webnovel

Hans Menghilang

Luci hampir kabur setelah gadis itu berhasil memukul mundur Evan atau lebih tepatnya setelah Luci mampu memukul perut pengusaha itu.

Namun saat Luci baru melangkahkan kaki sebanyak tiga langkah, Evan sudah datang unuk menarik lengan gadis itu lagi.

Dengan paksa Evan menghempaskan tubuh Luci ke dalam mobilya hingga membuat Luci jatuh dengan posisi tubuh terlentang di dalam kursi mobi bagian depan, sementara kaki gadis itu masih berada di luar.

Lalu Evan pun mendekat ke arah Luci dengan kesadaran pikirannya yang habis sebab pengaruh alkohol. Evan ikut masuk ke dalam mobil untuk kemudian menindih tubuh Luci.

Sekarang tanpa aba-aba bibir Evan memajukan dirinya dan 'menggarap' bibir Luci tanpa jeda.

Tuan kaya itu bahkan mulai menggigit dan menekankan bibirnya pada bibir sintal milik Luci. Semakin lama Evan semakin jatuh di dalam bawah sadarnya sendiri.

"Manis," bisik Evan dengan wajah puas saat dia berhasil mencium bibir Luci.

Sementara gadis yang berada di bawah tindihan tubuhnya masih memberontak. Luci tau dia tidak akan bisa menang melawan Evan, meski pengusaha itu berada di bawah pengaruh alcohol sekali pun.

Evan adalah lelaki yang memiliki banyak tenaga. Sekarang pun dengan mudah Evan sudah mengunci kedua tangan Luci di bawah kungkungan tangan kekarnya.

Sekarang pengusaha itu menciumi area leher Luci. Dengan dalam dia menghirup aroma musk bercampur jasmine di leher jenjang gadis itu.

Hidung runcingnya tenggelam di dalam lipatan leher milik Luci. Gadis itu masih meronta, walau saat ini dia sudah merasakan sensasi aneh setelah merasakan ciuman Evan yang menjelajahi lehernya.

Sampai pada saat ciuman itu mencapai ranah lebih intim yakni menuju pada titik indah milik Luci.

Dengan pelan Evan menciumi bagian itu. Dengan pelan Evan menenggelamkan wajahnya ke dalam bagia indah milik Luci itu.

Lelaki itu merasakan aroma musk dan jasmine yang semerbak. Aroma itu yang mampu membuat Evan semakin mabuk kepayang dan menggilai tubuh gadis di depannya.

Evan pun semakin 'terpancing'. Pengusaha itu bahkan berniat untuk menyingkap tank top milik Luci.

"Tolong! Tolong! Lepaskan aku! Tolong!" teriak Luci.

Kakinya yang masih berada di luar mobil pun menjejak pada udara kosong. Kepalanya menggeleng dengan sedih.

Tenaganya telah ia kerahkan sebanyak mungkin namun tetap saja dia tidak bisa menang melawan Evan.

Saat Evan sudah berhasil menyingkap sedikit tank top milik Luci, hinngga membuat bra milik gadis itu sedikit terekspos, gerakan Evan sudah berhenti.

Bahkan cengkeramannya pada kedua tangan gadis di bawahnya juga sudah mengendur.

Luci segera mengambil kesempatan itu untuk mendorong tubuh Evan. Ahasil lelaki itu mundur, terjengkang, dan jatuh.

Buru-buru Luci berlari untuk memasuki mobil sewaannya yang berada pada jarak sekitar dua puluh meter jauhnya dari mobil Evan.

Gadis itu sempat melirik pada Evan sebelum ia memasuki mobil.

Dan betapa terkejutnya Luci saat dia melihat Evan tengah menangis sesenggukan di tengah jalan.

Lelaki itu bahkan meremas rambutnya sendiri dengan frustasi.

Ada bagian terdalam di hati Luci yang memanggilnya agar mau kembali dan menanyakan tentang keadaan Evan saat ini. Namun Luci menahan keinginan itu, dia mengurungkan niatnya untuk kembali pada Evan.

Sekarang Luci harus bergegas pergi untuk menuju ke rumah sakit.

Lagi pula ia tidak akan pernah tau rencana Evan yang sesungguhnya.

Bisa saja saat Luci berbalik dan mendekat pada Evan, pengusaha itu akan kembali menjamah tubuh Luci tanpa izin. Luci tidak ingin terlibat lebih jauh.

Dengan dada berdegup kencang Luci memasang sabuk pengaman pada tubuhnya. Lalu dengan wajah masih dibasahi oleh air mata Luci menyalakan mobil dan membelah jalanan kota kembali.

***

Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk mencapai rumah sakit yang Luci tuju.

Dan dengan sedikit hambatan seperti pertemuannya dengan Evan tadi telah menambal jumlah total waktu perjalanannya membengkak menjadi satu jam lima belas menit.

