webnovel

accident#29

Hari ini adalah hari yang sangat penting buat keluarga Max dan juga penghuni dormitory.

Pasalnya hari ini adalah hari dimana Ben dan Din akan menikah.

Dan resepsi akan diadakan di hotel milik paman Max yang berada di Bandung.

Jadi sejak tadi rombongan penghuni sudah sibuk berdandan di kamar mereka.

"Lu jan nyemprot kebanyakan anjir, mata gue perih" omel Peak pada Ohm yang sedang memakai parfumnya.

"Ya kan biar wangi nya awet, mueheheh" jawabnya.

"Ih ini gimana si?" Oceh Tommy seraya memakai ikat pinggangnya.

"Atuhlah yang, susah banget keknya?" Jimmy lalu membantu kekasihnya itu untuk memakainya dengan benar.

"Toey bantuin gue si" pinta Chimmon sambil menarik lelaki itu.

"Ngapaen?"

"Ini gue gak bisa pasang dasi yang bentuk kupu kupu gitu" ujarnya sambil menyerahkan dasi berwarna abu abunya.

Dresscode yang diminta pasangan BenDin untuk seme dan uke berbeda.

Untuk yang uke, mereka akan memakai setelan putih dengan dasi abu abu, sedangkan seme mereka akan memakai jas hitam dengan dasi abu abu juga.

Sekitar jam 9 pagi lebih, mereka sudah diminta untuk berkumpul di ruang make up untuk dirias.

"Sing, pacar kamu mana?" Tanya mamah Max pada lelaki kecil yang sedang memainkan ponselnya.

"Oh lagi otw mah, dia baru aja landing tadi, bentar Sing telpon dulu" ujarnya lalu segera menelepon lelaki jangkung tersebut.

Max belum diperbolehkan mengambil cuti, dan kebetulan pada hari pernikahan kakaknya itu ia mendapat jadwal di dini hari saja dan kemungkinan bisa datang walau sedikit terlambat.

Setelah melakukan landing di bandara BDO dengan membawa pesawat dari balikpapan, Max segera pergi ke hotel pamannya itu dengan cepat.

Sesampainya disana, terlihat teman temannya sudah rapi sedangkan ia masih berseragam lengkap.

"Max kesinii!!" Panggil mamahnya lalu lelaki itu segera mendekatinya.

"Ini kamu ganti dulu, minta bantuin Sing aja ya" ujarnya sambil menyerahkan jas dan setelannya pada Max.

"Iya, Harit mana?" Tanyanya.

"Disini!!" Saut Sing yang sedang membantu Din dengan pakaiannya.

Sing lalu menarik Max untuk ke ruang ganti baju dan membantunya.

"Max keringetan gini, capek ya?" Tanyanya sambil memakaikan kemeja putih itu pada Max. Kekasihnya hanya mengangguk, jujur saja sebenarnya ia masih syok karena suatu kejadian tadi.

Penerbangan dari balikpapan menuju bandung terbilang sedikit kacau, diatas sana hujan deras dan banyak awan cumulonimbus yang menghambat proses take off nya.

Bahkan turbulensi yang dihasilkan dari angin dengan kecepatan 18 knot itu membuat penumpang sedikit panik.

Ia belum memiliki banyak pengalaman, bahkan tadi ia terpaksa mematikan autopilot dan mengemudikan pesawat itu manual karena sulitnya jarak pandang dan juga pesawat sempat heading ke kiri beberapa kali.

Jujur saja itu membuatnya syok.

"Tadi ada sedikit problem di atas" ujar Max membuat Sing menatapnya khawatir.

"Serius? Tapi gapapa kan?"

"Gapapa kok, grogi aja tadi terpaksa terbangin manual" Sing menghela napas kecil. Ia sedikit khawatir melihat keadaan Max sekarang ini.

Wajahnya pucat dan berkeringat sejak tadi.

Setelah selesai membantu Max, Sing segera merapikan tatanan rambut dan wajah Max.

"Minum dulu, Max masih panik keliatannya" ujar Sing sambil menyodorkan sebotol air mineral.

Max lalu meminum itu hingga habis, dan membawa Sing menuju aula tempat mereka berkumpul sementara.

"Bang Ben udah ke altar?" Tanya Max pada Tay disampingnya.

"Udah, tinggal nunggu Din sama ayahnya. Lu kenapa muka nya begitu?" Tanya Tay balik.

"Gapapa bang"

Tak lama dari itu, mereka diinstruksikan untuk segera masuk ke aula tempat diadakannya pernikahan itu, lalu duduk di bangku yang sudah di sediakan.

Barisan depan diisi oleh keluarga Ben dan juga Din, sementara barisan belakangnya diisi oleh teman teman mereka.

Acara di mulai. Din dan ayahnya memasuki ruangan dengan perlahan. Lelaki kecil dengan jas putihnya terlihat sangat luar biasa dimata Ben.

Sungguh sangat indah.

Proses penyerahan Din pada Ben sudah dilakukan, dan perjanjian suci mereka sudah terucap.

Mereka sudah sah.

Dan kini waktunya bagi mereka untuk melakukan apa yang diinstruksikan, yaitu berciuman.

Bahkan saat proses itu terjadi, Max dan yang lainnya tertawa konyol entah karena apa.

