webnovel

Secercah Harapan

"Intinya, Diandra dan Marcus mengetahui rencana jahat Sergei dan mereka tidak sengaja menjatuhkan barang dan akhirnya, ketahuan untungnya mereka sempat melarikan diri"

"Aku juga hampir kehilangan banyak tenaga karena ada informasi baru yang tiba-tiba menyusul. Padahal aku sudah cukup kelelahan jadi maafkan aku jika kali ini menyusahkan kalian dengan mendadak pingsan." Balas Theodor tidak enak hati. Lucas menepuk bahu Theodor dan mulai akan membicarakan sesuatu.

"Kau bisa melihat secara utuh, informasi macam apa itu?" tanya Lucas penasaran sama seperti teman-temannya yang lain.

"Sergei melalui Organisasi Otra, menyewa pembunuh bayaran untuk menyingkirkan orang-orang yang mengetahui, sepak terjangnya. Teman Diandra satu persatu ditemukan mati ditembak orang tak dikenal. Tetapi....," kalimat terakhir sengaja Theodor gantung karena dia tidak yakin, apa yang dia lihat itu benar-benar seseorang yang pernah dilihatnya di suatu tempat, atau bukan?

"Mengapa? tetapi mengapa?" tanya semua orang serempak bersamaan.

"Biar aku pastikan terlebih dahulu" jawab Theodor meragu. Theo menoleh pada Casandra. Dia mencari Instagram Casandra lewat ponselnya, dan mencari sebuah foto di sana untuk memastikan.

"Aku sempat iseng melihat foto di Instagram mu Casandra. Dan..., penglihatanku kali ini berhubungan dengan orang ini." Kata Theodor sambil menunjukkan foto Casandra yang sedang berpose konyol dengan seorang Pria.

"Paman? Dia Pamanku. Kau benar-benar melihat Pamanku dalam ingatan Diandra?!" pekik Casandra terkejut bukan main tak menyangka Pamannya, almarhum Pamannya ikut terseret dalam kasus misteri ini.

"Dengar. Dengarkan aku baik-baik Casandra. Misteri ini akan cepat kita pecahkan jika informasi bisa kita dapatkan tidak hanya dari satu orang saja. Bisa kau pertemukan beliau denganku sekarang?" tanya Theodor menatap Casandra serius.

"Dia..., sudah meninggal Theo. Dan..., kematiannya juga terasa janggal bagi kami keluarganya. Bahkan, kami sebagai keluarga intinya saja tidak bisa melihat jazadnya untuk terakhir kali karena kami langsung dihubungi pihak kepolisian, untuk menghadiri pemakaman beliau" kata Casandra sendu mengingat masa lalu.

"Jika bukan Polisi. Mungkin aku akan berpikir ini hanyalah rekayasa untuk menutupi sesuatu yang ada di tubuh Pamanmu. Sesuatu yang bisa memberatkan seseorang sebagai dalang pembunuhan, mungkin," kata Lucas turut prihatin.

"Aneh bukan? Aku awalnya juga berpikiran demikian Lucas. Tetapi saat itu, orang tuaku menuntut untuk melihat jazad Pamanku. Tetapi katanya, jazad Paman sudah sangat sulit untuk dikenali. Jadi..., mau tidak mau kami mengikuti saja prosesi pemakamannya" sahut Casandra mulai berkaca-kaca.

"Maafkan aku berkata seperti ini Casandra. Tetapi, untuk mengusut misteri, aku membutuhkan jazad Pamanmu. Apa kau mengizinkan kami untuk..., membongkar makam Pamanmu secara diam-diam?" potong Theodor langsung membuat suasana jadi hening.

"Apa kau sudah gila Theo? Kau mengusik orang yang sudah tenang di alam baka" protes Nauctha melotot, takut Casandra mengamuk habis-habisan.

"Tidak masalah. Lagi pula keluarga Paman yang masih hidup hanyalah aku sekarang. Dan juga, aku harus tahu mengapa Pamanku bisa kehilangan nyawa waktu itu"

"Sungguh Theo, aku masih tidak bisa mempercayai apa kata para Polisi itu mengenai penyebab kematian Pamanku. Masih..., merasakan ada kejanggalan di dalam sini" kata Casandra sambil menepuk dadanya sendu.

Berhubung Casandra mengizinkan Theo menggali kuburan Pamannya untuk mengungkap misteri, maka mereka diam-diam datang ke pemakaman umum tempat sang Paman disemayamkan. Dan, alangkah terkejutnya mereka, melihat makam yang konon katanya, berisi mayat si Paman, kini kosong!!

"Apa-apaan ini?! Mereka benar-benar menguburnya di sini. Keluargaku dan aku sendiri yang melihatnya di kubur di dalam sini!! Siapa yang tega mengambil mayatnya?!" pekik Casandra panik luar biasa. Dia menangis sejadi-jadinya.

