webnovel

Day 18

Jisoo menaruh penyadap di bawah meja Rose lalu ia duduk di sofanya, "ntah kenapa gue jadi ngerasa bersalah gini" Jisoo menggaruk rambutnya lalu ia mengambil kembali penyadapnya dan ia kaget saat melihat Rose masuk ke dalam ruangannya. "Kamu nuggu lama?" Jisoo menggeleng lalu ia diam-diam menaruh penyadap tersebut di dalam kantongnya. "Gak kok, sayang... aku gak nunggu lama" Rose hanya mengangguk dan duduk di kursi kebesatannya lalu ia menyandarkan punggungnya.

"jadi... menurut kamu apa ada yang salah?" Jisoo mengangguk lalu ia memberikan tabnya, "ada beberapa virus, tapi aku udah ngehapus virusnya" Rose mengangguk, "aku abis ini mau meeting sama Tzuyu, kamu bisa pulang duluan" Jisoo menggelengkan kepalanya "aku bisa tunggu di sini" Rose menatap Jisoo bingung, "ng... aku gak salah denger kan?" Jisoo menggeleng.

"D-denger... ini mungkin menurut kamu aku itu norak, aku..." Rose melihat pintunya dan ia menatap Tzuyu, "maaf, Ms. Clark" Jisoo menahan pundak Tzuyu lalu menatapnya tajam, "Tzuyu kenalin ini Jisoo" Jisoo hanya menatap dingin Tzuyu dan Tzuyu membalas tatapan Jisoo. "Udah... udah... Tzuyu dia itu tunangan aku, kita nikah 3 hari lagi" Jisoo langsung ngerangkul Rose dan diam-diam ia memasukkan penyadapnya kedalam jas milik Tzuyu.

"Armani?" Tzuyu mengangguk, "kenapa? Itu kemeja murahan?" Rose menatap tajam Tzuyu, "lo ngomong jelek-jelekin Jisoo..." Jisoo mengusap punggung Rose, "silahkan, lagian lo butuh dana proyek ini dari gue" Rose menghembuskan napasnya lalu ia berjalan menuju pintu dan membukakan pintu untuk Tzuyu, "proyek di batalkan" Rose berusaha menahan amarahnya, Tzuyu hanya tertawa miris lalu ia berjalan keluar lalu Rose menutup pintunya.

"Kamu gapapa?" Jisoo mengangguk, "aku udah biasa kok" Jisoo duduk menyandar di sofa milik Rose, "Rose, maafin aku... aku cuman gak suka aja..." Rose tersenyum lalu mengangguk. "Aku ngerti kok" Jisoo menggaruk rambutnya, "tapi proyek kamu?" Rose mengusap lengan Jisoo, "aku gapapa, lagian aku nanti yang rugi kalo lanjutin proyek ini" Jisoo mengangguk lalu tiba-tiba, ia merasakan Deja Vu. "Kamu gapapa?" Jisoo mengangguk.

"Aku gapapa, cuman..." Jisoo menghembuskan napasnya kasar lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "aku... ngerasa kamu mirip sama orang yang aku panggil Parkie" Rose menggenggam tangan Jisoo lalu tersenyum. "Kamu punya fotonya?" Jisoo mengambil dompetnya yang ada di kantong belakang lalu ia mengeluarkan fotonya. "Ini?" Jisoo mengangguk, "kenapa kamu cuman punya setengah?" Jisoo menggaruk rambutnya yang tidak gatal lalu menyandarkan punggungnya, "kalo dia punya potongan fotonya, itu berarti dia. Dia nyobek di foto aku dan aku punya sobekannya" Rose mengangguk lalu ia menyimpan fotonya di dalam handbagnya.

"Emangnya harus ya? Aku pake jas?" Rose tertawa kecil lalu mengangguk, "kamu udah jadi kepala IT di sini" Jisoo mengangguk. "Hari ini ada acara apa aja?" Rose melihat buku agendanya, "gak ada" Jisoo mengangguk lalu ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"A-aku... mau ajak ke suatu tempat boleh?" Rose menatap Jisoo, "hari ini?" Jisoo mengangguk, "aku... mau kenalin kamu ke ayah aku sama Yuna" Rose mengangguk, "apa mereka dimakamkan di sini?" Jisoo mengangguk. "Kecelakaannya terjadi di New York, kita di Brooklyn kan?" Rose mengangguk. "Ayah sama Yuna di makamkan di the Bronx" Jisoo menatap Rose lalu mengangguk.

"Ayok..." Jisoo tersenyum lalu ia menghembuskan kasar lalu berdiri dan mengulurkan tangannya, "butuh bantuan?" Rose tertawa kecil lalu menerima uluran tangan Jisoo.

.

.

.

.

.

.

the Bronx, United State of America

Jisoo berjongkok di depan batu nisan keluarganya lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "sini aku bantuin Jisoo melepas jasnya lalu ia mengikatkan lengan jasnya di pinggang Rose "orang-orang di sini ntar ngeliatin" Rose menggeplak kepala Jisoo. "Mesumnya" Jisoo hanya tertawa lalu mencabut rumput-rumput liarnya lalu ia menggosok-gosokkan batu nisannya menggunakan sikat, "perlu air?" Rose menatap orang yang di hadapannya dengan tatapan dingin.