Padahal basanya perjalanan ke rumah sakit bisa ditempuh hanya dalam waktu empat puluh lima menit saja.

Mobil sewaannya sudah diparkir. Kemudian Luci memboyong tubuh sintalnya untuk memasuki rumah sakit yang memiliki reputasi cukup baik di kota itu.

Bergegas ia berlari dan meluncur untuk menuju sebuah kamar di mana Hans sedang dirawat.

Hans adalah seorang anak lelaki dua belas tahun yang mengidap penyakit kanker otak stadium tiga.

Keadaannya semakin parah saat ibu tirinya meninggalkannya begitu saja. Sementara ayah kandungnya sudah meninggal saat Hans masih berusia delapan tahun.

Selama ini Luci adalah pihak yang membiayai semua biaya perawatan Hans.

Selama ini hanya Luci satu-satunya orang yang mau merawat Hans. Alasan Luci mau merawat Hans hanya satu yakni karena Hans adalah adik tiri dari Daniel, pacar Luci.

Yah, bisa dibilag ibu kandung Daniel telah menelantarkan Hans. Dan sebab Daniel sudah pergi selamanya yang dikarenakan oleh suatu kejadian, Luci lah yang sekarang ini menjaga Hans, adik yang sangat disayangi Daniel semasa hidup.

Bagi Luci pengabdiannya untuk merawat Hans adalah sebuah bentuk pembuktian bahwa hingga kini cintanya untuk Daniel tidak pernah pupus, walaupun lelaki itu sudah meninggalkannya sejak satu setengah tahun yang lalu.

Dengan perasaan kacau Luci membuka pintu ruangan rumah sakit di mana Hans biasanya ditempatkan untuk dirawat. Namun yang ditemukan Luci adalah kekosongan.

Hans sudah tidak ada di tempatnya. Lalu Luci belari menuju meja informasi yang berada di lobi demi menanyakan keberadaan Hans saat itu.

Bisa saja anak itu ditempatkan di ruangan lain demi sebuah perawatan darurat demi menyelamatkan hidupnya yang sedang kritis.

"Suster, di mana pasien bernama Hans dirawat?" tanya Luci dengan suara keras yang tak mampu ia tahan.

Sengalan napasnya juga menggebu.

Apalagi saat itu rumah sakit sudah mulai sepi. Jam yang menunjukkan pukul tengah malah telah menjelaskan kenapa rumah sakit itu mulai sepi.

"Pasien bernama Hans sudah dibawa keluar malam ini. Walinya yang meminta Hans untuk dirujuk di rumah sakit lain," terang suster.

"Wali? Saya walinya suster. Saya walinya. Nama saya Lucia Starla," sahut Luci. Sekarang tubuhnya sudah terguncang. Dia tidak mampu berpikir jernih saat ini.

"Walinya yang lain. Nyonya Arum yang membawa saudra Hans demi dirujuk di tempat lain."

Deg!

Luci terhuyung dan hampir jatuh. Tank top miliknya sudah dibasahi oleh keringat yang tak terkira banyaknya.

Tante Arum adalah ibu kandung Daniel sekaligus ibu tiri Hans, seorang wanita yang hingga kini menaruh dendam pada Luci.

Tante Arum juga lah orang yang mengabari Luci bahwa Hans sedang kritis.

Namun saat Luci berniat untuk memastikaan keadaan Hans via telepon, Tante Arum justru tidak menjawab satu pun panggilan telepon dari Luci.

Bahkan pada panggilan yang terakhir nomor wanita itu sudah tidak aktif.

Entah mengapa Luci merasa ada yang janggal di sini. Selama ini Tante Arum tidak pernah berbuat baik pada Luci dan juga Hans.

Bahkan selama ini Tante Arum sealu melimpahi Luci dengan tumpukan utang sebab kalah berjudi.

Katakanlah Luci dijebak sebab setiap hutang yang ada, semua itu akan diatasnamakan pada Luci selaku pihak yang harus menebusnya.

Sebenarnya mudah untuk menyerang balik Tante Arum dan menjebloskannya ke penjara.

Namun Luci tidak menginginkannya. Biar bagaimana pun Tante Arum adalah ibu kandung Daniel. Semasa hidup Daniel pun sangat menyayangi ibunya, begitu pun sebaliknya.

Selain itu Luci juga paham betapa besar rasa benci dan rasa dendam yang dimiliki Tnate Arum padanya. Jika Luci berada di posisi Tante Arum mungkin Luci akan melakuka hal yang sama juga.

Dengan kata lain Luci tidak berhak menghakimi Tante Arum apalagi menjebloskan wanita itu ke penjara.

Bahkan jika keadilan itu memang ada, justru Luci lah yang pantas dijebloskan ke penjara sebab di masa lalu dialah orang yang membunuh Daniel.

***

下一章