di usia anda sekarang?" Tanya seorang penjaga wanita yang tampaknya kawatir.
"Bodoh ini bahkan tidak ada alkoholnya, lagian kalo aku memang benar-benar ingin minum alkohol, aku tidak akan membiarkan siapapun menghentikanku"
"Hanya saja bila itu terjadi, ayah anda mungkin akan marah".
"Iya aku tahu, toh ayah tidak akan tahu kalo misalnya nanti aku minum".
"Tuan, berpesan pada saya untuk selalu mengawasi tingkah laku nona, maka dari itu saya tidak akan berhenti mengingatkan nona"
"Bodoh, sekarang ini aku tuan mu bukan ayah"
"Meski begitu".
"Kalo misalkan kau memikirkan untuk melaporka hal aneh-aneh pada ayah, mungkin setelah aku pulang kerumah, aku akan mengatakan pada ayah salah satu penjaga ku tersesat di tengah perjalanan".
Mendengar ancaman tersirat itu, ekspresi penjaga mulai berubah, menjadi ekspresi kehawatiran.
"Jika kau tidak ingin mengalaminya, maka turuti saja semua printahku, mengerti".
Tidak bisa berkata-kata lagi, penjaga wanita itu mundur ke belakang dan berbaur dengan penjaga lainya.
(Cih, menyebalkan sekali).
Meneguk segelas anggur lagi, lalu meletakanya di di atas meja.
Anastasya bersandar di kursi dengan pelan.
Lalu dia membuka mulutnya.
"Werner"
Penjaga bernama Werner di antara barisan penjaga maju kedepan.
Dia membawa sebuah tablet di tangannya.
"Seperti yang nona minta, laporan nilai saham anda bulan ini".
Mengambil tablet dari Werner lalu melihat isinya.
(Seperti yang kuperkirakan nilainya turun 2%).
Disana terlihat grafik lengkap perusahaan keluarga Luenstain.
Anastasya tersenyum tanpa kehawatiran.
Seakan-akan semua hal ada di gegaman tangannya.
(Selama tidak diisi orang-orang bodoh, sistem pemerintahan oligarki kapitalis memang pilihan terbaik untuk memperoleh keuntungan, fufu, lebih nyaman buatku ketimbang berurusan dengan macam-macam fraksi-fraksi bangsawan merepotkan di negara asalku).
Anastanya menghembuskan nafas pelan, kemudian berpaling ke Werner.
"Segera buat surat permintaan pinjaman bank Negara Central, lalu segera atur pertemuan eksekutif prusahaan kita dua bulan nanti"
"Baik nona".
Mengetuk meja dengan jari telunjuknya berirama, yang kemudian mencoba berfikir keras.
(Perang di perbatasan akan terjadi, oleh karna itu mengamankan komoditi penting di negara central harus segera di urus).
Anastasya terlihat begitu berwibawa, bahawannya pun berfikir demikian, terlepas dari umurnya yang masih belasan tahun, tindakan Anastasya menujukan begitu kompetennya dia.
Keluarga Luenstain adalah keluarga yang terkenal di kerajaan akan pengaruh ekonominya, banyak koneksi yang dimiliki keluarga Luenstain, itu juga salah satu alasan kenapa Anggota keluarga Luenstain di tunjuk sebagai perwakilan kerajaan untuk Federasi.
"Apa tanggapan pangeran pertama?".
"Tidak ada pergerakaan apapun dari fraksi pangeran pertama, nona"
"Lalu bagaimana dengan Duke Rainberg?".
"Mengenai duke, seperti yang nona perkirakan, duke mulai menimbun komoditi pangan atas instruksi ayah anda"
"Orang yang benar-benar kompeten dengan orang yang hanya nama, memang beda kulitasnya ya, aku tidak percaya orang yang mencoba menduduki tahta tidak memperhatikan perpolitikan internastional dan memilih tutup mata".
Anastasya tersenyum meremehkan, sekaligus merasa puas terhadap gerakan lawannya.
"Fraksi pangeran ketiga apakah dia sama dengan pangeran pertama?".
