webnovel

NGIDAM OH NGIDAM

Happy Reading ❤

"Ky, baju gue pada nggak muat. Gimana nih? Mana bulan ini banyak banget undangan kawinan," keluh Ifa sambil memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Padahal kehamilannya baru memasuki minggu ke 10.

"Ya beli lagi dong, yang." Sahut Rizky tanpa mengangkat pandangannya dari laptop. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun setelah makan malam Rizky kembali sibuk dengan pekerjaannya. Akhir-akhir ini kesibukan pekerjaan Rizky memang bertambah. Dia yang biasanya tidak pernah membawa pang pekerjaan, kini setiap habis makan malam pasti langsung sibuk dengan pekerjaannya.

"Kiiy... perhatiin dong kalau istrinya ngomong." Ifa masih belum beranjak dari depan cermin. "Yang, kita bikin maternity photoshoot yuk. Itu lho kayak yang dilakukan sama artis-artis dan selebgram. Tapi nanti pas usia kandungan gue masuk bulan kelima. Saat itu perut gue pasti sudab gede banget dan gue yakin bakalan keliatan seksi."

"Maksudnya?" Rizky kali ini mengalihkan perhatiannya pada sang istri yang masih asik bergaya di depan cermin dengan hanya menggunakan setelah lingerie berupa celana pendek dan kamisol. Dilihatnya sesekali Ifa mengangkat kamisolnya sehingga perutnya terlihat.

"Iya, maternity photoshoot. Si Ucok dan Morgan kan bikin usaha photography bareng. Mereka punya studio yang biasa melayani photoshoot model gitu."

"NGGAK." jawab Rizky pendek dengan nada ketus. Kini Rizky berdiri dan mendekati istrinya. Dipeluknya tubuh Ifa dari belakang. "Nggak boleh ada cowok lain yang bisa liat ini."

"Tapi beb, itu kan buat kenang-kenangan yang bisa kita kasih lihat ke anak-anak nanti."

"Yang, kamu tau nggak badan kamu tambah hari akan bertambah montok. Ini, ini dan ini akan bertambah besar," ucap Rizky sambil mengelus perut dan meremas payudara serta bokong istrinya. "Kamu akan semakin seksi. Dan tubuh seksi ini mau kamu kasih lihat ke cowok lain? IT'S A BIG NO!! Seluruh apa yang ada di diri kamu adalah milikku. Aku nggak mau cowok lain menikmati apa yang menjadi milikku."

"Kamu juga kok random banget sih, tiba-tiba kepengen maternity photoshoot. Bukannya kamu tadi lagi mikirin baju buat kondangan ya?"

"Hehehehe.. sekalian mikirnya beb," jawab Ifa ringan. "Kebetulan gue lagi memperhatikan tubuh ini yang ternyata cukup seksi dan mulus ya. Bisalah dipakai jadi model majalah."

Rizky menghela nafas kasar. Aduh, bini gue ngerti nggak sih kalau gue nggak ikhlas alias cemburu berat kalau dia pamerin bodynya ke orang lain? Ini malah pengen jadi model. Benar-benar deh. Tapi kalau didebat pasti nanti tambah kepengen atau ujung-ujungnya ngambek dan marah kalau dilarang. Lebih baik didiemin dulu.

"Ky, gue pengen ketemu sama Fadhil." Tiba-tiba Ifa mengucapkan sesuatu ya g absurd yang otomatis membuat kening Rizky berkerut.

"Mau ngapain?" tanya Rizky tak senang. "Lagian ini kan sudah malam, sayang."

"Pengen ngobrol aja berdua dia. Nggak pengen yang aneh-aneh kok. Kangen kali, ya." Astaghfirullah, Rizky nggak tau harus bagaimana merespon ucapan Ifa.

"Tapi sayang, ini kan sudah malam. Fadhil dan Mutia pasti sudah tidur. Besok aja ya aku antar kamu ke resto biar ketemu sama Fadhil. Pasti besok dia antar istrinya ke resto." bujuk Rizky.

