webnovel

BAB 24 Sahabatku Sedang Cemberut

Setelah pulang dari Bogor. aku sama sekali tidak merasakan ada kekhawatiran terhadap Lusi di sana, malah lebih dukung apapun kerjanya yang penting halal. Sedangkan enggak memikirkan bahwa dia sudah punya kekasih, waduh bagaimana nih? Apa perlu tanya ke Firdaus mengenai Lusi? Apakah sudah punya pacar belum? Ya sudahlah tak perlu sesali kalau misalkan sudah punya kekasih. Berarti sudah kedua kalinya di ambil sama lelaki di luar sana, pada saat aku sudah mempunyai rasa suka kepadanya heh dia sudah punya pacar.

Tak berselang lama akhirnya sahabatku telah datang ke tempat biasa kita nongkrong, walaupun mukanya agak cemberut entah apa yang telah merasukinya? Mudah-mudahan saja enggak ada kaitannya dengan Lusi, "Heh baru juga datang sudah cemberut aja, kenapa?" tanya Frendy sambil senyum kepadanya. Hanya saja ia tidak langsung menjawab pertanyaan dariku, Apa mungkin karena ada masalah di Kantor? Untuk saat ini sih jangan dulu tanya ke dia takut sensitif nantinya.

Selama beberapa menit kemudian akhirnya ia bicara kenapa hari ini cemberut? Aku cukup kaget sih ternyata cemberut itu gara-gara Lusi. Namun, enggak begitu spesifik menjelaskan permasalahaannya. Jadinya membuatku penasaran saja rasanya dalam benakku ingin bertanya langsung ke Lusi, sekaligus mempertanyakan kenapa bisa membuat sahabatku langsung cemberut? Tapi aku enggak mempunyai nomor handphone Lusi.

Masa ya aku harus kembali ke Bogor. Cuma untuk bertemu dengannya, padahal sekarang sudah ada whatsapp lagian kenapa harus takut minta nomornya ke Firdaus? Dasar aku selalu saja berpikiran negative thinking terhadap sahabat sendiri, "Jadinya seperti ini enggak bisa jujur bahwa aku sedang jatuh cinta sama Lusi, sekaligus ingin minta nomor handphonenya." ucap dalam hatiku sambil melihat ke arah Firdaus sedang melamun.

Aku pun menyadari bahwa ia sedang jatuh cinta kepada seorang perempuan yang sama, tapi apa perlu aku menceritakan juga mengenai ini. Daripada harus kupendam sampai menyakiti diriku sendiri karena perempuan itu, buat apa sih dalam hidup ini selalu lelaki pada suka sama seorang yang sama. Entah kenapa aku belum bisa mengatakan dengan sejujur-jujurnya? Selama di sini kita cuma diam saja tanpa ada sedikit pun ngomong masalah Firdaus maupun aku sendiri yang mengajak ia ke tempat ini.

Walau jam istirahat akan segera habis. Namun, aku belum bisa berkerja kalau dalam hatiku belum tersampaikan kepada Firdaus. Sampai nomornya handphone sudah dapat tersimpan dalam handphoneku, tanpa peduli kalau hati dia sama sepertiku. Kalau sudah ketahuan sama dia otomatis ada saingan untuk meluluhkan hati seorang perempuan yang saat ini sedang di Bogor.

Walau begitu bukan berarti aku harus merencanakan hal-hal yang membuat ia sangat membenci kepada Lusi. Itu bukan karakter dalam diriku sendiri yang ada malah nanti ia akan kembali mengingat pada saat masa-masa Sekolah dulu, yang sempat sakit hati atas ucapanku sendiri. Nah, aku mulai berpikir mengenai antisipasi persoalan perempuan sama-sama saling suka. Antisipasinya aku harus mengalah saja daripada ada keributan, tapi dengan satu syarat Firdaus harus tulus mencintai dia. Itu yang pertama, kedua adalah apa benar Lusi juga suka sama sahabatku kalau ya berarti fix aku harus ikhlas melupakan perasaanku yang selama ini di pendam. Dan, terakhir keduanya tidak ada berarti bisa mendekati Lusi dengan cara harus tahu dulu sikap ia di belakang seperti apa.

