webnovel

30. Apa? Berubah?

Bos berubah? Sim salabim abrakadabra jadilah...

-Sam

🍁🍁🍁

"Gimana ya? Biar Juna itu nyerah deketin Laura?" tanya Tiara pada Rani.

Rani mengunyah kripik singkong baladonya, meminum air dan memikirkan ide.

"Hm, bentar. Gue mikir dulu," ujar Rani bak si jenius saja, nyatanya Rani berpikir bisa hampir satu jam.

"Jangan lama-lama. Kayak nungguin lebaran kambing aja," Tiara menopang dagu, Rani masih memejamkan mata mencari kejernihan pikiran, mencari ide entah di suatu tempat dengan mimpi dan imajinasi.

Rani menjetikkan jari. "Nah! Gue tau!" pekiknya senang. Tiara terperanjat. "Sialan emang, kalau gue jantungan gimana?" Tiara mengusap dadanya sabar.

Rani menyengir. "Mwehehe maaf Ti. Jadi gini," Rani membisikkan rencana jahatnya untuk Laura.

Tiara pun membelalakkan mata. "Gila lo Ran? Tapi kan-"

"Ssstt. Biarin aja. Suruh anak buah lo buat ngelakuin ini,"

Tiara mengangguk. Ada keuntungannya juga. "Oke,"

Rani bertepuk tangan senang. "Gue jadi gak sabar deh Ti. Gimana reksi Juna kalau tau kelakuan Laura kayak gitu?"

"Wah, pasti kecewa banget Ran. Thanks ya, gue salut sama ide agak mainstream lo itu," Tiara menepuk bahu Rani bangga.

"Woah, iya dong. Rani Maharani dengan sejuta ide cemerlang dan mimpi bersama imajinasi saat pemikiran ide di mulai, tanpa-" belum usai Rani berpidato ala kebanggaan sang Maharani, Tiara menyuapkan tiga keripik singkong balado ke mulut Rani yang tiada remnya itu. "Lwo jwht bgwt Twi," omel Rani dengan mulut yang masih mengunyah kripik singkong balado.

Tiara terkekeh. "Lo lucu banget asli Ran. Pipi lo chubby banget kayak gini," kritik Tiara se-pedas cabai saudaranya sambel.

"Hm, gini-gini berat badan gue ideal Ti,"

"Terserah lo deh Ran. Yang penting bahagia kan?"

"Uhuyy," ujar keduanya kompak dengan tawa bahagia karena humor se-receh uang lima ratusan di goreng dadakan bak tahu bulat saja.

🍁🍁🍁

Tiara menunjuk Laura yang akan melangkah menuju perpustakaan. Raka, suruhannya agar menjalankan rencana sesuai Tiara katakan.

Tiara menunjuk Laura. "Itu dia. Yang rambutnya di kuncir dua dan bawa novel. Ngerti kan?"

Raka mengangguk. "Ngerti bos. Sekarang ya?" tanya Raka tak faham.

"Tahun depan aja deh Rak," jawab Tiara malas. "Sekarang lah!" geramnya, Raka dan Rani sama lemotnya. Entah sampai kapan Tiara punya stok kesabaran setinggi gunung Everest.

Raka mengangguk. "Oke bos,"

Juna yang mengikuti Laura diam-diam pun mengernyit saat seorang cowok asing menghampiri Laura.

'Waspadalah, waspadalah Laura. Kayaknya dia modus doang, modal mbladus sama kamu ra,' Juna yakin cowok itu punya rencana evil.

Bukannya Juna berjalan beriringan dengan Laura, menjaga jarak agar cewek itu selalu aman. Juna akan memantaunya dari kejauhan.

"Laura ya? Ke perpus bareng yuk," ajak Raka basa-basi.

Laura menatapnya heran. "Emang kamu kenal aku ya? Kok sok kenal banget sih," ujar Laura risih. Mungkin cewek lain akan iya-iya saja. Yang jutek tak sama dengan yang ramah.

"Kenal kok. Dari Bram malah. Yaudah, tunggu apalagi ra? Kuy ke perpus, kan istirahatnya cuman limabelas menit," rayu Raka dengan sabar. 'Emang bener kata Tiara, Laura emang polos, tapi masih jual mahal,' bahkan Raka baru menemukan cewek sejenis Laura, rata-rata mau saja ia ajak kemana pun.

"E- tapi," Laura ragu.

Raka menarik tangannya lembut. "Udah ayo, lagian aku kesana juga nyari novel yang bagus,"

Laura pasrah saja, perpustakaan memang sepi, mungkin lebih memilih kantin atau warung.

Juna terus mengikuti keduanya, hingga ia mengintip di sudut jendela. Laura dan cowok itu duduk bersebelahan.

'Modus lo ngalahin Sam yang playboy cap ikan arwana aja,' Juna meninju tangannya, rasa kesal dan cemburu bercampur bak menjadi es campur saja.

Laura membuka novel Tere Liye berjudul hujan.

"Itu tebel banget. Emang gak bosen?" tanya Raka basa-basi. Jika dirinya sudah di pastikan tertidur melihat ribuan tulisan tanpa gambar yang membuat kebosanan melanda.