"Tidak ada yang mencuri jenazah siapa pun di sini. Karena sejak awal, memang tidak ada jenazah yang di kebumikan di dalam situ. Dari awal, ini adalah kuburan kosong" tegas Lucas Kelf geram.

"Omong kosong macam apa yang sedang kau katakan Lucas? Kau baru saja secara tidak langsung, mengatakan para Polisi yang menguburkan jenazah Pamanku sedang membohongi keluarga kami?!" amuk Casandra tak terima.

"Jangan berspekulasi yang bisa mengakibatkan pertengkaran tak berguna Lucas," protes Zack mencoba menenangkan Casandra sambil memeluknya erat.

"Maaf. Aku seorang yang memiliki indra ke enam. Arwah Paman di sebelah sana, arwahnya sendiri yang telah memberiku informasi ini" jawab Lucas, menunjuk kuburan di samping kuburan kosong Paman Casandra. Gadis itu menoleh, dan mengecek nisan disebelah nisan Pamannya.

"Apa kau sedang bercanda? Lalu mengapa waktu aku bisa melihat roh Diandra, kau malah tidak bisa melihatnya?" tegas Theo mencari tahu apakah Lucas sedang berbohong atau tidak.

"Aku pura-pura tidak melihat. Karena aku takut dia akan mengikutiku sampai ke rumah" jawab Lucas memucat.

"Kau hanya melihat hantu Paman itu? Bagaimana dengan hantu yang ada di makam lima jengkal darimu, di bagian tengah sana? Kau melihatnya?" tanya Arletha Beam mencoba mencari tahu kebenaran tentang kekasihnya apakah dia benar memiliki indra ke enam atau tidak?

"Ya,"

"Diam disitu oke," sahut Arletha, berjalan menuju makam yang jadi objek pembicaraan keduanya.

"Kau bisa bilang, kapan orang ini mati?" tanya Arletha yang yakin, Lucas tidak akan tahu karena keterangan nisannya membelakangi Lucas. Pria itu terdiam sejenak, menatap nisan tersebut, lalu seakan sedang membisikkan sesuatu pada seseorang.

"25 Oktober 1988. Namanya Roger Clon" jawab Lucas lantang. Seketika Arletha menelan ludah sambil menatap kedua mata Lucas tak percaya.

"Guys, dia berkata jujur" seru Arletha setelah membaca nisan tersebut berulang kali mencari kesalahan Lucas.

"Ada sosok Pria, dalam pemakaman Paman Casandra, yang bisa menggunakan sihir, untuk mengacaukan informasi sesungguhnya dan pada akhirnya, informasi palsu itulah yang dipercayai semua orang"

" Para Polisi itu, sekaligus kau dan keluargamu, juga terkena dampaknya" tegas Lucas membuat Casandra hampir jatuh pingsan untung ada Zack yang setia menjaganya dari belakang.

"Ini tanggal, bulan dan tahun yang sama di mana ada mayat tanpa identitas ditemukan dalam penglihatanku. Di mana Dokter Marcus, tidak sengaja menyentuh mayat tersebut. Masalahnya, kita harus mencari tahu di mana rumah sakit, tempat mereka bekerja dipindahkan" kata Theodor setelah membaca berulang kali tulisan di nisan Paman Casandra. Dia mulai merasa sedang terombang-ambing.

"Michella! Orang itu pasti tahu!" pekik Casandra lalu berusaha menghubungi Michella.

Casandra berulang kali menghubungi Michella akan tetapi Gadis itu tak juga menjawab panggilannya.

"Aku sedang bekerja. Bisa kita bicara setelah aku menyelesaikan pekerjaanku?" jawab Michella sambil mengamati banyak file penting di atas meja kerjanya.

"Tolong. Tolong aku" sahut Casandra parau membuat Michella menghentikan kegiatannya.

"Ada apa? mengapa kau terdengar panik?"

"Kau tahu di mana rumah sakit tempat Diandra dahulu bekerja, pindah?"

"Aku tidak habis pikir. Di mana pikiran kalian sebenarnya sedang mengembara? Kalian datang mencari Diandra dan mengatakan ingin mempertemukan dia dengan keluarganya"

"Tetapi mendadak, kalian sibuk saat seharusnya mendatangi keluarga Diandra. Bahkan tadi kalian justru menjenguk Diandra kan? Lalu sekarang tiba-tiba kau menelepon mencari tahu di mana rumah sakit itu pindah? Hello...., di mana otak kalian huh?!" kini Michella mengamuk.

"Masalahnya tidak hanya nyawa Diandra yang terancam Michell. Nyawa kami sekarang juga di ujung tanduk. Sampai saat ini kami masih belum tahu siapa pelaku sesungguhnya. Aku mohon simpan dahulu pertanyaan itu oke, jawab saja kau tahu atau tidak" kini tangisan Casandra pecah sudah.

下一章