----------
Dalam sekejab beberapa bayangan muncul dari pepohonan dan semak-semak di samping rombongan
"SongEr lindungi Hong!" Seru FeiEr spontan, hal pertama yang dipikirkan.
Dalam waktu singkat orang yang jumlahnya hampir sama atau lebih banyak dari rombongan menyerbu, menyerang pengawal di atas kuda dengan golok dan segala senjata tajam.
"Ting Ting ting ting!"
Perkelahian tak dapat dihindari, FeiEr tetap berkeliling di depan kereta menjatuhkan beberapa bandit yang mendekat, ini hanya bandit kecil, pikirnya bukan hal besar, tapi ia mencemaskan HongEr, beberapa bandit menuju ke kereta, walau ada SongEr yang menghadang.
"Ting Ting Ting ting!"
"Buk buk buk!!"
LuYan mengangguk pada FeiEr, mereka tergerus cukup jauh dari kereta dan LuYan mengerti kalau FeiEr akan mendekati kereta kembali.
"Hati-hati tuan muda!"
Para pengawal Jie bukan orang biasa, bekal ilmu beladiri dari LuWang membuat para pemuda bertubuh kekar itu bisa melawan dengan mudah, walau beberapa masih butuh bantuan karena masih sangat muda.
FeiEr mengarahkan pedangnya ke arah seorang bandit yang mendekati kereta Penumpang, sementara di rombongan bagian belakang kereta barang sepertinya sudah mulai dikepung bandit, ia harus membantu.
"SongEr aku serahkan Hong padamu!" Seru FeiEr bergerak cepat ke arah bagian belakang kereta.
SongEr mengangguk, ia masih berjaga di depan kereta di mana beberapa bandit akan muncul dan berusaha naik.
SongEr melirik Hong yang terdorong hingga ke sudut kereta, wajahnya tetap tenang, walau ia kerap memeluk tasnya erat dan memegang belati kecil miliknya untuk bersiaga.
SongEr harus berpikir, situasi tidak memungkinan untuk terus melawan, ia harus membawa Hong keluar dari situasi tersebut, kusir ikut melawan hingga di atas kereta hanya ada ia dan HongEr, jalan di depan kereta juga sudah dibersihkan karena beberapa orang di depannya tadi sibuk melawan hingga ke bagian belakang.
"Hong pegangan! Kita akan pergi!"
SongEr duduk di depan kemudi, ia meletakkan pedangnya dan menghempas pecut kuda keras.
"Hiaaaa!!" Dengan sekali pecutan kencang kuda kuda itu bergerak cepat, HongEr hampir terjungkal karena kereta tiba-tiba bergerak maju.
"Kak Song! Kita mau kemana?"
FeiEr menoleh, dari posisinya yang sudah cukup ia terlambat mencegah melihat kereta besar di mana ada Hong di dalamnya bergerak cepat.
"Tidak HongEr!" Serunya, FeiEr harus menyusul, kereta tidak boleh sampai berpisah dari rombongan, tapi beberapa bandit di depannya menghalanginya.
"Kak Yan!" Seru FeiEr keras menunjuk ke kereta, LuYan yang posisinya cukup jauh dari kereta juga tampak tertahan, ia menarik kudanya berusaha membalik arah.
"Heeeeee!!"
Dari arah pepohonan beberapa pria berpakaian dan penutup wajah hitam mengamati kereta yang terpisah dari rombongan, ini kesempatan mereka, pikir tiga orang pria bertubuh besar itu segera keluar dari persembunyian mereka.
"Ayoh!"
FeiEr cemas, ia terus melihat ke arah kereta yang terus menjauh hingga tanpa sadar seorang bandit mengarahkan pedang ke arahnya.
"Sheett!"
"Akkhhh!" Rintihan FeiEr keras, bandit itu menggores tangannya dengan goloknya, FeiEr mendorong orang bercadar hitam itu dengan kakinya menghantamnya keras jatuh ke atas tanah, ia hampir kalap menghunuskan ujung pedang yang tajam tapi ia mengurungkannya cepat, hanya menendang pria itu kembali hingga tak sadarkan diri.
