webnovel

Saudara Tiri yang Kejam

Satria masih ingin terus menghajar Dani. Adimas dengan cepat menghentikannya dan membujuknya, "Satria, aku rasa dia benar-benar tidak tahu. Mengapa kamu tidak memanggil Fariza untuk bertanya apakah dia memiliki sesuatu yang ingin ditanyakan pada pria ini?"

Satria akhirnya mundur. Dia menarik kembali tangannya dan mengangguk. "Biarkan Pak Mahesa masuk juga, katakan saja Dani telah memanggil mereka."

"Oke!" Adimas buru-buru keluar dan memanggil yang lainnya.

Mendengar bahwa Dani akhirnya mau mengaku, Pak Mahesa adalah yang paling bersemangat. Bulan ini adalah bulan untuk melaporkan kinerja kantor polisi, dan setiap kantor polisi memiliki indikatornya sendiri. Pasuruan sangat damai akhir-akhir ini. Ketika Pak Mahesa khawatir tentang bagaimana dia akan menumpas kejahatan dan mengatasi sebuah kasus, Satria mengirim para gangster itu ke sini. Jika Dani mau mengaku, Pak Mahesa bisa menyelesaikan tugasnya.

Sekelompok orang itu berjalan ke ruang interogasi. Dani mengatakan pengakuan sebelumnya lagi. Pak Mahesa bertanya, "Apakah kalian tahu siapa Bu Yuli itu?"

Wawan menjawab dengan cepat, "Kami tentu saja tahu. Dia adalah nenek Fariza."

Hah? Nenek apa? Bagaimana nenek bisa menyakiti cucunya seperti ini? Oleh karena itu, Pak Mahesa merasa sedikit kasihan ketika dia melihat ke arah Fariza lagi, "Kalau begitu, apa kalian tahu kepada siapa dia ingin mengirim Fariza? Maksudku siapa yang ingin, maaf, memperkosa Fariza?"

Fariza menggelengkan kepalanya dengan bingung. Dia mengira itu Pak Dadung pada awalnya, tetapi setelah kejadian sebelumnya, Pak Dadung seharusnya tidak berani mengganggu dia lagi, bukan? Setelah berpikir sejenak, dia tiba-tiba menatap ke arah Pak Mahesa, "Pak Mahesa, bolehkah saya menanyakan beberapa hal padanya?"

"Ya, silakan."

Pak Mahesa mengangguk, dan Fariza memandang Dani. Dia mulai bertanya, "Bagaimana kamu bisa bertemu dengan nenekku?"

Tiba-tiba mata Dani berkedip, "Entahlah, dia tiba-tiba menemuiku saat itu."

"Kamu masih menolak untuk mengatakan yang sebenarnya?" Satria melihat bahwa Dani berbohong, jadi dia menatapnya dengan dingin.

Dani berkata dengan cepat, "Aku mengatakan yang sebenarnya! Aku mengatakan yang sebenarnya! Sebenarnya aku kenal Wulan, lalu dia memperkenalkanku kepada Bu Yuli."

"Siapa Wulan itu?" Pak Mahesa bertanya dengan linglung.

"Dia adalah ibu tiriku." Fariza berkata dengan ringan, dan kemudian tiba-tiba bertanya, "Lalu bagaimana kamu bisa bertemu Wulan?"

Dani tidak berani berbohong lagi, "Dewi, anak Wulan itu, pernah menyelamatkan hidupku. Aku berjanji padanya bahwa aku akan membantunya di masa depan. Dia sangat sibuk, jadi dia mengenalkanku pada Wulan. Kali ini Wulan datang duluan padaku." Pada akhirnya, dia mulai memohon "Ini benar-benar bukan maksudku untuk menyakitimu, semuanya adalah perintah Bu Yuli. Dia yang memerintahkanku untuk melakukannya."

"Dewi? Siapa itu?" Pak Mahesa sedikit tidak sabar. Dia tidak menyangka kasus biasa ini akan melibatkan begitu banyak orang. Jika dia bisa mengetahui semua orang ini, dalang di baliknya pasti akan ketemu!

"Dewi adalah putri ibu tiriku, dan saudara perempuanku." Begitu Fariza selesai berbicara, mata orang-orang di sekitarnya menjadi simpatik. Orang-orang yang ingin menyakitinya adalah nenek, ibu tiri, dan saudara tirinya sendiri. Tampaknya kehidupan gadis ini memang tidak mudah.

Hati Satria yang paling sakit. Dia benar-benar bisa membayangkan kehidupan apa yang Fariza jalani ketika dia belum mengenal Fariza. Dia mendengar bahwa Fariza bahkan pernah mencoba untuk bunuh diri. Tidak heran, dia memiliki keluarga yang seperti itu. Tapi saat Fariza bersamanya di masa depan, Satria tidak akan pernah membiarkan orang menggertak Fariza lagi.

