webnovel

Calon Istriku Akan Merawat Lukaku

"Ider, kenapa kau di sini? Apa kepalamu masih sakit?" tanya Luci. Gadis itu kemudian mendekat pada dua orang lelaki yang masih pura-pura berpelukan itu. Padahal di dalam hati mereka, mereka membara dengan sebuah kemarahan.

"Aku? Emm …. awh, masih agak sakit. Awh, aku butuh duduk sekarang." Spider mengaduh sembari memegangi kepalanya. Lalu dengan pelan-pelan Spider pun duduk di kursinya.

Baik Max maupun Hans, keduanya melongo ketika melihat sikap kekanakan yang dilakukan oleh Spider barusan itu.

'Dia monster yang mengerikan,' batin Hans sembari menggelengkan kepalanya. Wajahnya masih melongo tidak percaya.

"Apa kau sudah memeriksakannya kepada dokter?" Luci menarik sebuah kursi yang berada tak jauh dari Max. Setelahnya Luci pun duduk di atas kursi itu, di samping Spider yang saat ini sedang duduk dan pura-pura agak kesakitan.

"Ye – yeah, aku sudah memeriksakannya." Spider melirik pada Hans dengan tatapan aneh dan tidak bisa ditebak oleh Hans apa maksudnya. Padahal sebenarnya Spider sedang meminta bantuan Hans agar Hans mau bersandiwara bahwa anak kecil itu tadi melihat Spider sempoyongan saat memasuki kamarnya.

"Benarkah? Apa kata dokter kalau begitu?" Luci bertanya lagi. Gadis itu memberikan perhatian penuh miliknya kepada Spider sampai membuat hati Spider terasa begitu hangat dan nyaman.

Tangan Spider terulur dan hampir menyentuh wajah Luci, sama seperti apa yang dilakukannya tadi malam. Tapi buru-buru Spider menahan dirinya sendiri.

'Tahan, Bodoh! Kau akan membuat Bee lari! Tahan!' perintah Spider kepada dirinya sendiri di dalam hati.

"Ehh, itu – itu …yeah, kata dokter tadi aku hanya perlu memperhatikan diriku sendiri." Spider menyengirkan bibirnya dengan salah tingkah. Sifatnya yang dingin dan kaku seketika berubah menjadi lembek ketika berbicara dengan Luci.

'Jika orang-orang melihat ini, maka mereka tidak akan mempercayai apa yang mereka lihat saat ini,' pikir Max memandang heran kepada ketuanya sendiri.

"Dokter benar. Kau memang harus memperhatikan dirimu sendiri. Bahkan kau melukai tanganmu sendiri kan? Coba biar kulihat tanganmu!" Luci menengadahkan tangannya untuk meminta Spider mengulurkan tangannya yang penuh luka tadi malam itu.

Dengan malu-malu dan tersipu Spider pun mengulurkan kedua tangannya.

'Sumpah, aku mau muntah melihat kelakuan Paman Diamond,' pikir Hans dengan wajah mencemooh. Spider sempat melihat wajah mencemooh Hans. Tapi karena saking girangnya Spider tidak mempermasalahkan itu sama sekali.

Luci pun mengernyit ketika melihat kedua tangan Spider. Ternyata hansaplast warna pink yang tadi malam Luci pasangkan pada tangan Spider belum dilepas dan diganti oleh Spider.

"Kau tidak mengganti hansaplast-nya? Kenapa?" Luci terdengar menuntut.

Terkadang Luci memang terlihat tidak acuh kepada orang lain. Tapi ketika gadis itu menemukan seseorang yang sudah dia anggap seperti keluarga, maka Luci akan menjadi sangat cerewet kepada orang itu. Apalagi jika orang itu begitu ceroboh dan tidak bisa menjaga kesehatannya dengan baik.

Spider sekarang bergerak kebingungan. Pasalnya Spder sendiri lupa bahwa dia belum melepas hansaplast itu. Ya karena memang rasa sakit di tangannya itu bukan apa-apa. Tapi toh jika memang Spider ingat soal hansaplast itu, pasti lelaki itu juga tidak akan melepasnya.

Bahkan paska kedatangannya di dalam mansion miliknya, Spider tidak bisa berhenti tersenyum dan mengelus hansaplast itu tanpa henti. Sampai membuat Matt dan Tom kebingungan tiada henti.

"Aku … aku lupa. Iya, benar aku lupa, Bee. Karena … karena aku …. karena aku tertidur seharian ini. Aduh kepalaku sangat pusing hari ini." Spider memegang kepalanya lagi. Lalu lelaki itu memasang wajah memelas yang sangat lucu.

Melihat Spider bertingkah begitu menggemaskannya, telah membuat Luci pun tertawa kecil.

"Baiklah, aku paham. Tunggu di sini! Aku akan menggantikan hansaplast-mu." Luci pun bangkit dari tempat duduknya. Gadis itu keluar untuk pergi ke apotek dan mencari obat-obatan untuk membersihkan luka dan hansaplast yang baru.

