"Masih sakit?" Luci menelengkan kepalanya demi memastikan bahwa Spider sedang baik-baik saja. Tapi walau begitu gadis tersebut masih mengusap pelan kepala Spider yang katanya sakit itu.
"Ehh, masih sakit sedikit sih." Spider berusaha mencari-cari alasan.
"Apa kau sudah meminum obat yang diresepkan dari dokter? Yang kulihat sakit kepalamu tidak kunjung sembuh." Luci terlihat sangat sedih saat itu. Wajahnya yang cantik seperti bergerak lesu. Alisnya yang seperti busur itu melandai dengan rendahnya. Terlihat seperti sebuah busur yang sudah lapuk dan patah.
Spider jadi tidak tega melihat Luci begitu khawatir. Jika ditanya apakah Spider menyukai perhatian Luci, jawabananya adalah iya, sangat iya. Spider sangat menyukai perhatian Luci.
Apalagi ketika jemari lentik gadis itu menerpa kulitnya. Apalagi ketika tubuh mereka bisa berdekatan dan saling menempel. Apalagi ketika mereka bisa berbagi kehangatan dan juga oksigen dalam jarak dekat.
'Aku harus menjadi calon suami yang baik kan? Maka dari itu aku harus berhenti bersikap kekanakan mulai sekarang. Aduh, tapi aku ingin sekali bermanja-manja dengan Bee.' Pikiran Spider melalang buana ke mana-mana. Lelaki itu sedang diterpa kebingungan.
"Eh, aku lupa untuk meminum obat dari dokter, Bee. Karena … karena aku tidur terus hari ini. Jadi apa kau bisa menyuapiku? Kau tau kan tanganku masih sangaaatttt sakit." Spider berkedip imut beberapa kali, seperti seorang gadis yang sedang ingin merayu pacarnya, padahal yang gadis di sini kan Luci bukannya Spider.
Saking manjanya Spider lupa kalau dia sempat bisa memasak untuk Luci, tapi dia masih berakting seolah-olah tangannya sangat sakit. Untung Luci tidak menyadarinya.
Karena merasa mual dengan sikap Spider yang konyol dan dibuat-buat, akhirnya Hans pun lebih memilih menyibukkan diri dengan buku miliknya. Dia harus menyelesaikan pekerjaannya yakni menamatkan buku dongeng si kancil anak nakal yang berada di tangannya itu.
"Eh, tapi aku harus pulang sekarang." Luci menggigit bibirnya sendiri. Luci harus melakukan beberapa hal hari ini yakni mengatur jadwal para klien yang sudah antri sejak tadi pagi.
Gadis itu mendapat kontak dari dua calon klien sekaligus yang membutuhkan jasa Luci. Oleh karena Luci sudah terlebih dahulu disewa oleh Evan demi menjadi pacar pura-pura CEO itu maka gadis itu harus mengatur jadwal agar perputaran uang tetap bisa terkendali di masa depan.
Apalagi sekarang ini Hans sudah tidak marah kepada Luci. Jadi ke depannya Luci tetap harus memperhatikan biaya pengobatan Hans.
"Kau ingin pulang ya? Ya sudah sana pergi!" usir Spider dengan wajah cemberut. Lelaki itu lalu pergi mendekat kepada Hans dan duduk di pojokan.
Hans memutar bola matanya sendiri karena sudah tidak habis pikir dengan Spider. Sementara Luci masih saja khawatir tentang keadaan Spider. Di dalam pikiran Luci, Spider itu sedang sakit parah. Oleh karenanya Spider harus dirawat baik-baik.
"Baiklah, baiklah. Ayo, kita makan. Kau ingin makan apa? Akan kubelikan." Luci maju untuk duduk di depan Spider. Gadis itu lalu mengulurkan tangannya yang lentik itu agar Spider mau bangkit dan pindah di sofa yang berada tak jauh dari pintu keluar.
"Kau tadi kan ingin pulang. Kenapa tiba-tiba mau membelikanku makanan? Aku kan tidak penting untukmu. Pergi saja lah!" Spider masih jual mahal. Bagi Spider pantang seorang lelaki menunjukkan bahwa dia tengah jatuh cinta. Setidaknya lelaki itu harus melakukan trik tarik ulur agar gadis yang sedang disukai merasa lebih penasaran dan tertarik padanya.
Padahal Spider itu sama sekali tidak menunjukkan sikap taktik tarik ulur. Spider itu bucin nomor satu di lima benua.