Setelah mengedipkan matanya beberapa kali, Satria menoleh untuk melihat ke arah Pak Mahesa, "Sekarang masalah ini telah diselidiki, saya pikir Anda tidak akan membiarkan tersangka yang sebenarnya lolos begitu saja!"

Pak Mahesa dengan cepat berjanji, "Itu pasti. Saya akan mengirim seseorang untuk menangkap mereka secepatnya."

Setelah menerima jawaban yang memuaskan, semua orang lega. Ketika mereka semua meninggalkan kantor polisi, Hendra mengikuti Pak Mahesa dengan ragu-ragu dan berkata, "Pak, saya ada di luar ketika mereka menginterogasi Dani di dalam. Mereka sepertinya…"

Pak Mahesa dengan cepat menyela kata-kata berikutnya. Dia berkata penuh arti, "Hendra, ada beberapa hal tidak wajar yang harus dimaklumi. Jangan terlalu memperhatikan prosesnya. Hasilnya adalah yang paling penting."

"Tapi Komandan Satria hanyalah kepala seksi dari Departemen Angkatan Bersenjata, tidak setinggi gelarmu. Kenapa Anda sepertinya tunduk kepadanya?" Saat ingin mengucapkan kalimat ini, Hendra tiba-tiba sadar. Dia mengurungkan niatnya.

"Aku bertanya padamu, berapa umur Satria dan berapa umurku?"

Hendra berpikir sejenak, "Komandan Satria sepertinya berumur dua puluhan, bukankah Anda empat puluh?"

Pak Mahesa melihat ekspresi bodoh di wajah Hendra. Dia berkata kepada pria itu, "Dia sudah setingkat denganku ketika dia berumur dua puluh. Bagaimana jika dia berumur empat puluh nanti?"

Saat sedang berpikir, Hendra tiba-tiba merasa bahwa Pak Mahesa sangat luar biasa. Dia benar. Satria baru berusia 20 tahun, tapi sudah bisa berada di level setinggi itu. Sedangkan dirinya, yang berusia 30 tahun, masih menjadi seorang polisi biasa.

"Selain itu, aku mendengar bahwa Satria datang dari Surabaya. Dia datang ke Pasuruan hanya untuk sementara waktu untuk melakukan misi. Coba pikirkan, siapa orang yang tinggal di kota itu? Bukan hanya aku, bahkan ketua kita sangat antusias ketika dia melihat Satria!"

Hendra tercengang. Sepertinya Satria adalah pria yang tidak biasa.

Di sisi lain, pria luar biasa itu sekarang sedang berusaha untuk menyenangkan calon pamannya. Sejak keluar dari kantor polisi, Wawan menjadi sangat marah. Dia selalu tahu bahwa Fariza mengalami masa-masa buruk di Keluarga Juwanto, tetapi dia tidak menyangka bahwa Keluarga Juwanto adalah sekelompok serigala. Dia menyesal telah membawa Fariza kembali begitu terlambat. Jika dia mengambilnya lebih awal, Fariza tidak akan diganggu oleh mereka begitu lama.

"Paman, jangan khawatir, orang-orang di kantor polisi akan segera menangkap mereka. Setelah ditangkap, pasti tidak akan ada yang berani mengganggu Fariza." Satria segera menghibur.

Wawan mengangguk, "Terima kasih untuk hari ini. Aku akan mengundangmu untuk makan malam." Meskipun dia tidak ingin Satria mengambil keponakannya dengan begitu mudah, tetapi hari ini dia benar-benar sudah berusaha keras. Wawan masih bisa dengan jelas membedakan pria yang tulus dan tidak.

"Inilah yang harus kulakukan, paman. Sudah kewajibanku untuk menjaga Fariza." Ada sesuatu dalam kata-kata Satria. Meskipun Wawan dapat mendengarnya, tidak mudah untuk membantahnya saat ini. Bagaimanapun, Satria baru saja membantu keponakannya untuk mencari tahu siapa yang ingin mengganggunya, pasti tidak masuk akal untuk membantahnya sekarang.

Di sisi lain, Fariza belum berbicara sejak dia meninggalkan kantor polisi. Dia berulang kali memikirkan tentang apa yang dikatakan Dani tadi. Dewi telah menyelamatkan pria itu dan dia bersedia membantu Dewi dalam hal apa pun. Tapi sejauh yang Fariza tahu, sekolah Dewi adalah sekolah berasrama, dan Dewi adalah gadis yang baik di mata para guru dan siswa di sekolahnya. Bagaimana dia menyelamatkan Dani? Mengapa dia memperkenalkan Wulan kepada Dani dan meminta bantuannya? Apa yang ingin dia lakukan pada Fariza?

Fariza menyipitkan matanya. Sepertinya saudara tirinya memang seorang gadis yang kejam.

Yang tidak ketiga orang ini ketahui adalah bahwa di jalan lain tidak jauh dari mereka, seorang pria sedang menunggu dengan cemas di depan bilik telepon umum. Mereka semua mengenal orang ini.

下一章