Pasukan yang berpakaian serba hitam memaksa Qin Lang untuk menyerah dan berlutut. Namun, anak muda itu terlalu keras kepala untuk melakukannya. Lagipula kenapa dia harus berterima kasih kepada orang-orang yang sudah membunuh tuannya?
Dia hanya berharap Xiu Lan bisa berhasil membawa Jiang Ning menjauh dari tempat itu. Entah ke mana, asalkan mereka selamat dan masih ada harapan.
"Kau benar-benar ingin mati?" dengus salah seorang dari mereka. Wajahnya masih ditutupi oleh kain hitam, senada dengan seluruh pakaian yang mereka kenakan.
Qin Lang tidak bisa berpikir kalau kematiannya secepat ini akan sangat merugikan. Lalu, dia tidak bisa memenuhi janjinya. Pergolakan batin yang kuat dia rasakan, haruskan dua berlutut dan memohon nyawanya di hadapan penjahat itu atau rela mati dan tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi di masa depan?
Lalu, dia belum tahun bagaimana kondisi ayahnya, kalau dia mati, bukankah semuanya akan sia-sia?
Ketika dia mencoba untuk mengalahkan egonya dan hampir saja berlutut.
Tiba-tiba ...
"Biarkan saja, bukan itu yang terpenting," kata seorang pria yang sepertinya adalah pemimpin para bandit itu.
Qin Lang lagi-lagi dikejutkan oleh kondisi tak terduga.
"Kau, apa kau salah satu dari bajak laut yang legendaris itu?" tanya pria bertopeng itu dengan suara yang berat dan dalam.
Qin Lang tersenyum pahit. Pria ini kagum atau akan mengejeknya? Dia sudah tidak bisa berharap ada hal baik akan terjadi.
Melihat Qin Lang yang sudah terluka hanya diam saja, pria itu melanjutkan ucapannya.
"Sebenarnya kalau tuanmu bisa mengalah sedikit saja, kurasa persoalan ini tidak akan terlalu parah. Kau hanya terlibat dalam persoalan keluarga," jelas lelaki itu lagi.
Qin Lang hanya terdiam dan tidak tertarik. Lagipula apa yang dia harapkan?
"Apa maumu?" tanya Qin Lang dengan nada serak. Energinya hampir habis. Sekuat apa pun dia, Qin Lang hanyalah manusia biasa. Setelah bertarung dengan dua lusin manusia yang terlatih dan mendapatkan banyak luka, sangat wajar dia menjadi lemah dan merasa kesakitan.
"Jangan terlalu memaksakan diri. Lagipula tuan tidak ingin kau mati, kau harus hidup sampai besok atau kami yang mati. Dengar, tidak ada yang ingin kematianmu saat ini betapa pun kau ingin mati, karena itu tetaplah hidup," ucap pria itu.
Qin Lang sejujurnya memang tidak ingin mati secepat ini, tetapi kalau semuanya orangnya harus mati dan Xiu Lan juga tak diketahui kabarnya bukankah itu lebih buruk dari kematian? Lagipula dia belum tahu apa niat manusia-manusia yang membawa dia ini.
"Katakan saja kau mau apa," kata pria bertopeng itu lagi.
Beberapa detik memperhatikan Qin Lang dan belum ada reaksi, dia mendekat dan membuka topengnya.
"Aku Qin Ming," ucapnya.
Qin Lang agak terkejut, dia memiliki marga yang sama dengannya. Apakah mereka ada hubungannya atau sebenarnya pria itu hanya menguji dirinya?
Anak muda itu memasang ekspresi wajah yang seolah tidak peduli walau di dalam hatinya dia sangat penasaran.
"Apa yang kau inginkan? Apa kau mau tuanmu dikebumikan dengan baik?" tanya pria berusia sekitar 40 tahunan yang mengaku bernama Qin Ming itu.
Qin Lang terdiam dan air mata menetes pelan di sudut pipinya. Memang itu adalah tawaran yang menarik, tetapi sekarang mereka sudah berangkat sangat jauh. Manusia jahat yang tidak diketahui keinginannya ini membawanya terus menjauh. Lalu bagaimana pria yang lebih tua itu mengatakan akan memberinya kesempatan menguburkan tuannya?