Sementara itu di dalam kamar rumah sakit di mana Hans dirawat, dua orang lelaki yakni Hans dan Max menganga tanpa henti. Sama seperti Tom dan Matt, dua orang itu juga keheranan bagaimana Spider bisa bersikap begitu manja kepada Luci.

Karena merasa menjadi pusat perhatian Spider pun berdeham dan bersikap dingin kembali.

"Ayo, lanjutkan perjanjiannya! Anak Kecil, apa yang kau inginkan dariku agar kau tetap mau membantuku?" Spider mendongakkan wajahnya. Tanganya terlipat di atas dada. Sementara di belakang, Max sudah siap mengetik.

"Tidak ada. Aku setuju akan membantu Paman. Aku tidak tega melihat seorang lelaki bucin yang begitu ingin menjadi kakak iparku." Hans berdecih sembari mengangkat alis.

"Paman, tolong segera cetak dokumen itu agar aku bisa segera tanda tangan! Aku masih memiliki banyak pekerjaan dan sangat sibuk." Sekarang Hans berbicara kepada Max.

Max pun mengangguk patuh. Melihat bahwa kekuasaannya dilangkahi, Spider pun hampir mencak-mencak kembali. Tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya.

"Kau serius akan membantuku mendapatkan Bee sampai kami menikah kan?" Spider memajukan wajahnya, seolah takut jika nanti Hans berubah pikiran dengan cepat.

"Aku serius, Paman Bucin," kekeh Hans. Max pun tersenyum kecil.

"Apa itu bucin?" tanya Spider dengan kening mengkerut.

"Budak cinta," jawab Max dari belakang.

Baik Hans maupun Spider, mereka berdua cepat-cepat menoleh kepada Max yang sudah berdiri untuk mencetak dokumen yang sudah dia ketik tadi.

Hans pun terbahak karena merasa lucu kepada Spider yang tidak mengetahui arti dari bucin, padahal bawahannya sendiri saja tau.

"Hahaha Paman Bucin payah. Hahahaha!" bahak Hans.

Sementara Spider saar ini menatap ketus kepada Max.

'Harusnya Max pura-pura tidak tau saja demi melindungi harga diriku di depan anak kecil ini,' decih Spider di dalam hati.

Setelah kedua orang itu menandatangani dokumen perjanjian tersebut, Max pun keluar. Sebelumnya beberapa orang datang untuk mengusung perlengkapan printer dan laptop yang dipergunakan oleh Max. Dokumen perjanjian itu dibuat dua salinan. Satu untuk Hans dan satu untuk Spider. Dan dokumen asli dibawa oleh Spider.

"Pastikan Bee tidak bisa menemukan dokumenmu!" perintah Spider kepada Hans yang saat itu sudah menyimpan dokumen perjanjian di dalam laci meja di samping ranjang miliknya. Anak itu sekarang sudah membaca buku dongeng lagi.

"Aku tau. Sekarang Paman boleh pergi," datar Hans tanpa sedikit pun mengindahkan Spider yang masih berada di situ.

Spider hampir meledak dan ingin menjitak kepala anak itu. Seumur-umur hanya kali ini Spider menemukan seorang anak kecil yang tidak takut kepadanya.

'Kau belum tau saja siapa identitasku, Anak Kecil,' batin Spider.

"Aku ada urusan dengan calon istriku. Bukankah tadi kau dengar dia ingin merawat lukaku?" Spider membuka kedua telapak tangannya untuk menunujukan luka-luka itu. Hans menatap luka di tangan Spider dengan mengernyit dan merendahkan.

"Bahkan anak umur lima tahun saja tidak perlu mendapat perawatan hanya karena luka-luka kecil seperti itu," cibir Hans. "Bilang saja Paman berusaha mencari perhatian dari Kak Luci," lanjut Hans sembari membaca buku dongengnya.

"Kau tidak boleh berkata merendahkan pada orang tua! Hanya karena kau belum merasakan indahnya jatuh cinta maka kau bisa mengolok-olokku. Itu tidak baik." Spider mendengus kesal.

Hans pun menghela napas panjang sembari menutup buku dongengnya dengan keras. Anak lelaki itu kemudian menatap pada Spider.

"Setidaknya aku tau apa yang membuat Kak Luci jatuh cinta kepada kakakku." Dan …. boom! Hans ternyata berhasil memberikan kejutan bom kepada Spider, karena saat ini mata Spider sudah berbinar-binar dan merengek kepada Hans. Hal itu terjadi setelah Hans berkata bahwa anak kecil itu tau rahasia untuk membuat Luci jatuh cinta.

"APA?" pelotot Hans karena merasa risih dipandangi dengan tatapan merengek itu.

"Tuanku Hans yang paling mulia, aku adalah pengikutmu. Bantulah aku mendapatkan kakakmu!" mohon Spider hingga membuat Hans ingin muntah.

***

下一章