webnovel

CH.158 Kemampuan Tersembunyi

Selama ini aku tidak pernah melakukan sesuatu yang melampaui hal ekstrim. Namun entah kenapa aku jadi tertarik begitu secara tidak sengaja melihat apa yang seharusnya tersembunyi. Ingat bahwa tubuh android ini kuasumsikan untuk kebutuhan militer? Itulah yang aku temukan dengan tidak sengaja.

Aku padahal hanya sedang mengubah beberapa fitur saja dan melepas batasan-batasan yang sedikit merepotkanku. Juga kalau bisa aku ingin mengoptimalkannya ke kemampuan yang sepenuhnya. Dan di saat itulah aku menemukan sebuah senjata tersembunyi dalam tubuh android ini.

Letaknya sangatlah tersembunyi, makanya aku butuh waktu lama untuk bisa menemukannya secara tidak sengaja. Senjata itu adalah sebuah pedang, tetapi hanya gagangnya saja. Yang sedikit membuatku terkejut adalah bagaimana sebuah bilah pedang muncul hanya oleh satu tombol yang kutekan.

"Pedang!? Ternyata tubuh android ini punya senjata juga sebagai mekanisme pertahanan diri. Tunggu, pertahanan diri?"

Kalau ada senjata, ada mekanisme pertahanan diri. Dan kalau ada mekanisme pertahanan diri, itu berarti…. Itu dia!! Aku penasaran dengan beberapa baris program di antara ratusan ribu baris program itu. Entah kenapa sampai aku secara tidak sengaja menemukan senjata ini, aku tidak dapat mengetahui apa fungsi beberapa baris program itu.

Kalau dipikir-pikir juga, aku mendapat izin dari papa dan mama untuk mengutak-atik tubuh ini sesukaku asal jangan terlalu berlebihan. Ternyata disembunyikan dari mereka pun, akhirnya tetap ketahuan ya. Izin ini kudapatkan saat aku berhasil menyelamatkan perusahaan dari ancaman data asing.

Ngomong-ngomong aku tidak menduga bahwa papa menyerahkan flashdisk berisi data asing itu kepada diriku. Kata papa akulah yang bisa menyelesaikan masalah itu, jadi flashdisk itu dibuat sebagai kenang-kenangan saja. Aku jadi penasaran apa isi data itu, tetapi nanti saja deh. Mekanisme pertahanan ini membuatku tidak bisa menahan diri untuk mengetahuinya.

"Rie sayang, kalau sudah selesai keluar ya sayang, kami menunggu di bawah."

Akh! Sudah jadi 7 malam!? Seberapa terhanyutkah diriku dalam mencari mekanisme pertahanan ini? Baru kali ini aku tidak menyadari soal waktu. Yahh itu juga karena sejak dulu aku sudah terbiasa tidur sampai larut malam karena bekerja.

"Tunggu sebentar ma, Rie akan segera turun."

Rasanya ini menjadi 'mainan' yang menyenangkan untuk seorang dewa pencipta sepertiku. Jadi penasaran, sebenarnya kenapa aku itu menjadi dewa pencipta sedangkan aku harus mengalami semua ini. Yah jangan tanya diriku, itu semua juga awal mulanya dari Kuroshin papa yang tidak kuanggap itu.

Sebenarnya aku tidak ingin membencinya, tetapi kenapa sikapnya itu begitu arogan dan melakukan semuanya sesuka dirinya? Kalau saja aku bukanlah anaknya, mungkin kehidupanku tidak sebegitu rumitnya. Menyebut namanya saja sudah membuatku mual. Sudahlah, tidak perlu dipikirkan.

"Maaf aku terlalu tertarik dengan apa yang barusan aku temukan."

"Tidak apa-apa Rie, kami juga tahu kok. Namun apa yang ditemukan oleh Rie sampai sebegitu sibuknya?"

"Ah secara tidak sengaja tadi Rie menemukan sebuah senjata tersembunyi."

"Senjata!?"

Agh, aku salah mengucapkan lagi kan? Ahhh kenapa aku harus selalu keceplosan sih dalam mengungkapkan sesuatu? Rasanya aku jadi orang polos lagi padahal tidak. Kerja kepribadianku yang mana ini? Kioku? Sin? Ah! Atau bahkan Eriene?

