webnovel

Rusdianto Utomo

Sesaat kemudian cahaya putih itu mulai menyusut tepat ke tengah-tengah pandanganku, dan kemudian menghilang. Lalu yang berada di depan penglihatanku saat itu adalah selembar tirai hijau yang tergantung di sebuah tiang besi. Dan ketika menundukkan kepala ke bawah, nampak separuh bagian tubuhku mulai dari perut sampai ujung kaki tertutup oleh selembar kain putih di atas sebuah tempat tidur.

Ditengah renungan serta diskusi hebat para sel saraf di otakku tentang apa yang baru saja terjadi dan tempat ku berada saat itu, tiba-tiba saja ada yang memanggilku dari samping kiri, "Hardi?".

Langsung ku putar kepala sembilan puluh derajat ke arah kanan, dan terlihat seorang laki-laki berambut hitam berponi, berdiri dengan mengenakan masker, berpakaian seragam putih abu-abu serta sebuah tas ransel yang dia panggul di bahu kanannya. Kelopak matanya terbuka lebar seakan-akan baru saja menyaksikan fenomena keajaiban sang Ilahi di hadapannya. Kemudian laki-laki itu melepas maskernya lalu terlihatlah wajah Anto dengan senyum tipis di bibirnya.

"Huffftt.... hadeh!" keluh Anto.

"Pagi Pak!" sapaku sambil menganggukan kepala dan tersenyum kecil.

Senyum Anto menghilang seiring dengan garis bibirnya yang membentuk lengkungan pelangi serta matanya yang menyipit, kemudian dia mencengkeram erat kedua sisi pinggangnya dengan kedua tangannya, lalu dia mulai memarahiku, "lu ini ya! badan udah pucet kaya mumi gitu masih aja bisa bercanda!".

"Gua cuma nyapa doang kok lu marah?" protesku.

Tanpa membalas ataupun menjawab ucapanku, hanya nyengir memperlihatkan gigi-gigi serinya, dan menurunkan kedua tangannya dari pinggang.

"Ngomong-ngomong ini dimana ya To? kok kaya kamar di rumah sakit?" tanyaku sambil celingak-celinguk memperhatikan kasur di belakangnya serta tirai yang ada di depanku

"Ya.... emang rumah sakit!" jawab Anto.

"Rumah sakit?" tanyaku

"Yapp!" tegas Anto sambil mulai mengigiti kuku jari tangannya

Saat itu di kepalaku mulai muncul rasa nyeri bersamaan dengan beberapa pertanyaan, kenapa aku bisa ada di rumah sakit? memangnya sakit apa? dan kenapa Anto bisa ada disini? bukannya dia ke Semarang?. Namun karena suasana yang terasa sangat canggung, mungkin disebabkan oleh Anto yang pergi dalam keadaan sedang marahan denganku? jadinya aku hanya bisa membalas ucapannya dengan berkata, "ohh..."

Setelah itu Anto menaruh tas ranselnya di atas sebuah meja yang ada di sampingnya, lalu duduk di tempat tidur yang ada di belakangnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Selang beberapa detik di tengah suasana diam senyap serta canggung antara sepasang sahabat yang berpisah dalam kondisi hubungan yang tidak terlalu baik selama dua hari itu, akhirnya aku beranikan diri untuk membuka jalur percakapan.

"Hey To!" tegurku sembari menundukkan kepala.

"Hmm?" sahut Anto sambil menggigiti kuku-kuku jari tangannya.

"Gimana Semarang? ngapain lu kesana sampe tau-tau kaga masuk sekolah?" tanyaku

"Yahhh.... ada acara keluarga!" jawabnya sambil melirikku sembari masih menggigiti kuku jarinya.