"Sudah tidak penting. Kalian hanya penjahat, lupakan saja," pikir Qin Lang dalam hatinya.
Beberapa kali kepedihan dalam hidupnya membuat dia tidak harus berharap banyak keajaiban. Baru saja beberapa tahun hidupnya menjadi keajaiban menjadi bajak laut bersama tuan Jiang Feng dan kini pria itu sudah tiada.
"Tenang saja. Sebenarnya kami membawa mayat tuanmu sebagai bukti kepada tuan. Setelah itu kau bisa mengambilnya," ucap pria itu.
Qin Lang berusaha untuk tidak memberikan reaksi apa pun. Dia harus memastikan apa yang mereka inginkan darinya. Untuk sementara ini dia bisa diam saja dan memulihkan diri, siapa tahu apa yang akan terjadi nanti? Mungkin saja apa yang diucapkan orang ini semua hanya kata-kata penghiburan saja.
Hati manusia sangat sulit ditebak, kadang bisa juga berubah sangat cepat.
Sepanjang perjalanan, Qin Lang terus berharap sahabatnya berhasil membawa pergi Nona Jiang. Kalau mereka masih hidup, setidaknya masih ada kesempatan untuk bertemu. Hidup yang tak mudah ini penuh dengan kesempatan yang tidak pasti.
Sibuk memikirkan nasibnya dan segala rencana yang bisa dia lakukan, Qin Lang dikejutkan oleh suara Qin Ming.
"Anak Muda, kau bersiaplah, kita akan segera sampai. Kalau kau ingin hidup kusarankan kau bicara seperlunya saja dan jangan terlalu mencampuri urusan keluarga. Sejauh ini tuan masih penasaran dan menghargai kau sebagai salah satu anak muda berbakat. Jangan sampai kecewakan dia," jelas pria itu.
Dari ucapannya, barangkali memang tuan yang dia sebutkan itu bukan manusia sembarangan dan memiliki temperamen yang kurang stabil. Siapa sebenarnya mereka? Apakah bajak laut juga atau penjahat yang lebih keji?
"Kenapa aku harus hidup? Aku lebih suka mati daripada menjadi anjing tanpa harga diri," jawab Qin Lang pelan.
Pria itu terkekeh mendengar jawaban anak muda itu. Dia sangat tahu anak ini pasti tengah emosi.
"Kesombongan masa muda memang sangat menarik. Kau bisa berkata begitu sekarang. Baiklah, kau akan segera tahu dan akan mengerti kehidupan setelah usiamu bertambah," kata pria berwajah lebih lembut dibandingkan siapa pun di antara para penyusup yang menyerang keluarga Jiang.
Qin Lang memalingkan wajahnya dan tidak mau berhadapan lagi dengan pria bermarga yang sama dengannya. Dia tidak tahu apa niatnya dan bisa saja pria yang berpura-pura manis biasanya akan lebih kejam dibandingkan yang berwajah bengis dan kasar.
"Kau bersiaplah, semoga kau mendapatkan banyak hal kebaikan," jelas pria itu lagi seolah dia mengharapkan dan mendoakan anaknya yang akan turun ke medan pertempuran.
Qin Lang menatap sekelilingnya dari jendela kereta kuda yang membawanya beberapa hari ini. Sedikit pembicaraan yang terjadi setidaknya membuat dia mengerti walau masih menebak apa yang diinginkan gerombolan ini darinya.
"Jangan harap kalian mendapatkan aku, lebih baik aku mati daripada mengabdikan diri pada orang jahat," pikirnya dengan emosional yang masih memuncak.
Entah berapa kali dia memaki orang-orang itu di dalam hatinya dan beberapa kali pula dia berharap Xiu Lan dan Jiang Ning mendapatkan keajaiban dan setidaknya bisa bertahan hidup sampai dia bisa menemukan mereka kembali. Sampai saat itu tiba, dia tidak boleh mati.
"Baiklah, aku tidak boleh mati, tetapi aku juga tidak boleh menundukkan diri. Apa yang sebenarnya harus kulakukan?" pikir Qin Lang dengan tatapan sayu dan lemah.
Sementara, dia akan menghadapi ketidakpastian dan hatinya juga bimbang. Bukan kondisi yang mudah.