............
Buk buk buk, buk buk buk.
Suara derap kaki bolak balik di depan ruang santai permaisuri,
Saat itu GaoNiang dan TangYuan tengah duduk berdua menikmati makanan kecil mereka sambil bergosip ria saat mendengar suara bolak balik di depan ruangannya, GaoNiang mengibaskan tangannya meminta LaoMa mendekat.
"Bu Lao itu ada apa di luar kenapa ribut sekali, memang tidak tahu ini ruangan permaisuri yah?"
LaoMa menurunkan kepalanya memberi hormat lalu perlahan menuju ke pintu, melihat apa yang terjadi di luar, tak lama wanita setengah baya itu kembali.
"Eh Yang Mulia, itu"
GaoNiang dan TangYuan mengerutkan dahinya melihat sikap LaoMa yang sepertinya gugup.
"Ada apa? Kenapa masih ribut-ribut?"
LaoMa mendekat dan berbisik pada permaisuri.
Mata GaoNiang membelalak lebar, ia langsung meloncat ke atas dipan yang didudukinya.
"Apa? U ular?
TangYuan melirik kanan kiri, mana ular?
"Ular dari mana? LaoMa kau jangan menakuti orang deh"
LaoMa melambaikan tangannya,
"Ini benar Yang Mulia menurut pelayan ular besar milik pangeran Yo melarikan diri dan kemungkinan ada di istana ini"
GaoNiang menaikkan alisnya tajam.
"Anak itu, tidak bisa apa pelihara hewan yang lebih normal, maksudnya ular besar berwarna kuning itu khan? Cepat minta pawang mencarinya segera, awas kalau tertangkap ku buat sup nanti"
"Itu sangat berbahaya khan apalagi sampai melarikan diri begitu, kenapa sejak tadi tidak ada yang memberitahu?" TangYuan ikut naik ke atas dipan berdua bersama GaoNiang di atas.
"Duuuh"
..............
Di lapangan berkuda.
FeiEr menuntun kuda yang dinaiki Hong.
"Adik bisa tidak? Kakimu masih sakit tidak?" Seru Fei.
Hong yang sudah berlari berkeliling di dalam lapangan dengan kuda baru hadiah dari Putra Mahkota YangLe untuk TangYi melambaikan tangannya.
"Tidak sakit lagi kak, wah dia besar sekali, hiaa hiaa!"
Walau itu kuda untuk TangYi tapi awalnya kuda berpostur sangat besar itu sangat liar, YangLe mendapatkan kuda terbaik dari peternak dan mengatakan kuda jenis itu sangat kuat berlari hingga berhari-hari tanpa henti, walau dalam kondisi normal siapa yang mau menaiki kuda hingga berhari-hari. Namun kuda itu begitu jinak saat disentuh HongEr, sedikitpun tidak berontak hingga Hong dengan mudah bisa mengendalikannya.
"Hiaa hiaaa!"
Fei berdiri di pinggir lapangan agak cemas sebenarnya, sejak Hong jatuh dari kuda tidak Ayahanda maupun Ibunda mengijinkan Hong menaiki kuda lagi sendiri, selama ini kemanapun ia selalu duduk di dalam kereta.
TangYi dan YangLe menikmati waktu santai mereka mengamati dari tempat duduk mereka agak jauh dari lapangan.
"Tuan Muda Hong sangat lincah, sejak tadi tidak bisa diam"
TangYi tersenyum mendengar ucapan YangLe.
"He Iyah energinya banyak sekali, adik baru akan berhenti kalau ia kelaparan, untuk saat ini sulit memintanya berhenti"
YangLe tertawa kecil. Melihat Hong membuat hiburan tersendiri baginya, wajah Hong memang sangat menarik hingga orang yang melihatnya tertawa akan ikut bahagia, benar ada seseorang seperti itu di dunia ini, sangat menarik.
Tak lama duduk suara pengawal di belakang mereka keras.
"Pangeran KaiLe dari Hua tiba!"
TangYi dan YangLe menoleh, melihat pangeran muda itu mendekat bersama Tao di belakangnya, ia menurunkan lututnya memberi hormat pada TangYi dan YangLe.
"Salam hormat Yang Mulia putra Mahkota TangYi, salam hormat kak Yang"
YangLe bangun dari duduknya menepuk pundak KaiLe membantunya berdiri.
"Adik Kai bangunlah, jangan terlalu resmi begitu, bagaimana urusanmu? kau pasti lelah yah?"
KaiLe menggeleng, ia menunjuk pada Tao yang membawa banyak barang di tangannya.
"He tidak lelah kak, hanya membeli beberapa barang di jalan sesuai pesanan bibi Ratu, beliau akan sangat marah kalau hamba sampai lupa"
YangLe tertawa kecil.
"Hehehe Ibunda itu benar-benar"
Dari arah lapangan Hong yang melihat KaiLe segera menghentikan kudanya cepat dan berlari turun, Fei sampai terkejut dan terlambat mencegahnya.
"Kak KaiLe!" Seru Hong.
"Adik ini hati-hati!" Seru Fei menyusul Hong yang berlari mendekat, KaiLe tersenyum lebar melihat Hong di sana, semua rasa lelahnya, yang entah melakukan apa tiba-tiba hilang, wajah lembut Hong, rambut indah merahnya yang terbang perlahan dibuai angin, keringat yang menuruni keningnya, KaiLe mengeluarkan sapu tangannya membasuh keringat di wajah Hong.
"Adik Hong latihan berkuda? Lelah tidak? Merindukan kak Kai tidak?"
Hong mengangguk.
"Iyah kak, maaf Hong pergi tanpa pamit"
Fei dan TangYi yang melihat dari tempatnya seakan menahan diri, pria itu datang dan langsung memegang Hong sana sini, tangannya pintar sekali memegang tangan Hong, sesekali membelai rambutnya, bahkan mengusap wajah adik mereka sangat akrab. Hong bahkan tidak merasa kalau KaiLe mungkin mengambil kesempatan darinya.
"Kak Kai habis dari mana?" Tanya Hong.
YangLe menggelengkan kepalanya, ia diacuhkan oleh KaiLe dan sepupu jauhnya itu seakan hanya melihat Hong seorang di matanya, tidak ada orang lain di sana.
"Oh iyah, kak Kai belikan sesuatu untuk adik" KaiLe mengangkat tangannya meminta Tao mendekat.
TangYi berbisik pada Fei di sampingnya.
"Adik, kenapa kau tidak menarik Hong pergi? Pangeran itu makin keenakan lama-lama pegang-pegang adik Hong"
TangYi tidak tahu kalau Fei sejak tadi menahan diri, kalau tidak melihat putra Mahkota YangLe di tempatnya ia sudah menarik Hong pergi, sedikit memberi muka dulu.
Wajah Hong berbinar dengan hadiah yang diberikan KaiLe, sebilah senjata kecil menyerupai belati bersarung emas.
"Waah ini bagus sekali kak, benar untuk HongEr?"
----------------------