"Ohhh...." kataku

Dari nada serta intonasi bicaranya, dan sorot matanya, kurasa Anto tidak akan memperbolehkanku untuk mencari tau lebih dalam lagi, yahh... semua orang berhak punya privasi kan? sebagai orang aku yang sangat menghargai privasi, kuurungkan niat untuk mengulik lebih jauh dan akhirnya mengubah topik obrolan

Sambil melirik kemeja seragam yang di kenakannya, aku mulai melayangkan pertanyaan guna mengubah topik obrolan, "Lu baru pulang sekolah To?"

"Hmmm? iya baru pulang gua! huffftt!" jawabnya sambil meniup-niup kukunya yang terlihat sudah pendek dan bergerigi.

Dari seragam yang Anto kenakan, saat itu aku sempat menduga bahwa hari itu adalah hari Jumat, yang berarti aku telah terbaring di atas tempat tidur kamar rumah sakit ini selama dua hari. Tapi ternyata dugaan itu salah, setelah bertanya kepada Anto.

"Ngomong-ngomong sekarang hari apa ya To?" tanyaku sambil mengangkat sebagian badanku kebelakang agar dapat duduk bersender ke dinding, karena rasa nyeri dan berat di kepalaku yang mulai membuat risih.

"Hari Senin!" Jawab Anto sambil berusaha meraih tasnya di meja.

"Senin? berarti udah lima hari gua ada disini dong?" ucapku

"Yahh.... sebenernya lu baru di bawa ke sini pas hari Jumat!" jelas Anto sambil menaruh tas yang sudah berhasil dia raih ke pangkuannya.

Mendengar penjelasan darinya membuatku merasa ada keanehan, kalau dimasukkan ke rumah sakit hari Jumat, lalu apa yang kulakukan di hari Kamisnya?, dan sakit apa yang membuatku sampai harus dibawa kesini? hal itupun membuatku semakin bertanya-tanya, "Loh Jumat? bukannya Rabu? memangnya gua sakit apa ya To?".

Sesaat setelah pertanyaan-pertanyaan itu terlontar keluar dari mulutku, Anto terdiam sejenak menatapku sambil mengangkat keluar handphone miliknya dari tas ranselnya, lalu matanya terlihat melirik ke atas dan ke samping bawah. Nampaknya dia kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi sampai terlihat sedang berpikir keras seperti itu. Setelah sekitar beberapa detik menunggu, akhirnya jawaban yang kunantikanpun keluar juga dari mulut Anto.

"Yahhh.... kata dokter sih lu gak sadarkan diri karena ada cidera lumayan parah di tengkorak kepala lu, itu sih yang gua ngerti, entahlah gua gak paham bahasa dokter!" Ucap Anto.

Saat itu setelah mendengar penjelasan dari Anto, akhirnya aku paham alasan rasa nyeri serta berat di kepala yang sedari menganggu ternyata di sebabkan cidera yang sama yang pernah kualami saat liburan tahun lalu. Tapi apa penyebab cideraku kali ini?.

"Cidera di tengkorak kepala? kenapa gua bisa kena ci dera di tengkorak kepala lagi?" cecarku bertubi-tubi kepada Anto.

"Yahhh.... gua kurang tau sih, mungkin lu bisa tanya aja sama nyokap lu? soalnya dia yang ngasih tau gua kalo lu masuk rumah sakit!" kata Anto dengan suara rendah dan mata yang sesekali melirik ke pojok kanan atas.

Aku yang awalnya bersuara dengan menggebu-gebu dipenuhi semangat akan rasa penasaran saat itu, sekejap berubah merendahkan intonasi suaraku dengan rasa sedikit kecewa setelah mendengar jawaban dari Anto.

"Ohh begitu...." kataku.

"Yahh gitu...." balas Anto sambil mengetik sesuatu di handphonenya.

"Lu ini baru pulang sekolah ya To?" tanyaku berusah memecah obrolan yang kembali mengalami kebuntuan.

