Ngarai Sarang Burung.
Di bawah tiankeng, di bawah cahaya redup, dua sosok samar-samar terlihat tergeletak di tanah satu per satu, Di samping mereka ada genangan air yang bertiup dingin dan kabut putih masih tersisa.
Dua hari penuh berlalu, Mahesa masih mengetahuinya.
"Nak Sudirman, Nak Sudirman, ..."
Ada teriakan di benaknya, dan akhirnya, kesadaran Mahesa mulai pulih, dan suara samar menjadi jelas.
"Setan Tua?"
"Sial, Nak, kamu akhirnya bangun, kupikir kamu sudah mati." Momon mengomel, tapi sebenarnya dia khawatir. Jika Mahesa benar-benar mati, dia pasti sudah mati.
Lubang ini sedalam ratusan meter. Kecuali bagi penjelajah yang akan datang, tidak ada orang lain yang akan datang. Bahkan jika penjelajah datang ke sini, itu mungkin tidak akan ditemukan. Jika angin kayu menggantung, Momon akan menikmati secangkir teh. Mendapatkan kembali kehidupan baru, menginginkan balas dendam, itu akan menjadi omong kosong.
Untungnya, pada saat ini, kesadaran Mahesa telah pulih.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者