"Sejauh ini, tidak ada pergerakan dari fraksi pangeran ketiga, nona"
"Bagus, trus awasi pergerakan tiap fraksi".
Mendengar kondisi kerajaan, Anastasya merasa lega, dengan bengini Anastasya bisa fokus pada pekerjaannya.
Walapun memang di sayangkan tentang kepedulian mereka pada kondisi international.
Meski punggung keluarga Luenstain terasa berat, sudah menjadi tradisi keluarga untuk berperan dalam menstabilkan ekonomi kerajaan bersama bangsawan berpengaruh lainnya.
(Bagaimanapun juga, tugasku untuk menstabilkan ekonomi kerajaan di masa perang nanti adalah yang terpenting untuk saat ini)
"Dengan fraksi pangeran kedua yang berpusat pada keluargaku dan keluarga duke Reinberg, tahta kerajaan akan segera dimiliki, fufu".
Memutar-mutar anggur di gelas sembaring masih terseyum manis.
Suasana damai di malam hari terasa hanya dimiliki oleh Anastasya seorang.
Para penjaga berperilaku sama seperti biasanya, dengan penuh perhatian mengawasi sekeliling untuk pengamanan tuannya.
Meneguk segelas sampai habis.
Kepercayaan diri dari seorang pebisnis perempuan, mungkin itulah yang terlihat dari ekspresi Anastanya saat ini.
(Monarki absolut, karna sistem itu lah alasan kenapa keluargaku harus report-repot ikut campur dalam fraksi, padahal keluargaku hanya ini mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi tapi kebijakan kerajaan benar-benar tidak mendukung, dan itu sangat mengangu, fufu, ya, walaupun, tidak lama lagi halangan itu akan segera hilang dengan naik tahtanya pangeran kedua sebagai raja).
Penjaganya Werner mulai bertanya.
Ekpresinya menunjukan sedikit kehawatiran.
"Nona, apa menurut nona keadaan garis depan akan benar-benar baik-baik saja".
"Aku juga memikirkan itu, tapi yang kita bisa lakukan hanya mendukungnya sebanyak mungkin, para Eksekutif Federasipun memikirkan hal sama".
"Jadi menurut nona, itu akan baik-baik saja"
"kalo apa yang kulihat sepertinya para eksekutif yakin akan pertahanan absolut di garis depan, mengingat para eksekutif mengatakannya secara langsung maka itu bisa di percaya"
Para penjaga bernafas lega mendengar pendapat Anastasya.
(Para Fasis itu memang tidak bisa di anggap remeh, keahlian dan pengalaman mereka dalam kemiliteran menjadi alasan utama kenapa para Eksekutif Federasi yakin akan kemenangan, bahkan ada beberapa Eksekutif yang kawatir bila memberikan kekuatan militer terlalu banyak, tapi mau bagai mana lagi eksekutif hanya bisa bergantung pada mereka).
Terlepas dari perbedaan besar dalam hal jumlah dengan musuh, Anastasya dan para eksekutif Federasi hanya bisa terus menutup kesejangan itu dengan meningkatkan produksi militernya tanpa secara langsung berperan aktif di garis depan.
Selang beberapa saat, pelayan mendekat ke Anastasya membawa hidangan penutup.
Salah seorang penjaga memberi tahu.
"Nona, hidangan penutup sudah datang".
"....."
Pelayan mendekat dan menaruh beberapa piring satu persatu.
Anastasya memakannya dengan perlahan sembari menikmati alunan music klasik yang merdu.
Suapan demi suapan ia makan dengan anggun kas seorang bangsawan.
Pelayan masih berdiri disitu sambil menungu.
"Ada apa, apa kau mau uang tip".
"Ah, tidak nona"
"Lalu?".
"Sebenarnya, ada surat untuk nona dari seorang pria".
"Surat?".
"pria itu berpesan pada saya untuk memberikannya setelah anda makan".
Menangapi perkataan pelayan, Anastasya dibuat bertanya-tanya.
Anastasya meletakan alat makannya di atas meja.
"Sini suratnya coba kulihat".
