webnovel

Part 7

"Namanya Bara Bagaskara Darmawan"

_Caca_

Caca menghentikan langkahnya di depan ruangan dengan plat "Ruang Osis" yang terpasang diatas pintu.

Dengan agak takut Caca mengetuk pintu.

Tokkk…tokkk….tokkk

"Masuk!" suara tegas dari dalam terdengar menginterupsi Caca. Dengan agak ragu Caca pun membuka pintu tanpa menutupnya dan melangkah masuk.

Terlihat seorang laki-laki yang sedang menunduk di mejanya dengan tumpukan berkas yang berada tepat didepan Caca, entahlah sedang apa. Merasa seseorang yang mengetuk pintu sudah didepannya, laki-laki itupun mengalihkan pandanggannya kedepan. Hal itu sontak membuat Caca kaget! Bagaimana tidak? Dia adalah pangerannya, maksutnya seseorang yang membantunya tadi.

"Kamu!" ucap Caca kaget. Sedang laki-laki didepannya hanya menaikkan alis, pertanda bertanya maksut dari ucapan Caca. Dia adalah Bara, lelaki yang membantu Caca sekaligus Ketua Osis.

"Caca.. Caca yang tadi kamu tolong," ucap Caca terbata.

"Apa?" tanya Bara ambigu.

"Iya, Caca yang tadi kamu tolong waktu-"

"Saya tanya tujuan kamu kesini apa? Diluar itu tidak penting bagi saya," ucap Bara sarkas sedikit membentak dengan nada tegas.

"Eh.ohh Ca..Caca mau minta tanda tangan sama kakak. Emm.. boleh?" ucap Caca setelah tersadar dari kakagetannya.

"Apa untungnya buat saya?"

Bara mengernyit ketika dilihatnya Caca merogoh saku roknya dan menyerahkan sesuatu padanya. Dia menaikkan alis pertanda bertanya maksut Caca menyerahkan lollipop?

"Ini Caca kasih buat kakak," ucap Caca dengan polosnya memberikan satu buah lollipop yang memang ia simpan di saku roknya.

"Kamu sedang menyogok saya?" sekali lagi tanya Bara dengan sarkas. Cukup heran juga dengan Caca. Orang lain mah nyogok pake uang atau benda lain yang kiranya mahal, lah ini? Lollipop! Itupun satu buah.

"Eh nggak kok. Jangan suudzon dong sama Caca. Caca itu kasih kakak lollipop biar nggak marah-marah sama Caca. Caca baca di internet kalo makan lollipop itu bis-"

"Stop!" ucap Bara menghentikan celotehan Caca yang belum terselesaikan. "Berisik!" tegas Bara. Caca pun hanya melongo sambil mengerjapkan matanya polos, bingung memikirkan kesalahannya. Tangan Bara terulur, Caca yang paham maksutnya pun segera memberikan bukunya untuk ditandatangani. Dasar! Nggak Bara nggak Danis sama aja, pikir Caca.

Bara mengangsurkan buku Caca dengan melemparnya di meja, "Keluar!" perintahnya.

Caca yang mengambil bukunya sempat melihat name tag yang kebetulan ada dimeja.

"Bara Bagaskara Darmawan," gumam Caca yang dapat didengar Bara, Bara pun menajamkan pandangannya yang hanya ditanggapi Caca dengan cengiran.

"Jadi nama kakak Bara? Nama aku Sasya Ayudya Pratama, dipanggil Caca," ucap Caca memperkenalkan dirinya tanpa rasa malu. Sedang Bara yang sudah muak dengan tingkah Caca semakin menajamkan pandangganya.

"Keluar!" ucapnya Bara sekali lagi, kali ini lebih tegas.

"Ok Caca pergi dulu, makasih emm.. Kak Bara," jawab Caca dengan senyuman yang tidak luntur dari bibirnya, mengingat ia sudah mengetahui nama lelaki yang ia sebut sebagai pangerannya. Caca pun membalikkan badannya menuju pintu.

Sebelum Caca benar-benar menutup pintu ia berhenti sejenak, "Kak!" panggil Caca pada Bara, membuat lelaki itu yang awalnnya melanjutkan kegiatannya seketika kembali menoleh pada Caca.

"Kak Bara Caca klaim sebagai pangeran Caca, soalnya pernah hadir dimimpi Caca. Jadi, siap-siap ketemu Caca setiap hari," ucap Caca yang kemudian menutup pintu dengan rapat.

Bara terdiam, pandangannya beralih pada lollipop berbentuk bundar yang ada dimejanya.