"Um… begitulah. Kemungkinan besar ini adalah mekanisme pertahanan yang dimiliki oleh tubuh android ini. Rie juga pernah berasumsi tubuh android ini seharusnya dipakai untuk kemiliteran saja."

"Rie tidak salah dalam menebak hal itu. Padahal papa sudah menyuruh untuk menyingkirkan semua kompartemen berbahaya termasuk senjata yang terpasang di tubuh itu, ternyata tidak dilakukan."

"Kemungkinan besar mereka bukan tidak melakukan, mereka tidak bisa melakukannya. Senjata ini mungkin saja bisa copot, tetapi program yang terpasang tidak bisa diotak-atik dengan sembarangan. Kemungkinan malfungsi ada juga."

Yak aku melewati batasan lagi. Hei Rie, ini meja makan, tempat untuk makan dan mengobrol ringan. Kenapa aku jadi membahas seperti ini dan menjadi berlebihan ya? Lihat saja wajah teman-temanku, tidak paham apa pun! Mereka melongo seperti program yang tidak merepson dan berjalan lancar.

Kurasa setelah papa dan mama memperbolehkanku melakukan sesukaku dengan tubuh ini aku jadi sering melupakan keberadaan orang lain. Bahkan biasanya aku yang menghabiskan waktuku beberapa jam di perpustakaan saja sekarang hampir tidak ada lagi. Mungkin Ashina kesepian ketika aku tidak bersama dirinya di perpustakaan. Atau bahkan teman-temanku yang lain juga merasa kesepian.

Hah~ sebaiknya mulai besok aku harus menahan diri sedikit. Memang aku bisa bertahan hidup di dalam rumah tanpa harus keluar lama, tetapi aku tidak boleh egois. Hidupku dan kemauanku mempengaruhi teman-temanku. Kalau aku tidak keluar, teman-temanku tentu juga tidak akan keluar kecuali keperluan khusus. JIka aku terus egois, nanti semua temanku bisa hidup kebosanan di rumah saja.

"Hahaha, Rie, Rie. Sejak kejadian waktu itu Rie jadi suka akan program. Papa senang Rie bisa bahagia lagi dan menemukan yang Rie suka, tetapi jangan berlebihan ya?"

"Dengar itu kata papa Rie. Mama juga khawatir kalau misal Rie ada apa-apa. Kalau butuh bantuan siapa pun jangan menahan diri ya sayang."

"Hehehe maaf, baiklah. Mulai besok Rie akan melakukan yang terbaik untuk semuanya, termasuk papa, mama, dan semuanya."

"Benarkah!? Akhirnya kau peduli lagi pada kami Rie."

"Hush, Taru-kun!"

Taru tidak bisa menahan dirinya untuk mengatakan rasa leganya ketika aku kembali peduli pada teman-temanku. Sudah dua bulan bahkan tiga bulan aku hidup dengan kondisi ini. Sulit? Tidak, justru malah ini adalah hal yang menyenangkan.

Awalnya aku menggerutu kenapa aku harus hidup lagi setelah terjebak dalam 'Time Paradox' itu, tetapi semakin ke sini aku semakin bisa memahami kenapa ini terjadi. Sudah lama aku tidak merasakan arti asli sebuah 'hidup' itu. Aku sudah kehilangan semangat hidupku sebelumnya. Itulah juga kenapa aku mendapat ide untuk bunuh diri.

"Hahahaha, memang kalian yang terbaik."

"Hahaha."

Sejak dulu aku sudah kehabisan 'emosi' dalam hidupku. Namun entah kenapa, ketika aku berada di keluarga yang seharusnya bukan milikku, 'emosi' itu tercipta kembali dan mengisi kehidupanku lagi. Semoga ini bertahan lama walau seharusnya ini ditempati oleh pemilik asli.

Setelah selesai berbincang di meja makan, kami semua kembali ke aktivitas seperti biasanya. Bedanya ketika malam, papa dan mama sering masih melanjutkan pekerjaan yang masih belum selesai di perusahaan. Akhirnya aku jadi terbeban untuk bertanya kepada mereka apa mereka butuh bantuanku seperti yang waktu itu.

"Hmm? Ah tidak apa-apa kok Rie sayang, kami bisa melakukannya sendiri."

"Yakin? Papa dan mama sering akhir-akhir ini Rie amati tidur terlalu larut malam. Jangan salahkan Rie kalau memakai pandangan X-Ray punya Rie."