Laura menggeleng. "Gak," jawabnya malas.

Raka menatap Laura lekat. 'Kalau di liat dari deket gini, kamu cantik banget ra,' karena Raka memiliki fantasi liar pun mendekatkan dirinya pada Laura.

Juna yang melihat itu pun mengepalkan tangannya erat. Bertindak bodoh seperti membuat keributan di perpustakaan, Juna akan menunggu hingga salah satu bawahannya akan datang mengembalikan buku Materi Akuntansi, Satya.

Tak lama kemudian, Satya melangkah menuju perpustakaan. Saat menyadari keberadaan Juna yang berdiri di pojok jendela yang entah mengintip apa.

Satya yang ingin menanyakan pun di lempar kode oleh Juna agar diam.

Juna menyuruhnya agar masuk ke dalam perpustakaan secepatnya.

Satya mengangguk mengerti.

Satya berjalan ke rak pengetahuan, meletakkan buku Akuntansi di abjad A. Pendengaran Satya tajam seperti hewan gajah saja, saat suara Laura yang menolak entah maksutnya apa.

Satya mengikuti arah suara itu. Dan...

Laura berusaha menahan Raka agar tidak melakukan tindakan aneh yang melanggar ke poin tertinggi yaitu 40.

"Aku mohon, kamu-" belum usai Laura mengucapkan permohonan agar cowok asing ini berhenti bernafas di lehernya.

"Laura?" suara bass Satya bak sound system orang hajatan menyelamatkan Laura dari cowok asing ini. "Lo ngapain disini?" tanya Satya marah. Raka ini adalah partner Tiara, dimana cewek itu melancarkan aksi apapun melalui perantara Raka.

Raka tersenyum ramah. "Oh gue? Gak ngapa-ngapain sih. Ini tadi ada bulu mata Laura yang jatuh. Jadi, gue ambil deh," kilah Raka dengan seribu alasan sama persis di lagu dangdut itu.

"Oh. Mending kalian masuk ke kelas deh. Mau bel," Satya percaya saja.

Namun Juna menepuk dahinya. Satya sepertinya tertular virus percayanersis dari Alvaro.

'Astaga Sat. Lama-lama gue cubit gemay tuh pipi adik lo.' menyerah, Juna memilih kembali ke kelasnya.

🍁🍁🍁

Sam yang menatap Juna melamun pun menepuk sang ketua geng Meteor itu. Juna sampai tak sadar pulpennya bocor menetes di Lembar Kerja Siswa (LKS).

"Bos, itu tintanya bocor bos. Jangan manyun dong bos," tegur Sam membuat seisi kelas menoleh ke arah Juna.

"Melamun Sam. Otaknya ketinggalan dimana Sam? Makin hari lo raja typoable aja," kata Jaka jengah. Lelah mengoreksi kata-kata Sam yang salah.

Bu Aisofa menghampiri Juna yang masih saja melamun.

"Arjuna Zander Alzelvin. Kenapa melamun di saat pelajaran saya berlangsung?" tanya bu Aisofa membuat kelas SEBELMA auranya mencekam.

"Maaf bu. Saya izin ke toilet dulu," pamit Juna.

"Baiklah, kembali dalam waktu 5 menit dari sekarang," bu Aisofa memberikan perhitungan waktu. Juna keluar dari kelas.

Selama perjalanan menuju toilet belum sampai, Juna menangkap Raka yang tengah duduk sambil memakan jajan di luar kelas. Pasti di hukum.

Juna menghampirinya. "Ehem, maksud lo tadi apa? Mau ngapa-ngapain Laura huh?" tanya Juna mengangkat dagunya. Raka mendongak, ketua Meteor ini tau sendiri rupanya.

"Itu? Yah, secara Laura cantik emang gak salah sih kalau gue langsung jatuh cinta saat itu juga," jawab Raka dengan entengnya. "Kalau bisa sih, mending Laura buat gue aja Jun," Raka terus saja menantang Juna sang ketua geng Meteor tak kenal ampun dengan lawannya yang sudah lumpuh atau pun terluka parah. Selama Juna mempunyai sisi hitam, lawan, musuh, penganggu akan habis ia jadikan bakwan.

Juna menarik kerah seragam Raka. "Jangan ganggu Laura. Gue males asa urusan sama lo. And see, kalau lo sendiri yang nyari masalah sama gue. Siap-siap aja, dengan keseharian lo itu,"

Ponsel Juna berbunyi. Ia merogoh ponsel di saku seragamnya. Nama Satya si raja cuek terpampang jelas.

Satya si raja cuek

Jun, lo udah lebih dari 5 menit ke toilet. Balik sini, ke kelas. Bu Aisofa terus nanyain lo. Kalau gak balik, gue gendong lo kesini mau huh? 😑

Anda

Iya-iya. Kebawelan lo ngalahin ibu gue aja Sat 😠

"Awas aja ya, lo ganggu Laura lagi," ancam Juna mengepalkan tangannya ke wajah Raka.

Raka hanya tertawa bahagia. "Yang jelas, gue tertarik sama Laura,"

Saat sudah ke kelas, Juna mengomeli Satya habis-habisan. Untungnya bu Aisofa keluar sebentar.