Proses memilih seorang perempuan itu aku paling susah memilih yang mana benar-benar tulus mencintaiku, untuk itu aku perlu seorang teman yang bisa bantu menilai dengan mengatakan dengan jujur. Tak perlu ada kebohongan yang harus sembunyikan dari aku, buat apa nanti juga bakal ketahuan dengan sendiri. Tanpa kasih tahu dari orang-orang lain, cuma hanya waktunya yang belum tepat. Bisa saja besok, bulan depan, malah tahun depan ketahuannya.

Kalau proses menilaian sudah selesai baru deh aku berani mendekati seorang perempuan walau harus bersaing sama sahabat sendiri dengan sehat, dan nanti tahu isi hati Lusi suka sama siapa? Aku atau Firdaus. Kemungkinan sih dia bakal memilih Firdaus di banding sama aku karena pada saat di Bogor akrabnya sama sahabatku. Namun, tak perlu menyerah sebelum ketahui sukanya sama siapa. Untuk itu aku harus semangat meluluhkan hati Lusi!

Sebelum masuk ke Kantor untuk bekerja Firdaus kenapa cemberut hari ini, "Frendy jangan dulu bekerja aku mau ngomong kenapa hari ini cemberut? Yah karena Lusi enggak mau kasih jawaban langsung kan sebel," ucap Firdaus dengan ekspresi jutek mengarah kepadaku. Spontan aku kaget lah ternyata benar dugaanku, "Memang kamu ngomong apa sama Lusi? Sampai belum kasih jawaban apa?" tanya Frendy dengan sedikit cemas takutnya ia benar-benar mengungkapin perasaannya.

Tak berselang lama Firdaus mengatakan dengan jujur di lihat dari wajahnya, "Sebenarnya gue mengungkapin perasaan bahwa dalam hati gue suka kepadanya, heh belum sama sekali kasih jawaban apa di terima atau enggak," ujar Firdaus dengan masih muka jutek. Aduh aku harus jawab apa? Sedangkan aku sendiri suka juga sama Lusi. Tapi belum tahu nih mengungkapin perasaan langsung melainkan melalui whatsapp sedikit bertanya seperti itu supaya aku juga tahu, "Aku mau tanya sama kamu pada saat mengungkapin perasaan sama Lusi bagaimana?" tanya Frendy dengan ekspresi serius ke arah Firdaus.

"Pada saat, mengungkapin perasaanku melalui whatsapp sih enggak cara romantis di sebuah cafe seperti lelaki lain," ucap Firdaus dengan wajah malu. Pantas saja Lusi belum kasih jawaban di terima atau enggak mengenai perasaan sahabatku. Sepertinya aku perlu deh kasih semangat, "Walaupun belum kasih jawaban dari Lusi, bukan berarti harus jutek pada saat jam kerja ya harus tetap semangat walau tanpa seorang perempuan di sisimu," ucap Frendy memberikan semangat kepada Firdaus dengan mengangkat tanganku ke pundak dia sambil tersenyum.

Hingga akhirnya ia kembali tersenyum enggak jutek lagi, pasti aku pun akan merasakan hal yang sama sepertimu. Kalau perempuan yang aku cintai belum sama sekali kasih jawaban di terima atau enggak? Pasti aku tidak akan cemberut akan menerima dengan lapang dada itu pun kalau belum kasih jawaban, cuma aku bisa saja membuat sesuatu yang kreatif sekaligus mewujudkan mimpi yang selama ini aku inginkan yaitu nulis lagu atau nulis buku yang sesuai dengan isi hatiku.

Dalam proses mendekati seorang perempuan

Harus butuh waktu untuk mengenal satu sama lain

Yang kini aku rasakan selama masih di pendam

Dalam hatiku.

(Frendy Nugraha).

Hanya saja aku belum terlalu yakin

Bakal di terima atau enggak sama Lusi?

Namun, dalam benakku akan tetap berusaha

Sampai hati Lusi luluh.

(Frendy Nugraha).

Seberat-berat hidup di dunia

Kalau ada kau pasti hidupku

Akan ringan tanpa ada beban lagi

Karena masalahnya kita berdua yang hadapi.

(Frendy Nugraha).

下一章