"Iya".
Pelayan itu Memberikan surat.
Anastasya mengambilnya.
Lalu membukanya.
(Aneh, aku tidak mengira ada orang yang masih mengirim surat di jaman sekarang)
Di surat itu tertulis sebuah tulisan dengan huruf besar.
("Lihat kebawah meja", huh apa maksudnya?).
Setelah membaca surat singkat itu Anastasya berfikir sejenak dan bertanya-tanya apa maksud dari itu.
Dengan perlahan Anastasya melihat ke bawah meja.
Disana berisi.
Hanya kekosongan.
Tidak ada apa-apa di bawah meja.
(Untuk sesaaat aku kira ada semacam BOOM-)
Namun.
Sebuah suara memekikan telinga terdengar dari luar restoran.
Itu suara tembakan, yang kemudian di barengi suara kaca pecah.
Sebuah peluru menghantam tempat di mana tadinya Anastasya duduk.
Lalu berakhir mendarat di lantai tepat saat Anastasya menatap di bawah meja.
Menciptakan sebuah lu sebuah lubang kecil di lantai, disana tertancap peluruh berkaliber 8.64mm.
Di antara para penjaga orang pertama yang beraksi adalah werner.
"Cepat, amankan Nona!!!"
Dengan cepat para penjaga membalikan meja di sekitar untuk berlindung.
Beberapa ada yang berdiri di belakang tembok tepat di samping kaca.
Masing-masing dari mereka mengeluarkan handgun dari balik jasnya.
"Nona, mari kita pergi".
Anastasya yang saat ini berlindung di balik meja, bersiap melarikan diri.
"Jangan kuwatir, serahkan semuanya kepada kami".
Werner memberikan instruksi kepada yang lainya.
"Semuanya, tembakan perlindungan!!!-".
Salah satu penjaga menembak untuk mengalihkan perhatian.
Musuh membalas.
Rentetan peluru tiada henti menhujani tepat saat penjaga itu menembak beberapa kali.
Dua penjaga yang berlindung di salah satu meja, terkena rentetan tembakan dari musuh.
Keduanya berakhir dengan penuh lubang di tubuh sembaring meyebarkan darah segar kemana-mana.
Dari arah kasir beberapa penjaga melemparkan banyak sekali bungkus tepung yang sudah di lubangi ke dekat jendelan.
Pihak lawan langsung menembak target, menyebab kepulan seperti asap memenuhi ruangan.
Untuk semakin memudarkan pandangan, penjaga yang telah mengambil alat pemadam kebakaran, langsung melepas penyegel lalu asap putih keluar secara acak di dekat jendela.
Musuh dari luar kembali menembak tak kenal arah, jauh lebih banyak dari sebelumnya.
(Sepertinya musuh jauh lebih banyak dari dugaan kita).
"Cepat nona, mari keluar lewat pintu belakang".
Setelah para penjaga di sekitar menembak keluar jendela, dengan membabi buta.
Anastasya, werner serta empat orang penjaga berlari ke dapur, hendak kepintu belakang.
Baku tembak semakin intens.
Menyisakan suara bising begitu mengangu.
Anastasya beserta beberapa penjaga lainya melarikan diri dari gedung.
Berlari dan trus berlari.
Menyelusuri setiap gang kota.
"Lewat sini!!"
Pada beberapa persimpangan gang, ada pihak yang kemungkinan musuh langsung menembak ke arah mereka.
"Sial, ternyata kita di kepung".
Salah satu penjaga mengalihkan perhatian.
Meningalkan penjaga itu seorang diri.
Melarikan diri, melalui setiap cela pada musuh.
Rupanya secara kebetulan setiap pengepungan yang di lakukan musuh selalu ada satu cela disana.
Itu dimanfaatkan dengan baik oleh para penjaga anastasya yang tersisa.
(Sial, aku mulai menyesal menolak lebih banyak penjaga waktu itu,cih).
Werner berdiri di samping tembok, mencoba melihat setuasi.
Terdengar suara tembakan dimana-mana.
