webnovel

Serangan

Sepasang manusia masih terlelap dengan nyaman dan sang wanita masih memeluk hangat putrinya dan membuatnya nyaman tidur bersamanya. Namun ketenangan itu berakhir saat sebuah suara telfon mengganggu malam hangat mereka.

"Zen, telfonmu berbunyi" kata Asuna yang berada disebelah Zen mencoba membangunkan Zen, agar melihat telfonnya agar tidak mengganggu anak mereka yang masih tertidur.

Zen yang mulai terbangun lalu mencoba meraih telfonnya saat ini yang terus berdering. Zen sangat bingung, siapa yang mencoba menelfonnya tepat jam 4 subuh ini.

"Halo" kata Zen sambil berusaha menjauh dari tempat tidurnya agar tidak mengganggu dua orang yang dicintainya itu.

Namun setelah dia mendengar sesuatu dari orang dibalik telfon tersebut, Zen langsung bergegas mempersiapkan diri dan siap untuk pergi kesuatu tempat.

Asuna saat ini masih belum tidur kembali dan menunggu Zen, namun Zen saat ini tiba – tiba saja mulai masuk kekamar mandinya dengan terburu – buru. Asuna mencoba bangun dengan perlahan agar tidak membuat Yui bangun dan pergi kearah Zen untuk menanyakan apa yang terjadi.

Zen akhirnya keluar dari kamar mandinya setelah membasuh mukanya dan melihat seorang wanita sedang menunggunya didepan pintu kamar mandinya.

"Ada apa Zen?" tanya Asuna.

Zen sendiri hendak berbohong kepada Asuna, namun dia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Aku diberitahu bahwa Rumah sakit yang menampung donor ingatan sudah diserang dan semua data dari ingatan yang didonor sudah dicuri" kata Zen pelan.

Asuna langsung terkejut dan mulai menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.

"L-Lalu apakah kau akan kesana Zen?" tanya Asuna.

"Aku harus menyelidikinya karena mereka berhasil mencuri ingatan Lisbeth dan Silica yang berada dirumah sakit tersebut yang tertampung dalam bank data tersebut" kata Zen.

Mendengar ini Asuna tidak kuasa menahan air matanya. Zen melihat ini langsung memeluk wanita tersebut sambil menenangkannya.

"Bisakah biarkan saja orang yang berwenang yang menyelesaikan ini?" kata Asuna.

"Tunggulah disini oke. Jaga Yui, aku yang akan mengurus masalah ini. Aku melakukan ini karena mereka menyentuh wanitaku." Kata Zen sambil menghapus air mata Asuna.

"Baiklah. tapi berhati – hatilah oke." kata Asuna yang akhirnya mengiklaskan kepergian Zen.

"Baiklah" kata Zen sambil mencium singkat bibir Asuna. Lalu Zen menuju kamar dan mengganti piyamanya dan bersiap untuk pergi. Zen saat ini langsung berada disamping putrinya dan mencium singkat pipi putrinya tersebut dan mulai meraih helm dan kunci motornya.

"Berhati – hatilah Zen" kata Asuna sambil kembali mencium singat Zen dan akhirnya dia melihat prianya itu sudah menghilang dari pandangannya.

.

.

Seorang pria saat ini sudah mengendarai motornya dengan sangat cepat menuju suatu tempat tertentu.

[Sekarang belok Kanan Kak] kata Irene.

Zen terus mengikuti arahan Irene, Zen sendiri sudah memasang pelacak pada benda yang menjadi bank tempat penyimpanan ingatan dan akhirnya menyuruh Irene membantunya untuk mengarahkannya menuju pelacak yang sudah Zen taruh dibenda tersebut.

Akhirnya Zen tiba disuatu dermaga dimana ada beberapa orang sedang menjaga dermaga tersebut.

"Benarkah ini tempatnya Irene?" tanya Zen.

[Iya Kak, tidak salah lagi benda itu berada didalam kapal tersebut] kata Irene.

Lalu Zen mulai meraih telfonnya dan hendak menghubungi seseorang, namun tiba – tiba saja dia merasakan seorang datang dan mencoba menyerangnya. Zen sendiri yang menyadari serangan tersebut mulai menghindar.

"Hmm... kukira siapa ternyata hanya seorang kecoa pengganggu" kata pria berkerudung tersebut.

