webnovel

Masa Lalu Jaya

"Pantas saja sepi, nama cafenya saja sama sekali tak cocok dengan pemiliknya," gerutu perempuan itu yang masih terdengar jelas di telinga Jaya.

"Hei, apa maksudmu tidak cocok, hah?! Kau mau bilang kalau aku ini tak cocok disebut pangeran? Jadi menurutmu aku lebih pantas disebut pelayan, begitu?" bentak Jaya pada perempuan aneh itu.

Dia malah tertawa dengan angkuhnya. Jaya membatin, 'Dia ini gadis sungguhan atau gadis jadi-jadian? Kenapa tingkahnya seperti ini coba? Tapi sebenarnya, dia manis jika tertawa seperti itu. Apalagi lesung pipitnya. Wajahnya begitu familiar. Apa kami pernah bertemu di kehidupan sebelumnya? Ah, sial! Baru kali ini aku merasa gugup.'

Jaya masih memperhatikan perempuan yang terus tertawa meremehkannya itu.

"Oi, apa yang kau tertawakan, Nona?" bentak Jaya.

"Hahaha, tidak ada. Baiklah saya pergi saja kalau memang di sini tak membutuhkan karyawan. Lagipula saya tak yakin dapat bekerja satu atap dengan Anda," ucap perempuan itu begitu angkuh seperti sebelumnya.

"Hei, tunggu!" Jaya menahan lengan perempuan itu. "Aku bersedia mempekerjakanmu. Tapi, jika dalam satu bulan kau tak mampu membuat cafe ini ramai, kau akan kupecat!" tantang Jaya.

"Hmm, Anda menantangku ternyata. Baiklah, jika dalam sebulan aku bisa membuat cafe ini ramai, maka aku minta uang gajiku dibayar 5 kali lipat. Bagaimana?" Perempuan itu berusaha bernego.

"Baiklah, aku setuju! Tapi siapa namamu gadis angkuh?" putus Jaya setelah berpikir beberapa saat.

"Namaku Zeni."

"Orang Indonesia? Tapi, parasmu terlihat seperti orang Jepang. Logat bahasa Indonesia-mu juga masih terdengar kaku. Kau yakin kau sungguh orang asli Indonesia?" tanya Jaya, curiga.

"Tentu saja aku orang Indonesia asli, memang apa bedanya itu huh? Bukankah sama-sama ras Asia?" gerutu perempuan itu.

"Jelas beda! Kalau orang Jepang kebanyakan pipinya chubby seperti kamu!" sungut Jaya.

"Cih! Sok tahu!" Perempuan itu berdecih tidak suka.

Begitulah awal pertemuan kurang mengenakkan Jaya dengan cintanya. Saat itu, Jaya sama sekali tak mengingat bahwa cafe itu sudah berpindah kepemilikan menjadi milik Kevin. Ia juga hanya karyawan sebenarnya. Tapi ia merasa bahwa Kevin tak akan keberatan nantinua. Bukankah Jaya sudah dianggap sebagai saudara oleh Kevin? batinnya.

Setelah satu bulan berlalu, Jaya tak menyangka perempuan itu berhasil menarik banyak pelanggan. Bisa dihajar Kevin dia kalau kakaknya itu tahu kesepakatan yang mereka buat. Kalau tak memberi tahu Kevin,  darimana juga Jaya bisa dapat uang sebanyak itu untuk menggaji.

Jaya benar-benar dilema. Baiklah, ia memutuskan jika kakaknya datang, ia akan bicarakan baik-baik.

Saat Kevin datang, Jaya melihatnya begitu terkejut melihat mereka berduaan. Memang selama Zeni bekerja satu bulan di cafe itu, Jaya tak pernah sekali pun menyinggung tentang karyawan baru dengan kakaknya di sambungan telepon.

Namun, Jaya benar-benar tak menyangka bahwa kakaknya akan semarah itu. 'Memang apa salahnya sih mempekerjakan wanita? Benar-benar tak ada yang tau isi pikiran orang kaya raya seperti dia,' batin Jaya, kesal.

Tanpa Jaya duga, Kevin menarik paksa tangan Zeni yang sebelumnya berada di dapur bersamanya. Jaya tak mengerti apa penyebabnya. Apa mereka sudah saling mengenal sebelumnya? Ada hubungan seperti apa mereka yang tak  Jaya ketahui? Jaya benar-benar menaruh curiga pada mereka. Untuk menjawab semua pertanyaan itu, Jaya berinisiatif mencuri dengar percakapan mereka. Sebisa mungkin ia bersembunyi agar mereka tak menyadari keberadaan Jaya.

"Zenkyo-chan, ke mana saja kau selama ini, heh? Tak tahukah kau, aku hampir gila karena mencari keberadaanmu?" Itu suara Kevin.

Jaya tersentak saat Kevin memanggil perempuan itu dengan nama 'Zenkyo'. Mungkinkah Zenkyo orang Jepang yang pernah diceritakan kakaknya waktu itu? Tapi mana mungkin? Jaya berusaha menyatukan informasi.

Jaya masih mencuri dengar percakapan mereka saat ini.

"Zenkyo siapa? Namaku Zeni, Tuan!"

seru perempuan itu.