Ketika werner melihat ke gang didepan mereka, dia melihat sekelompok 40 orang berdiri di sana membawa senjata.
"Nona, orang-orang dari mansion sudah sampai, kita selamat".
"Bagus, segera antar aku kesana".
Werner memberi signal.
Lalu orang-orang itu menjawab.
Benar mereka sekutu.
Anastasya, werner serta dua orang tersisa segera bergegas ke arah mereka.
"Nona, apa nona baik-baik saja".
Salah seorang penjaga mansion bertanya.
"Ya, aku baik-baik saja, cepat bawa aku pergi dari sini".
Para penjaga mengaguk.
Mereka bergegas pergi.
"Ngomong-ngomong kenapa hanya 40 orang".
"Yang lainya sedang menahan musuh, hanya kami yang bisa sampai disini".
Beberapa menit berlalu.
Dengan menghindari musuh.
Mereka sampai ke gang besar yang cukup luas.
"Sial, mereka memblokir jalan kabur kita".
Werner tampak kesal.
Salah satu pejaga berbica kepada werner.
"Bertahan lah, kami sudah menghubungi militer sebelumnya, mereka juga berjanji mengirim unit albion untuk membereskan musuh, seharusnya sebentar lagi mereka akan datang".
"Baiklah, mari cari tempat yang cocok untuk bertahan-"
Ketika werner berbicara.
Salah satu penjaga berteriak.
"Sniper!!!!".
Suara tembakan bergema di sekitar mereka.
Ketika gema itu selesai, salah seorang penjaga terjatuh berlumuran darah dari kepalanya.
"Berlindung!!!".
Puluhan musuh mulai menyerbu.
Terjadi baku tembak dimana-mana.
"Nona, silakan lari, kami akan menahan disini".
Werner berbicara.
Segera setelahnya dengan membawa 12 orang penjaga, Anastasya pergi.
###############
Beberapa puluh menit berlalu.
Setiap gang yang di lalui Anastasya beserta penjaganya, berakhir ke tempat pelabuhan tua.
Mereka tidak bisa lagi kabur.
Terpojok dan tak memiliki jalan lagi, selain bertahan.
Anastasya sedang berlindung di sebuah gedung tua.
Tiap pintu masuk di jaga oleh para bawahannya.
Disana Anastasya memasang wajah serius seperti biasanya namun di dalam, dia mengerutu karna kesal.
(Orang bodoh mana yang menyerang utusan Federasi tepat di wilayah Federasi sendiri, eksekutif pasti akan marah mendengar hal ini, orang-orang Federasi pasti akan meratakan siapapun yang terlibat tunggu saja).
Takmampu menahan amarahnya, Anastasya sedikit bergumam.
"Siapapun dalangnya, akan kupastikan kematiannya tidak akan mudah".
Salah satu kekesalan Anastasya di arahkan ke para bawahannya.
Walau bagaimanapun juga, fakta bahwa mereka tidak mengatasi situasi atau memprediksi kemungkinan seperti ini terjadi, membuat situasi Anastasya seterpojok ini.
(Jika saja, setidaknya ada yang lebih baik dari mereka aku pasti akan merekrutnya, benar-benar tidak bisa di andalkan).
Sekarang Anastasya mulai menyesal, karna menyerahkan segala urusan penjagaan kepada bawahannya.
(Haruskan selalu aku yang bertindak sendiri untuk mengurus hal seperti ini).
Suara tembakan mulai terdengar.
Setiap pihak saling mengirim serangan.
Korban jiwa berjatuhan satu demi satu.
Jelas pihak sekutu terpojok karna kurangnya jumlah.
Anastasya sadar akan hal itu, bantuan yang diharapkan tidak akan sempat.
(Untuk saat, haruskah aku menyerah dan tertangkap oleh mereka).
Salah seorang bawahan berlari mendekat.
"Musuh mulai masuk, nona cepat sembunyi".
Ada sekitar 3 orang di dekat Anastasya.
Suara tembakan tidak terdengar lagi.
Terasa sunyi tanpa suara.
Yang artinya.
"Cih, Beritahu mereka kita menyerah".