"Nayeon?" Jisoo berdiri dan di ikuti dengan Rose, "Nay, ini kenalin.. Rose tunangan gue" Rose tersemyum kemenenangan lalu mengulurkan tangannya dan Nayeon membalas uluran tangan tersebut, "Nayeon, salam kenal" Rose mengangguk lalu Jisoo merangkul pinggangnya, "ngunjungin..." Jisoo mengangguk lalu ia menghembuskan napasnya kasar.

"Kita perlu sponge sama dua ember air besih" Rose mengangguk, "Nayeon, denger... apapun kejadian 3 tahun lalu, gue udah bahagia sekarang, itu murni kesalahan lo" Rose tersenyum mengejek ke arah Nayeon dan Jisoo mengangkat dua ember yang yang berisi air dan sponge lalu ia melanjutkan bersih-bersihnya bersama Rose.

Jisoo membersihkan sabunnya menggunakan sponge dan memerasnya, "kamu kayanya udah lama gak ke sini?" Jisoo mengangguk, "aku selalu aja gak ada waktu buat terbang ke sini semenjak... ibu aku masuk rumah sakit" Rose mengangguk. "Aku gak tau mereka di makamkan dimana" Jisoo menatap wajah Rose dari samping.

"Gimana kalo aku yang cari tau?" Rose menatap Jisoo, "tapi..." Jisoo tersenyum, "aku bakal hack server kepolisian kalo perlu" Rose berdiri lalu menatap Jisoo nanar, Jisoo hanya tertawa lalu memeluk perut Rose dan menciumnya, "Apaan ih!" Jisoo tertawa kecil karena Rose memasang wajah kesal, "kamu lucu" Rose memukul-mukul Jisoo.

.

,

,

,

,

,

Jisoo duduk di sofa lalu merebahkan tubuhnya, Rose duduk di armchair lalu ia menyilangkan kakinya "aku penasaran kenapa kamu narok penyatap di jas Jisoo, emangnya ada apa?" Jisoo menghembuskan napasnya, "kamu tau kan, kalo itu melanggar privasi?" Jisoo menghembuskan napasunya kasar "aku mau Tzuyu jauh-jauh dari kamu" Jisoo tidak sadar yang apa ia katakan kepada Rose.

"Oh... cemburu?" Jisoo menggeleng, "bukan, aku ngerasa kalo dia itu jahat" Rose hanya mengangguk-anggukan kepalanya lalu ia tersenyum, "terus?" Jisoo mengacak-acak rambutnya sendiri, "pokoknya kalo mau ketemu sama Tzuyu... aku ikut, urusan apapun itu" Rose mengangguk-angguk saja.

"Oke... oke..." Rose hanya menyunggingkan senyumannya, "kamu tau gak, kalo misalnya Tzuyu tadi itu... mau ngajak aku makan malem" Jisoo mengerutkan keningnya, "makan sesama rekan bisnis?" Rose menghampiri Jisoo lalu memainkan kancing kemejanya. "Um... kalo sama wine gimana hm? Apa itu juga di sebur sebagai pembicaraan bisnis?" Jisoo langsung menarik Rose ke dalam kamar miliknya.

Bonus scene...

Jisoo duduk di depan komputernya lalu ia memasang headphonenya dan mendengar seksama apa yang di bicarakan oleh Tzuyu, "Jisoo?" Jisoo menengok ke belakang dan melihat Rose yang sudah menggunakan kemeja baju miliknya, "kamu kenapa? Kek buru-buru banget" Jisoo langsung menunjukkannya kepada Rose lalu ia mengaktifkan pengeras suara.

"Chaer? Lo gapapa kan?" Rose menatap Jisoo, "aku..." Jisoo mengangguk, "dia mau selingkuhin Chaeryoung" Rose menatap Jisoo dan ia mengubah suara Tzuyu menjadi sebuah percakan transkrip. "Ini.. aku kirim email enkripsi, kamu bisa gunain sebagai blackmail" Rose tersenyum. "Sayang?" Rose menggeleng lalu mencium pipi Jisoo.

"Makasih" Jisoo mengangguk, "aku ngelakuin ini karena Tzuyu gak boleh ke sini, maksud aku kamu milik aku, aku yang ngelakuin itu ke kamu. Aku adalah orang pertamanya" Jisoo masih tidak sadar dengan apa yang ia katakan, Rose mengangguk. "2 minggu lagi, sidang Limario, kamu siap?" Jisoo berdehem.

"Apa aku harus..." Rose menggeleng, "aku yakin, Limario yang bunuh... kamu tau kan aku aja mau di bunuh sama Limario" Jisoo mengangguk. "Aku tau" Jisoo berdiri lalu ia meregangkan otot-ototnya yang kaku dan memeluk Rose dari belakang, "mine, should I call you mine from now?" Rose hanya menyunggingkan senyumannya, "Sure" Rose langsung mencium bibir Jisoo.

TBC

下一章