"Umm… bagaimana kalau begini, Rie bantu mama dan papa dengan membuat tubuh android Rie menjadi yang terbaik menurut Rie dan nanti beri tahu ke mama dan papa, bagaimana?"

Istilahnya mereka ingin mendorongku jauh daripada mereka dengan melakukan kesibukanku sendiri bukan? Hah~ aku sudah hidup terlalu lama, aku bisa dengan sekejap mengetahui isi pikiran orang tanpa kesulitan. Apakah hidupku tidak bisa ya dibuat tidak seperti ini?

Jujur selama ini aku hidup rasanya tidak seperti hidup. Justru yang ada sebaliknya, aku sekarang hidup di tubuh android, tetapi seperti manusia pada normalnya. Dan pada ketika aku jadi manusia aku hidup layaknya seorang robot. Aku bahkan bisa mati mengorbankan diri dengan mudah tanpa berpikir terlalu rumit.

"Hah~ jangan jauhkan aku dengan alasan itu ma. Kalau papa dan mama memang butuh bantuan Rie, Rie bersedia membantu kok. Rie juga kesepian kalau begini terus."

Sejak kapan aku belajar mengenal kesepian itu dalam hidupku? Seribu tahun yang lalu? Lima ribu? Atau bahkan sejak awal hidupku? Aku sekarang bahkan tidak tahu sebenarnya ini dimulai dari mana.

Kasih sayang tidak ada dalam kamusku sebelumnya, hidupku penuh dengan kehampaan, semuanya kosong. Layaknya sebuah lubang yang dengan mudahnya dilalui oleh angin malam, membuatku merinding oleh kesepian yang mendalam.

Jangan katakan saat aku hidup sebagai Sin dan Kioku aku itu bahagia karena memiliki hidup dengan keluarga yang ada? Tidak… aku selalu dihantui oleh kesalahan-kesalahan yang telah aku buat. Semuanya hanya berujung dengan kata selamat tinggal.

Entah ini sebuah kutukan atau tidak, tetapi rasanya kalau aku memang hidup sampai akhir tanpa masalah itu mustahil sekali. Memang selama dua hampir tiga bulan ini tidak ada masalah di kehidupanku yang ini, tetapi ini semua baru permulaan.

Memiliki tubuh android artinya masa hidupku lebih lama dari yang lain. Selama otakku masih bisa bertahan untuk hidup, aku akan terus hidup walau aku tidak ingin. Apa sebenarnya arti hidup itu? Bagiku hidup itu 'beban', setiap harinya 'beban' itu bertambah dengan sendirinya.

Rasa ketakutan untuk kehilangan yang aku miliki selalu mengiringiku sepanjang hariku. Itulah kenapa dibanding aku tidak ingin melihat wajah orang yang aku sayangi tiada dalam hidupku, aku lebih baik yang mati saja.

Aku mengorbankan diri? Bodoh, itu hanya sebuah alasan untuk membuatku lari dari kenyataan. Pada akhirnya tidak akan ada yang menyadari isi hatiku yang sebenarnya. Keberadaanku hanya ada untuk hadir sementara dan meninggalkan bekas yang akan hilang sewaktu-waktu.

Cinta tidak ada artinya bagiku, itu hanya akan menambah rasa takut padaku. Aku terlalu takut jika rasa peduliku melebihi batasan yang seharusnya, aku tidak akan lagi punya keberanian untuk hidup. Seluruh ini terulang dan terulang dan terus saja terulang dalam kehidupanku. Dan akhirnya membuat sebuah 'trauma' dalam 'Time Paradox' ini.

"Rie… maafkan kami. Kami tidak menyadarinya."

"Sampai Rie menangis seperti itu. Maafkan papa dan mama ya Rie."

Menangis? Aku mengeluarkan air mata? Setelah puluhan ribuan tahun akhirnya air mata itu keluar? Dalam tubuh android ini? Kurasa itu hal paling tidak masuk akal yang aku bisa pikirkan. Kenapa… kenapa aku harus menangis memikirkan semuanya itu?

"Tidak… maafkan Rie."

Kurasa kemampuanku yang sebenarnya bukanlah sebagai dewa pencipta, tetapi kekuatan untuk terus hidup dalam tekanan dan tanpa perasaan. Ya… begitu menyedihkan hidupku ini.

下一章