"Jangan membohongiku, Zenkyo! Apa maksudmu meninggalkan kuliahmu dan diriku begitu saja, eum? Sekarang muncul di sini dengan memakai identitas baru. Sebenarnya apa yang coba kau sembunyikan dariku, hah? Kau menghilang begitu saja tanpa sebab. Apa hubungan kita selama ini tak pernah ada artinya bagimu, hah?"

Kevin terdengar begitu murka. Bahkan, Jaya yang berada di balik tembok dapat merasakan itu.

"Saya tekankan sekali lagi ya, Tuan. Nama saya Zeni. Mungkin Anda salah orang." Perempuan itu masih bersikeras.

Greb!

Kevin memeluk Zeni dengan paksa. Jaya yang mengintip di balik tirai merasa begitu kesal saat ini. Bukankah perempuan itu sudah bilang kalau dia bukan Zenkyo? Kenapa pria angkuh itu memaksanya? Jaya enar-bnar tak bisa membiarkan itu terus berlanjut.

Jaya menghampiri mereka, dan memukul wajah Kevin berkali-kali.

"Dia bilang tak mengenalmu, Kak! Kuharap kau bisa sedikit menghargai privasinya!" teriak Jaya.

Saat itu, Jaya tak tahu siapa yang benar sebenarnya. Perasaan terpendamnya pada Zeni membuatnya kalap, hingga tega memukul lelaki yang selama ini menganggapnya sebagai adik.

Setelah kejadian itu, suasana canggung menyelimuti mereka. Pada akhirnya Kevin mengalah dan minta maaf pada Zeni karena salah mengenali orang.

Namun, yang Jaya herankan, ada sesuatu yang memang Zeni coba sembunyikan dari mereka. Sebisa mungkin akan ia cari tahu sendiri tanpa bertanya pada siapa pun.

Setelah satu tahun bekerja di cafe, Jaya sungguh-sungguh ingin memiliki Zeni seutuhnya. Jaya tak ingin hanya menjadi kekasihnya, ia ingin jadi suami perempuan itu. Meskipun usia mereka masih muda, tapi Jaya ingin menjadi lelaki yang dewasa. Namun, Zeni selalu menolak lamaran Jaya dengan alasan yang tak mampu ia sebutkan.

Hingga suatu saat, Jaya mengetahui alasan itu. Alasannya adalah karena ia sudah mempunyai putra berusia 2 tahun. Jaya tahu itu, karena tiba-tiba ada seorang pria yang mengaku adiknya Zeni. Dia menggendong bayi laki-laki yang berusia 2 tahun. Ia mencari Zeni karena putranya mengalami demam yang tinggi dan terus menangis.

Saat itu, Zeni tak berada di cafe. Ia bersama Kevin sedang mengantar pesanan ke sebuah kantor.

Dan fakta mengejutkan kedua adalah ternyata Zeni memanglah Zenkyo yang Kevin maksud. Cinta pertama kakaknya Jaya itu. Jaya benar-benar terpukul menerima kenyataan-kenyataan pahit itu. Ia tak habis pikir untuk apa wanita itu menyembunyikan semua darinya. Bahkan sampai mengubah identitasnya.

Setelah identitasnya terbongkar, Zeni alias Zenkyo  pergi begitu saja. Sama persis seperti yang ia lakukan pada Kevin dua tahun silam.

Jaya dan Kevin sama sekali tak mengerti akan perempuan itu. Sebenarnya siapa yang coba ia hindari, sampai harus membuat identitas palsu? pikir mereka.

Sejak saat itu, Jaya dan Kevin tidak pernah bertemu lagi dengan Zenkyo. Mereka juga tak pernah membahas lagi orang yang membuat keretakan antara mereka berdua.

Namun, dua tahun setelah itu, Jaya bertemu Zeni atau Jaya kini harus menyebutnya Zenkyo itu. Zenkyo terlihat berada di pusat perbelanjaan bersama seorang lelaki dan putranya. Mungkin lelaki itu suaminya, mereka terlihat sebagai keluarga yang harmonis. Jaya tersenyum getir melihat itu.

Namun, saat Zenkyo terlihat sendirian, Jaya mencoba menyapa. Baru saja, suaminya pergi bersama putranya entah k emana. Bukan maksud ingin mencari ribut, tapi Jaya hanya ingin tahu kabar perempuan itu.

Walau dari jauh terlihat Zenkyo sangat bahagia, tapi Jaya tak dapat menahan hasratnya untuk menyapa. Jaya tahu bahwa mencintai itu tak harus memiliki. Mengikhlaskan orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain, ini adalah cinta murni menurutnya.

Namun, saat itu entah setan dari mana mempengaruhi, Jaya mencium Zenkyo di tempat umum. Tepat di saat itu suaminya datang dan melihat mereka. Jaya tahu Zenkyo kecewa akan tingkahnya, tapi Jaya hanya menganggap itu sebagai ciuman perpisahan.

Namun, sepertinya suami Zenkyo salah paham. Ia menonjok Jaya, lalu menampar Zenkyo dengan keras. Saat itu hatinya sangat sakit, tapi Jaya tak bisa berbuat apa-apa. Jaya terpaku, melihat Zenkyo ditarik paksa oleh suaminya. Bahkan, mereka membiarkan anak mereka menangis.

Bersambung ....

下一章