"Wah, abang gue udah sah" ujar Max pada Ben yang sedang menyambut tamu lain.

"Wesh iyalah. Dedek gece nyusul, Sing nya udah nurut nurut aja lho itu" ujarnya sambil menatap lelaki kecil di rangkulan Max.

"Ah abang kayak gak tau aja, ditunggu aja bang bentar lagi" ujarnya dengan nada yang misterius pada Ben.

Sebenarnya Ben sudah tau apa yang direncanakan oleh adiknya itu.

"Siap siap" balasnya.

"Eh iya bang, mau langsung knotting? Apa gimana?" Tanya Max.

Astaga, kenapa Sing harus menyempil diantara kedua pria ini? Ia malu sekarang.

"Kata Din gamasalah, yaudah deh, ditunggu ae ponakan dedek" ujarnya membalas pertanyaan Max.

"Baek baek bang sama kak Din, lemah gemulai gitu jan disakitin"

"Iya dek iya, dedek juga gitu. Nih si Sing unyu unyu gini kalo ampe dedek sakitin abang potong anu dedek" ancamnya membuat Sing malu setengah mati. Ia memilih untuk menyembunyikan wajahnya di dada Max saja.

"Astaga bang, iya tenang aja. Seorang Harit Brasier akan dijaga Max dengan senang hati"

"Sip sip"

Setelah mengobrol sebentar dengan kakaknya, Max dan Sing diminta oleh papah untuk mengobrol dengan rekan kerjanya.

"Ini Max, bungsu nya. Disampingnya itu Harit, calon istri anak saya" ucap papah Max pada rekan kerjanya itu.

"Halo om" sapa Max sambil tersenyum sementara Sing menunduk untuk menyapanya.

"Ooh jadi ini kebanggaannya keluarga Brasier ya?" Tanya nya pada Max.

"Oh iya dong" jawab papah Max.

"Gimana karir nya Max? Sukses di penerbangan?"

"Oh baik om, lancar di maskapainya" jawabnya.

"Wah dapet maskapai apa nih Max?"

"Saya dapet Air Asia International Airlines om, capten Boeing 747-800" jawabnya bangga. Rekan papahnya itu pun tersenyum.

"Memang Brasier nih gen nya gak meragukan lagi ya" ucapnya membuat Max dan papahnya tersenyum.

"Nah ini? Calon istri Max?" Tanyanya sambil menatap Sing.

"Iya om" jawab Max.

"Nah, gimana study nya? Lancar?" Tanyanya ramah.

"Ooh lancar om" jawab Sing.

"Keterima dimana?"

"UGM jurusan hubungan internasional om" jawabnya.

"Wuidih, gak Max nya gak calon istrinya. Berkualitas ya" puji nya.

Papah Max tersrnyum bangga. Sementara Max menatap Sing penuh makna entah kenapa.

"Ih kenapa natapnya gitu banget?" Tanya Sing saat mereka berdua sudah pergi ke ruang istirahat.

"Mau natap calon istri gaboleh emang?" Tanyanya sedikit menggoda Sing.

Ia lalu duduk di bangku dan menarik Sing untuk duduk di pangkuannya.

"Harit lagi Heating ya?" Tanya Max curiga sambil mencium leher nya.

"Keknya iya deh, kenapa? Kecium banget?" Max mengangguk.

"Bau susu, hehe" jawabnya lalu kembali menciumi leher Sing dengan meninggalkan banyak hickey.

Sing pun hanya menurut, karena jika omega sedang heating, ia harus menurut pada mate alphanya. Jika tidak maka feromon ia akan menyebar dan mengundang alpha pemburu.

Untung saja feromon ia sudah tercampur dengan feromon mocca milik Max.

Jadi setiap kali ia heating, feromonnya akan tercium seperti coffeemilk.

"Astaga, kenapa Harit heating pas lagi begini sih sayang?" Heran Max.

"Ya gatauuu" jawab Sing sambil menepuk nepuk leher nya yang sudah memerah banyak karena hickey.

"Duh, mana mamah ngamuk kalo Max ngilang nanti" ujarnya. Sing lalu memindahkan kakinya agar sepenuhnya menghadap Max, lalu menarik kedua pipi lelaki itu.

"Masa gabisa tahan?" Tanyanya membuat Max menggeleng ribut.

"Harit gak tau aja seberapa wanginya feromon Harit. Apalagi ketambah punya Max, ih astaga ayo balik ke kamar ajaa" omel nya membuat Sing tertawa.

"Tahan aja duluu, nunggu selesai acaranya. Nanti dicariin mamah sama papah loh"

"Ih yaudah, tapi Harit diem aja disini. Jan kemana mana nanti pada nyium feromonnya" Sing lalu mengangguk kecil.

"Iyaa"

Baru dua menit mereka diam, tiba tiba Peak, Chimmon, Fiat dan juga Toey masuk bersamaan ke ruangan itu dengan panik.

Mereka lalu menutup pintu nya dan segera duduk asal. Bahkan Peak berbaring di lantai dengan ngos ngosan.

"Kenapa dah lu bedua?" Tanya Max bingung.

"Kami lagi heating anjir" ujar Peak.

"Lu semua? Kok bisa barengan ama Harit sih?" Bingungnya.

"Entahlah" jawab Fiat lelah.

_________________________________________

下一章