Zen saat ini mengepalkan tangannya karena mengatahui siapa pria tersebut. Pria tersebut merupakan orang yang menyerang Lisbeth dan Silica. Pria berkerudung itu hanya tersenyum dan langsung menyerang Zen.

Namun sialnya Zen yang berusaha tenang menghalau serangannya semua karena dapat melihat serangan tersebut dengan mudah.

"Status G memang beda" gumam Zen setelah dia berhasil menghindari orang didepannya dengan mudah.

Sedangkan orang berkerudung ini sangat marah, karena didalam tubuhnya sudah terpasang berbagai macam teknologi untuk membantunya menjadi kuat, namun masih belum bisa melawan orang yang berada didepannya ini.

Akhirnya Zen akan melancarkan serangan balik, Zen maju dan mencoba meninju wajah pria tersebut. Pria itu lantas menghindar, namun dia sangat terkejut akan serangan Zen yang amat cepat, namun tiba – tiba sebuah pukulan tepat mengenai perutnya.

Pria itu mulai mundur beberapa langkah, namun Zen tidak membiarkan pria itu kembali dan langsung menyerangnya.

Dengan cepat, Zen sudah berada didepannya pria tersebut dan mulai memukul tepat dikepalanya. Pria itu melebarkan matanya saat mendapatkan serangan itu karena pergerakan Zen yang sangat cepat.

Pria itu mulai terpental beberapa meter kebelakang dan saat ini langsung bersiap menahan serangan Zen. Zen sendiri langsung kembali memukul kearah pria tersebut namun pria itu berhasil menghindar dari serangan Zen walaupun sangat tipis.

Namun Zen berhasil meraih jubahnya dan akhirnya menariknya. Jubah itu lalu terlepas dan menunjukan sesosok pria yang dikenalnya, yang saat ini menggunakan sebuah baju khusus yang dapat meningkatkan gaya bertarungnya.

"Eiji ya.., kau akan mati hari ini" kata Zen.

Pria itu atau Eiji saat ini mulai ketakutan akan kekuatan Zen, Zen akhirnya kembali melaju cepat kearahnya dan langsung memukul tepat dikepalanya saat ini. Eiji langsung terjatuh dan terlentang, Zen yang melihat ini tidak menyia nyiakan kesempatan ini dan langsung duduk tepat diperutnya.

Zen tanpa berkata apapun mulai memukul kepala Eiji bertubi tubi hingga babak belur demi meluapkan emosinya atas perbuatan Eiji kepada wanitanya. Namun suara tembakan terdengar dan langsung mengenai lengan bagian atas dari Zen.

"Sial" kata Zen dan mulai berlari dan mencari tempat bersembunyi dibalik sebuah pohon sambil memegang luka tembakannya.

"Kenapa kalian terlambat, cepatlah bodoh dia berada disana" kata Eiji yang sudah terlepas dari cengkraman Zen dan menghampiri beberapa orang bersenjata yang satu kelompok bersamanya.

Beberapa orang mulai berkumpul dan mengepung area dimana Zen berada saat ini yang masih bersembunyi.

[Salurkan mana pada luka tembakmu Kak, untuk menghentikan pendarahannya] kata Irene.

Zen langsung mengikuti perkataan Irene dan mulai merasakan darah yang berasal dari luka tembaknya mulai berhenti.

"Hahahaha, ini adalah akhir bagimu Zen. Sayang sekali aku tidak dapat menyaksikan kamu dibunuh karena aku harus pergi. Namun aku akan memberikan salam dukaku atas dirimu kepada semua wanitamu dan juga Yuna" kata Eiji yang akhirnya beranjak dari tempat itu dan membiarkan beberapa orang dengan senjata api mereka mulai menyerang Zen.

Zen sendiri sudah merasakan beberapa orang bersenjata mendekat.

"Kalian yang memaksaku menggunakan kekuatan asliku" kata Zen.

Lalu dia membentuk sebuah bola api dari tangannya dan mulai mengintip dari balik pohon tersebut, namun sebuah peluru melesat kearahnya dan Zen dengan cepat menghindarinya dan kembali bersembunyi dibalik pohon tersebut.

"Hah..." Zen menghela nafasnya lalu Zen mencoba tenang dan memfokuskan dirinya.

"Baiklah perang dimulai"

下一章