Anastasya Mengatakan itu sambil mengigit bibir bawahnya.
Yang tersisa hanyalah 4 orang di ruangan ini termasuk Anastasya.
Maka untuk menyerah dan tangkap adalah satu-satunya jalan.
Walau bagaimanapun tujuan mereka jelas untuk menangkap Anastasya.
Atau begitulah seharusnya.
Sampai ketika salah satu bawahan Anastasya membuang senjata ke musuh, menandakan penyerahan diri atas perintah Anasatasya.
"Kami menyerah".
Dihadapan mereka, sekelompok berpakaian hitam mendekat.
Orang paling depan mulai berbicara
"Sayang sekali, kami di perintahkan untuk menghapus kalian semua".
Penjaganya yang membuang senjata di tembak mati.
Dia terjadi dan darah mulai menyebar.
Pria yang tampaknya pemimpin mulai mendekat lalu menginjak kepala penjaga yang mati itu.
"Kau tahu, sangat melahkan untuk mengawasi kalian salama berbulan-bulan, bintang demi bintang untuk mendapat moment ini, ya bayarannya cukup setimpal sih, aku tidak akan mengeluh karna sekarang berakhir".
Anastasya samar-sama mendengar itu, karna dia saat ini tengah bersembunyi di balik tembok.
Kemudian terjadi adu tembak beberapa saat.
Berakhir dengan tewasnya dua penjaga terakhir.
Anastasya mulai sedikit putus asa.
(Mereka benar-benar akan membunuhku, hidupku akan berakhir).
Langkah kaki bergema di seluruh ruangan.
Suaranya semakin dekat.
"Ketemu".
Seorang pria tinggi sampai kedepan Anastasya.
Dia berdiri tegap namun santai sambil membawa senjata.
"Untuk sesaat, aku pikir akan lebih baik menikmati wanita secantik dirimu sebelum kubunuh, namun sayangnya akan merepotkan bila DNAku tertigal setelahnya".
Berdiri dan mempermainkan korban.
Pria itu tampaknya memiliki perasaan kemenangan mutlak.
Senjata di arahkan tepat di kepala Anastasya.
Hidupnya akan berakhir sekarang.
Mata Anastasya terpejam menerima keadaan ini.
"Selamat tingal wanita cantik".
Platuk ditekan.
Mata Anastasya semakin memejam.
Tapi dia tidak mati.
"Anda beruntung, peluru ku habis".
Mata Anastasya terbelalak mendengar itu.
Anastasya bisa membayaknya senyuman di wajah pria itu.
Mulai jatuh kejurang keputusasaan.
Ini adalah pertama kalinya Anastasya merasa takut dan tak berdaya dalam hidup.
Ini yang pertama dan yang terakhir baginya.
(Orang ini, sudah dari awal berencana untuk melakukan itu)
Ketika menyadari nasib menyedihkan akan menimpanya di waktu yang akan datang.
Suara tembakan kembali terdengar.
Itu berasal dekat sini.
Di barengi oleh suara teriakan.
Dengan tergesa-gesa salah seorang bawahan menghampiri.
"Kapten, seseorang datang menyerang".
"Apaa!!!!".
Kemudian bawahan itu tejatuh kelantai 1 detik setelah dia mengakhiri kalimatnya.
Beberapa suara tembakan terdengar.
Bawahan mulai jatuh satu-persatu, tidak sempat untuk bereaksi.
Pria yang di pangil kapten dan di depan Anastasaya sekarang, dengan putus asa mencoba mengisi kembali peluru di senjatannya.
Setelah suara "krek" terdengar saat amunisi itu masuk.
Kepala pria itu berlubang.
Pria itu jatuh ke lantai.
Menampakan sisi belakang yang tengah berdiri seorang pria lainya, darah menghiasai pakaiannya.
Pria itu tinggi serta wajahnya sangat tampan.
Mungkin sekelas artis terkenal.
Tidak bahkan artispun akan merasa terkalahkan bila dibandingkan pria itu.
Di tangan kiri ada sebilah pisau berlumuran darah sedangkan tangan kanannya ada handgun mengeluarkan sedikit asap di moncongnya.