"Aku minta maaf. Bukan maksudku untuk mengabaikanmu. Aku memang ada sedikit urusan, itu saja. Ayo, kita makan! Aku akan menyuapimu dan menungguimu minum obat." Tangan Luci masih terulur untuk membujuk Spider.
Spider masih ingin jual mahal lagi. Tapi setelah melihat Hans memberi kode kepadanya agar Spider segera bangkit dan mengikuti Luci alhasil Spider pun mengalah.
"Baiklah kalau kau memaksa," ujar Spider dengan wajah tersipu. Lalu Spider menyambut tangan Luci yang terulur padanya. Dengan patuh dan manja lelaki itu mengekor pada Luci yang menuntunnya menuju sofa. Sekarang mereka berdua sudah duduk di atas sofa.
"Kau tunggu di sini dulu ok? Aku akan membelikan makanan untukmu. Kau mau makan apa?" Luci sudah berdiri dan bersiap untuk pergi keluar untuk membelikan makanan untuk Spider. Tapi Spider buru-buru mencegah gadis itu.
"Aku akan meminta seseorang mengambilkan makanan untukku. Kau tunggu di sini saja dan fokus merawatku." Saat mengatakan kata-kata 'merawatku' Spider tak kuasa menahan senyuman. Di telinga lelaki itu, kata-kata tersebut terdengar begitu mesra bagianya.
'Bukankah itu terdengar seperti perhatian seorang istri kepada suaminya?' batin Spider dengan riang gembira.
Luci pun menurut saja apa kemauan Spider saat ini daripada lelaki itu kembali ngambek atau merajuk.
Sekarang Spider terlihat sedang menghubungi seseorang dari telepon miliknya. Untuk sesaat mereka bedua saling melempar pandangan dalam kesunyian.
Hans yang melihat adegan roman picisan itu tak kuasa ingin mengeluarkan suara muntahan kembali. Namun karena dia anak lelaki yang baik, oleh sebab itu Hans memilih bersikap anteng dan membaca bukunya saja.
Tak lama kemudian beberapa orang datang untuk mengantarkan hidangan yang Spider inginkan. Hidangan itu tak lain adalah sebuah steak dengan kematangan medium yang terlihat menggugah selera. Dan pastinya juga ada salad di salah satu hidangan itu. Ada air hangat pengganti kopi yang biasanya disukai oleh Spider. Ada ayam kukus dengan kuah di tempat itu. Tak lupa sosis, pasta, dan spaghetti. Untuk spaghetti Spider khusus persiapkan untuk Luci karena waktu kecil gadis itu sangat menyukai makanan itu.
Sebenarnya Spider ingin menyajikan makanan yang lebih banyak di atas meja. Tapi karena dia sedang berakting sakit oleh karenanya lelaki itu harus memakan sesuatu dengan kadar sedikit. Kadar sedikit, semua makanan itu masih sedikit bagi Spider. Tapi walau begitu Spider memiliki tubuh atletis yang digilai oleh para wanita.
Luci menganga ketika melihat semua makanan mewah itu tersaji di depan matanya. Bahkan ada lagi seseorang yang datang untuk meletakkan sekeranjang penuh buah-buahan segar di ujung meja.
Hans pun tak kalah heboh. Anak itu juga menganga dan hampir meneteskan air liurnya.
"Kau … tidak akan makan semua ini kan?" tanya Luci dengan mata tak bisa berpaling dari makanan-makanan mewah itu. Luci pun menelan ludah karena merasa tergugah seleranya.
"Kamu tau kan tubuhku begitu lemah dan tak berdaya. Karena itu aku harus makan banyak-banyak agar aku cepat sembuh. Jadi tolong suapi aku semua makanan ini ya?" Spider lagi-lagi mengedipkan matanya dengan imut. Bahkan lelaki itu tersenyum dengan manisnya.
Luci mulai merasa ada yang ganjil di sini. Tapi gadis itu masih belum bisa meraba sepenuhnya hal ganjil apa yang sedang dicurigainya saat ini. Namun walau begitu Luci tetap menyendokkan satu persatu hidangan di atas meja itu. Lalu dengan pelan Luci menyuapi Spider yang tak bisa berhenti tersenyum kepadanya.
"Aku cinta kamu, Bee," senyum Spider sembari mengunyah makanannya.
***
Hallo Readers, untuk kalian yang nunggu scene-nya Evan mohon sabar ya? Kalau sudah saatnya pasti Evan bakal muncul kok. Sebagai bocoran nanti neneknya Evan nyamperin Luci ke flatnya loh. Wah, kira-kira ngapain neneknya Evan nemuin Luci ya? Ditunggu aja yah?