"Nggak mau. Gue maunya sekarang Ky."

"Tapi dia pasti sudah tidur. Masa kamu tega malam-malam gangguin pengantin baru."

Bukannya menuruti ucapan sang suami, Ifa malah ngambek dan langsung mengambil hpnya. Tanpa banyak omong, Ifa langsung menghubungi Fadhil melalui videocall. Tak berapa lama, Fadhil merespon. Benarlah apa yang Rizky bilang tadi, di layar tampak Fadhil yang tidak mengenakan atasan. Di sebelahnya tampak Mutia yang tertidur di bawah selimut.

"Assalamu'alaikum Dhil." ucap Ifa dengan riang.

"Wa'alaikumussalaam, Fa. Ada apa? Astaga Fa.... elo kalau telpon gue pakai baju yang benar dong! Keliatan tuh perabot lo!" terdengar protes panik Fadhil. Rizky yang mendengar ucapan Fadhil baru menyadari hal tersebut. Segera ia merebut hp dari tangan Ifa.

"Ky, balikin hp gue!!"

"Nggak! Kamu sudah gila ya, video call-an sama laki-laki lain pake baju kayak gitu?!" sergah Rizky.

"Ada apaan sih bang, malam-malam si Ifa telpon gue?" tanya Fadhil yang langsung segar setelah mendengar pertengkaran suami istri tersebut. Tampak dia sudah mengenakan atasan. Sementara itu di sebelahnya Mutia juga sudah mengenakan baju dan jilbabnya.

Setelah menghela nafas, Rizky menjawab. "Sorry ganggu tidur kalian. Itu si Ifa pengen ketemu sama elo, Dhil. Berdua aja...."

"Itu bukan mau gue, Ky. Itu kemauan anak-anak lo!" sahut Ifa yang masih berusaha mengambil hpnya dari tangan Rizky. "Buruan balikin hp gue! Gue mau ngomong sama Fadhil kalau memang elo nggak ngijinin gue ketemu dia."

"Iya tapi baju kamu itu terbuka banget, Yang. At least, kamu ganti baju dulu yang benar kalau mau videocall sama cowok lain. Bisa ngiler tuh si Fadhil liat perabot kamu." Di ujung sana Fadhil dan Mutia tertawa ngakak mendengar percakapan mereka.

"Salah lo, kenapa nggak ngijinin gue ketemu Fadhil malam ini. Elo tau kan kalau keinginan kayak gini bukan mau gue, tapi maunya anak-anak lo!" balas Ifa tak mau kalah.

"Gimana Dhil? Elo bisa temuin Ifa malam ini? Gue nggak enak ganggu tidur pengantin baru." Rizky benar-benar bingung bagaimana menolak keinginan Ifa. Di ujung sana terlihat Fadhil sedang menanyakan persetujuan Mutia, istrinya.

"Bisa bang. Nanti ketemu di cafe biasa aja."

"Nggak mau ketemu di cafe. Gue mau ketemu elo di warung sate pak Ahmad yang dekat kampus." teriak Ifa karena hpnya masih dipegang Rizky. "Gue pengen makan sate."

Astagaaa.. keinginan bumil yang satu ini tak kalah absurd dengan ngidamnya Cilla dulu. Bahkan beberapa hari lalu, disaat Rizky sedang rapat, tiba-tiba Ifa menelponnya dan mengatakan ingin tidur dikeloni sang suami. Tentu saja permintaan tersebut ditolak oleh Rizky. Alhasil, malamnya Rizky terpaksa tidur di rumah bunda karena kamar dikunci oleh Ifa. Benar-benar bahaya bila Ifa ngambek.

Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di warung sate pak Ahmad. Fadhil sudah duduk manis sendirian tanpa ditemani Mutia.

"Kok sendirian Dhil?" tanya Rizky saat mereka sudah duduk di hadapan Fadhil.

"Elo ngapain duduk di sini Ky?" Belum sempat Fadhil menjawab, giliran Ifa yang bertanya pada Rizky yang duduk disampingnya.