"Iya, tadi habis pulang sekolah gua langsung kesini!" kata Anto sambil memasukkan kembali handphonenya ke tas yang kemudian tas itu dia kalungkan talinya ke pundak kanannya.

Hal itu membuatku berpikir bahwa dia akan pergi, yah kalo dipikir-pikir lagi, saat dia menyapaku sebelumnya dia memang terlihat sudah bersiap-siap pergi dari sini.

"Eh? lu udah mau cabut To?" tanyaku

"Iya, udah sore banget ini soalnya! gua udah WA nyokap lu kok tadi!" jawab Anto sambil mengalungkan tali tas satunya ke pundak kirinya.

Kemudian Anto mulai berdiri dari tempat tidur yang didudukinya, lalu pamit pulang padaku, "gua balik dulu ya Di! besok gua bakal bawain materi-materi pelajaran hari ini sama Jumat kemarin!"

"Iya To, terima kasih ya udah mau jenguk gua!" ucapku

"Iya Di, sama-sama, sorry ya gak bisa bawa apa-apa!" balas Anto

"Ahh gak papa, lu udah mau kesini aja gua seneng banget, lu emang sahabat terbaik gua!" kataku.

Dengan sekejap mata Anto langsung terbelalak dan terlihat berbinar-binar. Lalu dengan satu hentakan dia rapatkan kedua kakinya serta mengepalkan tangan kanannya ke dada, lalu berkata, "Mulai hari ini dengan Pak botak sebagai saksinya, saya, Rusdianto Utomo akan mengabdikan seluruh jiwa dan raga saya untuk sahabat saya Ahmad Hardi Nugraha!"

Melihat Anto yang bertingkah seperti itu, benar-benar membuatku malu sampai kedua pipi ini memerah seperti kepiting rebus. Apalagi ditambah dengan suara tepukan tangan yang tau-tau muncul dari samping kananku.

Dengan refleks kuputar kepala ke arah sumber suara tadi. Terlihatlah seorang pria berkepala mulus tanpa rambut sehelaipun sedang berbaring di tempat tidur di sampingku sambil tersenyum dan bertepuk tangan tinggi-tinggi ke udara. Melihat hal itu aku langsung berpikir 'apa sedari tadi dia mendengarkan obrolan kami berdua?'.

"Ahhh apaan sih lu To!" keluhku dengan pipi memerah.

"Hahahaha.... udah ya Di, gua pulang dulu!" pamit Anto yang sudah menurunkan tangan kanannya.

"Iya To hati-hati di jalan ya!" balasku

"See you again comrade!" kata Anto sambil mengangkat hormat tangan kanannya.

Akupun ikut mengangkat hormat tangan kiriku sambil berkata, "see you again!".

Kemudian Anto kembali menurunkan tangan kanannya dan berjalan kebalik tirai-tirai hijau yang terbentang di depanku. Mataku terus mengikuti pergerakan Anto serta bayangannya dari balik dan celah tirai-tirai hijau itu. Sampai terdengar suara pintu yang terbuka dan tertutup kembali.

Akhirnya Anto pergi keluar meninggalkanku di ruangan ini berdua dengan seorang pria botak di sampingku.

Pria botak itu tiba-tiba berkata, "kamu punya temen yang baik ya Dek!"

Sambil melihat kepala pria itu, aku mulai berpikir dan bergumam sendiri tentang apa yang Anto katakan padaku, "To.... To, beruntung banget gua bisa dapet temen sebaik dan sepengertian kaya lu!"

"Tapi.... tapi kenapa sih lu harus bohong ke gua? apa yang lu sembunyiin dari gua?" gumamku.

"Woy Dek!" tegur pria botak itu.

Kuabaikan pria itu dan merosotkan tubuh hingga kembali telentang di tempat tidur.

Berikan saya kritik!

Berikan saya saran!

Berikan saya vote!

Add novel ini ke library anda!

Thanks to you, karena sudah mau mampir!

CTRIPcreators' thoughts
下一章