*****

Setelah Caca menemui Rere yang menghampirinya, mereka lanjut menghabiskan sisa istirahat di kantin.

"Rere mau Caca pesenin apa?" tanya Rere ketika mereka sampai dikantin

"Gue mau bakso aja deh Ca, sama minumnya pop ice ya," jawab Rere sambil kepalanya sibuk mencari tempat duduk.

"Pop ice rasa apa?"

"Rasah mbayar ada nggak?" jawab Rere dengan cengiran.

"Ha? Rasah mbayar? Coba deh nanti Caca tanyain ibuknya," kata Caca sambil membalikkan badannya siap memesan.

Rere yang hanya bercanda menepuk jidatnya melihat kepolosan Caca yang tingkat akut. Sebenarnya kalo dipikir emang dia sih yang salah.

"Hey Ca!" panggil Rere namun tak didengar Caca, mungkin karna bising yang ditimbulkan dari para siswa yang memesan.

Rere pun dengan pasrah kembali fokus untuk mencari tempat duduk, ia pun berjalan menuju pojok kantin yang kebetulan masih kosong. Sambil menunggu Caca, Rere pun memainkan ponselnya.

"Heh Re! Caca mana?" sapa Orland, yang kemudian mendudukkan dirinya didepan Rere.

"Hei, Caca lagi pesen makanan tuh," tunjuk Rere dengan dagunya yang mengarah pada stand bakso. "Lo nggak pesen?"

"Oh gue udah pesen," jawab Orland yang tak lama kemudian muncul ibu kantin dengan nampan yang berisi mie ayam dan segelas es teh. "Makasih buk," ucap Orland yang dibalas anggukan.

Setelah ibu kantin pergi, Caca datang bersama nampan ditangannya. Rere yang melihat tak ada ekspresi kesal diwajah Caca pun sedikit heran. Keheranan Rere semakin bertambah ketika Caca memberikan bakso pesanannya dan segelas air putih.

"Lah Ca ini kenapa punya gue air putih?" tanya Rere yang masih kebingungan. Orland yang semula sibuk dengan mie ayamnya beralih memperhatikan dua perempuan didepannya.

"Oh itu, jadi ceritanya…"

'Setelah mendapatkan bakso, Caca beralih menghampiri stand minuman untuk membeli pesanan Rere sedang Caca sendiri sudah membawa minum yang ia bawa dari rumah.

"Permisi buk, Caca mau beli pop ice nya ada?" tanya Caca pada ibu kantin.

"Oh ada mbak, mau yang rasa apa?"

"Yang rasah mbayar ada nggak bu?" tanya Caca sekali lagi

"Lah si mbaknya malah ngelawak, tuh mbak baca tulisan didepan dulu," kata si ibu dengan menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan tulisan yang tertempel didinding sebelah Caca, yang berbunyi "Tidak menerima bon! Yang gratis air putih". Caca yang membaca justru semakin bingung.

"Maksutnya gimana ya buk? Kok Caca makin bingung ya, itu soalnya pesenan temen Caca buk," tanya Caca sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Yaudah mbak, kalo gitu kasih ini aja," saran si ibuk sambil mengangsurkan segelas air putih, dan jangan lupakan wajah menahan tawa melihat wajah polos Caca yang sedang kebingungan.

"Jadi gitu Re ceritanya, tapi kenapa kamu malah marah ya Re?" tanya Caca

"Hahaha, astaga Ca lo tuh polos banget sih. Pengen gue bawa pulang aja rasanya," tawa Orland seketika pecah. Sedang Rere hanya mampu mengusap-usap mukanya, tak menyalahkan Caca yang memang kelewat polos. Rere sadar kalau itu kesalahannya.

"Emang kenapa Oland mau bawa Caca pulang? Caca nggak bisa bersih-bersih sama masak Oland. Tapi kalo bangunin saur, Caca jagonya," ucap Caca dengan bangga.

"Duh ni anak. Nama gue Orland Caca, bukan Oland. Dan gue bawa lo pulang itu mau gue jadiin piaraan gue, lo kan polos, imut-imut gemesin gitu," ucap Orland yang ditanggapi Caca dengan kerjapan mata, tanda tak paham.

"Dahlah land, lo ngomong sama dia itu kudu butuh waktu 24 jam biar dia paham," Saut Rere yang sedari tadi diam memperhatikan mereka.

"Kayaknya, emang iya deh Re," jawab Orland dengan pasrah.

"Kalian lagi ngomongin Caca ya?"

Krik...krikk...krik…krik

*****

下一章