"Ya nemenin kamulah."

"Kan tadi gue bilang mau ketemu Fadhil sendirian, Fadhil aja ngerti makanya nggak ajak Mutia."

"Sebenarnya Mutia memang nggak mau ikut karena badannya masih capek. Maklum habis gue gempur 2 ronde," bisik Fadhil sambil tertawa pelan.

"Elo duduk di meja lain deh Ky. Jangan ganggu acara gue dan Fadhil." Kembali Ifa mengusir Rizky yang belum juga mau pindah.

"Ini bukan mau gue Ky, ini maunya anak-anak lo." Kali ini wajah Ifa lebih memelas. Kalau Ifa sudah pasang wajah seperti ini, manalah mungkin Rizky menolak. Dengan berat hati Rizky menuruti keinginan istrinya. "Eh, pesenin dulu sate kambing dan sate ayam masing-masing satu porsi. Minumnya es jeruk. Elo mau minum apa Dhil? Oh iya, Fadhil biasanya suka minum jeruk hangat kalau malam. Tolong ya beb, nggak pake lama."

Fadhil mati-matian berusaha menahan tawanya saat melihat wajah Rizky yang memerah karena kesal. Buru-buru Fadhil bangkit hendak memesan, namun tangannya malah ditahan oleh Ifa. Sontak mata Rizky membulat saat melihat istrinya memegang tangan pria lain di hadapannya.

"Kamu duduk aja disini. Biar Rizky yang pesanin. Ingat Ky, nggak pake lama ya." perintah Ifa.

Wajah Rizky sudah memerah dan perasaannya sudah teraduk-aduk akibat sikap Ifa malam itu. Saat ia hendak melabrak Ifa dilihatnya sang istri tersenyum manis. Senyuman yang membuatnya sulit menolak. Apalagi saat Ifa mengucapkan terima kasih tanpa bersuara dan mengirimkan kecupan jarak jauh. Rizky benar-benar kalah. Tabah Ky tabah. Ingat bini lo lagi hamil, hatinya berusaha menyabarkan diri sendiri.

Tak lama kemudian makanan sudab datang. Dengan perasaan mendongkol Rizky duduk terpisah. Hatinya tambah mendongkol saat dilihatnya Ifa dan Fadhil saling menyuapi. Astagaaaa... ini benar-benar kelewatan, omelnya dalam hati. Rizky berusaha menahan diri. Namun saat dilihatnya Fadhil mengelap bibir Ifa dengan tissue, Rizky benar-benar tak sanggup lagi menahan rasa cemburunya. Tanpa banyak bicara Rizky membayar makan malam mereka.

"Ayo pulang. Sudah cukup ketemuan sama Fadhilnya. Nggak baik bumil malam-malam begini kelamaan di luar rumah. Bro, makasih atas bantuannya. Kita pulang dulu." Rizky langsung menyuruh Ifa berdiri dan menariknya keluar dari warung sate tersebut.

"Makasih ya Dhil! Salam buat Mutia. Sampai ketemu besok di resto.!" teriak Ifa sambil terus mengikuti langkah Rizky keluar warung.

Sesudah pasangan tersebut keluar dari warung, Fadhil tak bisa lagi menahan tawanya. Membuat pemilik warung dan beberapa pengunjung menggelengkan kepalanya. Bayangkan saja, hampir tengah malam ada kejadian seperti itu di warung.

⭐⭐⭐

Keesokan paginya suasana terasa tegang di meja makan saat mereka sarapan bersama. Alana dan bang Zayyan yang duduk di hadapan mereka saling senggol. Sementara babe sibuk dengan sarapannya dan emak sibuk menaruh makanan ke piring anak-anaknya. Ya, sejak menikah Alana ikut tinggal di rumah babe Abdul. Tadinya Alana meminta Zayyan untuk tinggal di paviliun saja, namun permintaan itu ditolak oleh emak karena ia tak ingin rumahnya kembali menjadi sepi. Lagipula paviliun akam dibongkar dan dibangun ulang menjadi rumah untuk Ifa dan Rizky nantinya. Hal itu dilakukan karena tidak mungkin Ifa dan ketiga anaknya tinggal bersama di rumah babe. Emak memiliki impian mengumpulkan anak cucunya di lingkungan yang saling berdekatan. Kebetulan rumah tanah babe Abdul cukup besar sehingga memungkinkan hal itu dilakukan. Rumah utama nantinya akan ditempati oleh Zayyan dan keluarganya.