"Kurang ajar!"
Ia harus segera mengejar kereta itu, SongEr yang bodoh, harusnya ia tidak gegabah dan berpisah dari rombongan, ini sungguh mencemaskan, kepala FeiEr sudah dipenuhi dengan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi pada HongEr, dan itu tidak bisa ia biarkan.
"Hihaa!!" Tak peduli dengan rintangan di depannya FeiEr menghempas pecut kuda dan berusaha memisahkan diri dari rombongan, ia harus mengejar kereta yang sudah melaju dengan cepat sampai ia kehilangan jejaknya.
Drap drap drap!!!
Tiba di daerah perbukitan agak terbuka.
Dari kejauhan FeiEr melihat kereta miliknya berhenti dekat sungai, tanpa pikir panjang ia menghempas pecut lebih keras dan mendekat.
"HongEr!" Tidak ada orang di sekitarnya, hanya ada kereta dengan dua ekor kuda yang kini diam kelelahan. FeiEr segera meluncur turun dari kuda dan masuk ke dalam kereta, dadanya naik turun dengan cepat, ia kelelahan tapi kereta yang kosong membuat ia semakin tidak karuan.
"Oh tidak Hong" ada bercak darah di lantai kereta, tas yang dipeluk HongEr hanya terjatuh begitu saja, tidak ada siapapun, bahkan belati kecil yang diberikan Ayahanda untuk melindungi diri HongEr tergeletak begitu saja di lantai.
FeiEr semakin panik, ia keluar dan melihat sekitarnya, sudah tidak ada penampakan siapapun di sekitarnya.
"Hong! SongEr!" Serunya,
Tak lama rombongan LuYan mendekat, mereka berhasil keluar dari lembah dan melumpuhkan bandit tanpa ada satupun anak buah yang terluka parah, mungkin hanya goresan di sana sini.
LuYan meluncur turun mendekati FeiEr yang seperti orang bingung melihat sekitarnya panik.
"HongEr!"
"Tuan muda! Di mana tuan muda Hong dan tuan muda Song?"
FeiEr tidak bisa menjawab, ia masih berusaha melihat setiap tempat, walau ia rasa mereka sudah kehilangan jejak Hong kini.
LuYan melihat ke dalam kereta.
"Oh ini gawat"
Salah seorang anak buah menarik salah satu bandit yang berhasil mereka tahan saat hendak melarikan diri, dijatuhkan pria tinggi kurus itu ke depan LuYan dan FeiEr.
"Brukk!!"
"Bos" ujar anak buah itu pada LuYan.
LuYan baru hendak menanyai pria yang wajah dan tubuhnya sudah babak belur itu tapi FeiEr mendahuluinya, ia merengkuh kerah baju pria itu dan menggoyangnya kencang.
"Katakan! Di mana mereka membawa adikku! Katakan di mana markas kalian!"
Pria itu setengah sadar, walau FeiEr mengguncangnya sangat kencang tapi mata pria itu sudah hampir tertutup, hanya erangan yang terdengar, tapi FeiEr tidak sabar, ia tidak bisa kehilangan HongEr di tangan orang-orang kotor itu, entah apa yang akan mereka lakukan pada adiknya yang sangat disayanginya melebihi nyawanya itu.
LuYan menahan tangan FeiEr, mencoba menenangkannya.
"Tuan muda, tenangkan dirimu, kita akan menemukan tuan muda kedua, ia bersama SongEr, bagaimanapun pemuda itu terlihat baik, ia tidak akan membiarkan tuan muda Hong dilukai"
FeiEr menghempas tangannya ke udara, wajahnya merah, menahan emosi dan kesal bukan main, yang lebih parah adalah kecemasannya, ia tidak bisa menutupinya.
"Kurang ajar! SongEr itu bodoh, kenapa ia membawa HongEr pergi! Kurang ajar!!"
-------------