Anastasya dan pria itu saling menatap.
Suasana mulai terasa berubah.
Namun Anastasya tidak mengenali pria itu.
Tapi keyataan bahwa dia menyelamatkannya.
Pada saat ketika seorang wanita putus asa dan tak berdaya membutuhkan bantuan.
Apalagi itu adalah seorang pria tampan, yang setiap gadis hanya bepapasan sebentar akan meliriknya setidaknya beberapa kali.
Moment yang terasa berbeda ketimbang penyelamatan biasanya.
Demikian juga bagi seorang gadis berumur 17 tahun seperti Anastasya.
Momen itu terasa seperti seorang putri di selamatakan oleh pangeran tampan.
Waktu dan tempat sangat pas.
Untuk sesaat mata Anastasya terpesona melihat pria itu.
Pria itu mendekat.
Namun bukan ke Anastasya melainkan ke salah seorang musuh yang terbaring.
Mengapai lehernya lalu memutar kebelakang.
"Orang ini masih hidup".
Anastasya masih menatap pria itu cukup lama seakan-akan tidak percaya.
Sampai di waktu berikutnya dia kembali normal sambil memasang ekpresi serius.
Kemudian pria itu berkata.
"Kalo kau ingin hidup, ikuti aku".
Anastasya menganguk setuju.
############
Tengah malam hari yang sama.
Leon berjalan sedirian di suatu gang sempit dekat pelabuhan tua.
Pakaiannya penuh dengan darah.
darah merah segar memenuhi pakaian hitamnya.
Tapi leon tampak baik-baik saja.
Yang berarti itu bukanlah darahnya.
Dimalam hari kota benar-benar tampak ribut.
Suara sirine ambulan maupun kepolisian tedengar dari berbagai arah.
Para tentarapun di gerakan sambil membawa persenjataan berat, robot besar juga di kerahkan.
"Ya, baklah sekarang waktunya pulang dan makan".
Leon membawa handgun dan pisau.
Dia terlihat tersenyum puas.
"Sudah lama aku tidak menembak sesuatu, aku pikir kemampuanku mulai tumpul, ternyata tidak".
Leon dengan riang berjalan kearah jalan utama di kota.
Ketika leon hampir sampai kesana.
Ada seorang pria yang tampaknya menungu leon.
Pria itu memiliki tato di lenganya.
Beberapa tindik di wajah serta telinga.
Ada beberapa pakain yang robek, kususnya bagian lutut.
Itu bahkan terlihat di sengaja, atau mungkin itu sebernanya gaya buasana itu sendiri.
Di samping pria itu ada pemukul basbol dan sebuah tas kecil.
Pria bertato memberikan kesan seorang berandalan.
Seorang siswa putus sekolah lalu masuk ke geng jalanan kota, itu mungkin kisah yang semua orang percaya ketika melihat pria bertato itu.
Dan juga ketika sesorang bepapasan denganya cenderung mempercepat langkah dan menghindar.
Berupaya untuk tidak berurusan dengan orang semacam ini.
Tapi leon mengenali pria bertato ini.
"Renal ada apa denganmu".
"Jagan kuatir ini semua hanyalah tempelan, aku kagum pada pemilik salon itu bisa merubahku dengan baik, terlihat begitu natural bukan".
"Iya, tapi untuk apa kau berpenampilan seperti ini?".
Renal dengan lengan disilangkan kemudian bagun dari bersender di dinding, lalu menatap leon.
"Lupakan, cepat ganti bajumu terlebih dahulu".
Mengatakan itu sambil Menunjuk tas berisi pakaian yang renal bawa untuk leon.
Namun leon tampaknya mencoba mengulur waktu.
"Karna aku sudah membantumu, akan kah ada semacam hadiah untuk aku?".
Leon terseyum puas, menanti.
"Oke, masakan apapun yang kau ingin akan ku masakan, puas?".
"Tentu saja, tidak ada yang terbaik setelah membantu seorang sahabat yang meminta tolong lalu dia membalas budi setelahnya".