"Ehem.. ehem... berasa dingin ya bang pagi ini." sindir Alana.

"Iya, aneh banget. Padahal di luar mataharinya lumayan cerah lho," balas Zayyan. Keduanya melempar pandang ke arah Ifa dan Rizky yang masih saling mendiamkan.

"Kalau dingin pake jaketlah," sahut Ifa cuek sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya. "Mak, masakan emak pagi ini enak banget."

"Enak mana sama sate di warung pak Ahmad?" sindir Rizky.

"Enakan makanan buatan emaklah. It's the best. Top markotop." jawab Ifa santai.

Sementara itu dihadapan merek terlihat Alana dan Zayyan yang saling menyuapi.

"Mesra amat pagi-pagi sudah suap-suapan." ledek emak Bella. "Babe juga mau disuapin kayak Zayyan?"

"Mau dong. Sudah lama banget kan adek nggak nyuapin abang," sahut babe Abdul girang. Kapan lagi emak ketularan romantis kayak mantunya. Masih pagi lagi. Beuh mantap nih habis makan langsung tarik ke kamar, pikir babe Abdul mesum.

"Ngapain bang senyum-senyum sendiri? Gue tau nih, pikiran abang pasti jorok."

"'Apaan? Si..siapa yang mikirin hal-hal jorok," gelagapan babe Abdul menjawab karena ke gap sama istrinya. "Abang kan cuma senang aja, mau diusapin... eh disuapin sama kamu, dek."

"Hahahaha.. babe ke gap," ledek Ifa. "Sudah tua kok masih mesum."

"Wajarlah Pah, kalau babe mesum. Emak lo sudah mau punya cucu masih cantik dan bahenol gini," sahut babe Abdul sambil mengelus mesra tangan sang istri. Ahaaay... bikin author ngiri aja nih si babe.

"Beh, mak, bang, Iky pamit duluan ya. Pekerjaan di kantor lagi hectic banget. Maklum ada proyek baru. Doain lancar ya mak."

"Iya Ky, emak selalu doain biar kerjaan dan rejeki lo lancar terus kayak air. Jangan lupa mampir ke rumah ayah bunda sebelum berangkat. Oh ya, ini bawain singkong dan pisang rebus buat mereka. Ayah bunda lo kan paling demen sarapan kayak gini." sahut Emak. "Pah, anterin laki lo tuh. Jangan dibiarin berangkat ke kantor nggak lo antar. Doain supaya laki lo urusan beres dan selalu dalam lindungan Allah."

"Iya mak." sahut Ifa pendek. Diambilnya makanan yang disiapkan untuk mertuanya.

"Ky, nanti siang gue ke kantor lo ya. Antar makanan sekalian makan siang bareng kamu." Rizky tak menyahut. Dia terus berjalan ke rumah ayah bundanya.

"Ky, nanti kalau elo rapat boleh kan gue nunggu di ruangan?" tanya Ifa karena Rizky diam saja. "Ky, jawab dong. Jangan diam saja."

"Iya. Nanti gue kasih tau Winda kalau elo mau datang. Gue berangkat." Ucap Rizky dingin setelah berpamitan kepada ayah bundanya. Pagi ini tak ada ciuman ataupun pelukan mesra dari Rizky. Cara menyebut diri dari aku kamu menjadi gue elo lagi. Bahkan di kamar tadi Rizky juga tidak mengecup ataupun membelai perutnya seperti kebiasaannya saat bangun tidur atau menjelang tidur. Apakah dia marah sama gue?

⭐⭐⭐⭐

下一章