Setelah mendengarnya, An Ge'er berbalik dan menatap Bo Yan.
Pria di hadapannya ini bertubuh tinggi dan gagah, wajahnya yang tampan dan sempurna tampak suram, alisnya dipenuhi dengan amarah, sorot matanya yang gelap itu sedang menatapnya, seolah-olah di dalamnya ada jurang yang dalam.
Ada terlalu banyak perasaan kompleks yang tersirat.
Melihat pemandangan itu, jantung An Ge'er tiba-tiba berdetak kencang.
Dia tidak bodoh, meskipun Bo Yan adalah pamannya, tetapi pria ini memperingatkannya dengan sangat keras, perasaan ini sangat berbeda dengan peringatan dari orang tua dan neneknya…
Lebih seperti rasa posesif yang kuat akan dirinya…
Ini seperti bagaimana seorang pria melihat seorang wanita…
Hati An Ge'er tiba-tiba menjadi kacau dan bingung.
Dia mau tidak mau teringat dengan adegan satu bulan yang lalu, di mana dia ditekan ke dinding dan dicium.
An Ge'er menahan napasnya. Tidak, tidak, dia adalah pamannya sendiri. Selama lebih dari sepuluh tahun, An Ge'er tidak memiliki kesan apa pun tentang dia. Pamannya juga pasti tidak mengingatnya, jadi apa yang terjadi saat itu pasti tidak sengaja.
Ini pasti karena dia yang berpikir terlalu berlebihan.
"Aku paham, Paman." An Ge'er dibuat tidak bisa menolak karena tatapan intimidasi Bo Yan. Lagi pula, dia dan pamannya tidak tinggal bersama. Dia masih memiliki kebebasan. Selama dia bisa merahasiakannya, pamannya tidak akan mengetahui privasinya.
Setelah mendengar perkataan An Ge'er, Bo Yan pun perlahan melepaskan tangannya. Dia kemudian kembali berbicara dengan nada yang datar, tetapi tetap mempunyai aura yang kuat, "Lebih baik terus seperti itu, jika tidak, semua pria yang mendekatimu sama saja dengan cari mati!"
Wajah An Ge'er sekali lagi memucat!
Bukankah Kak Qin Mo bekerja di bawah naungan perusahaannya?
Setelah masuk dan membanting pintu dengan keras, An Ge'er langsung naik ke tempat tidur dan melampiaskan emosinya dengan memukuli bantal.
"Bo Yan jahat! Bo Yan jelek! Paman brengsek macam apa dia? Pergi saja!" Setelah puas memukuli bantalnya, dia bergegas ke jendela dengan rambut acak-acakan, kemudian dia mendapati jika paman dan Kak Qin Mo sudah tidak ada di bawah.
Yang tersisa sekarang hanyalah keheningan.
Dan ketika An Ge'er teringat dengan raut wajah pamannya yang seperti sedang cemburu, ada suatu rasa yang bergejolak di dalam hatinya.
Tidak! Bagaimana dia bisa berpikiran kalau pamannya tadi cemburu?
An Ge'er mengubur dirinya di bawah bantal lagi, dia benar-benar merasa seperti gila. Bo Yan adalah pamannya sendiri! Pikiran ngelantur macam apa yang ada di otaknya!
....
Di mobil.
Asap rokok yang tipis berputar di sekitar matanya yang lentik dan sedikit menyipit, sebatang rokok terselip di antara jari-jarinya yang putih dan ramping.
Tidak ada emosi yang terpancar di mata yang jernih dan acuh tak acuh itu.
"Qin Mo, kamu menyukai An Ge'er, kan?"
Tatapan Bo Yan lurus ke depan, bibir tipisnya terbuka sedikit, dia berbicara dengan nada yang ringan.
"An Ge'er?" Qin Mo terkejut, tapi setelah itu senyum lembut langsung muncul di wajah tampannya, matanya melebar seakan teringat dengan sesuatu, "Dia cerdas dan juga cantik, aku selalu tahu bahwa sangat sulit untuk tidak menyukainya."
Sorot mata Bo Yan tiba-tiba semakin dalam.
Suasana di dalam mobil itu tiba-tiba menjadi sunyi.
Setelah beberapa saat, Qin Mo mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, "Bo Yan, apa maksudmu? Apakah kamu takut aku akan menindas keponakan kecilmu?"
Bo Yan terdiam, atmosfer di sekitarnya terasa sedikit ambigu.
Qin Mo lanjut berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus dilakukan. Aku tidak akan menjadi hambatan untuknya."
Qin Mo selalu punya rencananya sendiri. Dia bisa melihat bahwa An Ge'er menyukainya sejak lama, tapi dia selalu menunda untuk mengungkapkan perasaannya. Selain karena An Ge'er akan mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi, sebagai anak dari keluarga perwira militer, tekanan yang dia tanggung tidaklah kecil.
Jadi dia ingin berbicara terus terang dengannya setelah semuanya selesai.
Saat ini, dia hanya berpikir bahwa Bo Yan khawatir jika dia bisa menghambat keponakan kecilnya.
Bo Yan perlahan meniupkan asap rokoknya, asap-asap itu membuat seluruh tubuhnya menjadi sedikit lebih menawan di bawah sinar bulan, seperti malaikat yang turun ke bumi dan menyihir sekitarnya secara tidak wajar.
"Tinggalkan dia."
Dia tiba-tiba berkata dengan suara yang sangat pelan dan hampir tidak terdengar.
Jari-jari Qin Mo tiba-tiba menegang, matanya terpana karena terkejut, seperti tidak menyangka Bo Yan akan mengatakan itu.
"Bo Yan, apa maksudmu?"