"Apaan sih? Berisik tau," kesal Satya malas. Juna sedang geregetan dengannya tentang peristiwa di perpustakaan tadi.

"Gimana sih Sat? Tadi Raka mau bertindak aneh ke Laura. Dan lo bilang. Oh. Mending kalian masuk ke kelas deh. Mau bel," tekan Juna dengan kesalnya. Ia mengacak rambut frustasi, Satya dan Alvaro sama saja. Tau gitu, Juna menyuruh Jaka yang lebih waras dan normal pemikiran.

"Udahlah bos. Jangan emas," ucap Sam menenangkan Juna, menyodorkan air mineral yang masih dingin. Numpang sebentar ke Radit dan Adit, agar ada sebuah rasa dingin menyejukkan tenggorokan merilekskan pikiran.

"Kalau emas, gue udah beli daritadi Sam," celetuk Alvaro.

"Cemas," koreksi Satya. Jaka bernafas lega, akhirnya raja cueknya SMA PERMATA itulah mengambil alih koreksi typoable dari sosok Sam Nugroho.

"Terserah lo deh. Emang gak ada yang pikirannya normal apa huh?" Juna menatap satu per-satu anggota utama sekaligus inti Meteor.

"Gue kan normal bos. Nih, buktinya daritadi ngerjain soal dari bu Aisofa. Baik dan rajin banget kan gue?" jawab Alvaro dengan bangganya menunjukkan hasil kerja kerasnya menjawab susunan atmosfer beserta penjelasan singkatnya.

"Gue bos. Nih, buktinya dasi ada, topi ada, parfum ada, pelicin rambut ada," Sam memperlihatkan isi dari tas seperti gudang sama dengan kantung ajaib Doraemon saja.

Juna memilih tidur saja. Meladeni kemiringan, ketengilan dari keempat sahabatnya ini percuma.

🍁🍁🍁

"Ra, maaf ya. Aku gak bisa anterin kamu pulang. Hari ini aku di mintai pak Udin buat latihan silat," Bram bicara baik-baik. 'Tapi, rasanya aku gak rela aja kamu pulang sendirian ra,' batin Bram merasa bersalah. Karena tingkah rayuan cowok remaja SMA emperan di warung SMA sepulang sekolah ini pasti banyak dan berkumpul.

Laura selesai membereskan buku-bukunya. "Iya, gak papa kok Bram. Aku pulang duluan ya," pamit Laura. Terbiasa pulang jalan kaki, berangkat naik angkot itu pun ngutang kepada supirnya. Tapi untungnya itu angkot langganannya.

Saat keluar kelas, cowok asing di perpustakaan tadi itu menunggunya.

Raka menoleh, menyadari aroma parfum jeruk menyegarkan dari Laura.

"Hei, mau pulang bareng?" tawar Raka baik. Kalau cewek lain pasti jawab iya-iya saja, secara ia ke sekolah membawa mobil Ferrari keluaran termahalnya, Ferrari 458 Italia.

Tujuh cogannya SMA PERMATA baru saja keluar dari kelas SEBELMA dimana mereka akan berjalan melewati SAESTU.

"Eh, itu Laura sam Raka ngapain di ambang pintu? Haish, gak baik tau. Engkok gak payu rabi," mata Jaka menangkap dua manusia lawan jenis itu, Laura dengan wajah risihnya dan Raka dengan tampang playboy-nya. (Nanti gak laku nikah)

"Woah, bener tuh Raka sama Laura," Sam menggeleng pilu. "Jangan sampai deh, Laura keenakan bareng sama Raka cuman karena Ferrari mahalnya itu. Mending lo aja ya Sat, meskipun Lalamborghi doang tapi lo-nya gak bakalan selingkuh," Sam menepuk bahu Satya bangga.

Alvaro tertawa renyah. "Selingkuh lo bilang? Halah, mana ada Satya pernah deket sama cewek. Jatuh cinta aja gak ada tuh, takutnya Satya belok gimana dong? Wah, Sam lo hati-hati deh," Alvaro menakut-nakuti Sam.

"Halah, gak bakalan lah,"

Raka menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah manis Laura.

"Di kuncir aja. Biar cantik," tambah Raka genit. Laura menjaga jaraknya.

Juna bertepuk tangan. "Udah bosen sama Bram ya? Sekarang ganti Raka? Terus aku? Di campakkan gitu aja?"

"Ja-" belum usai Sam ingin bernyanyi untuk Juna yang di campakkan, Satya menyuapi Sam dengan roti gandumnya. Satya sudah berjaga-jaga pasti virus Sam seperti film India dikit-dikit nyanyi tak ingat situasi itu akan kumat tanpa sebab dan izin.

"Kalau lo berubah. Gue juga bisa berubah," sampai Juna memanggil 'lo-gue' ke Laura.

"Bos Juna berubah? Sim salabim abrakadabra jadilah..," Sam menirukan bak pesulap yang akan mengubah benda-benda biasa menjadi luar biasa. Sam menarik nafasnya. "Power Rangers. Hiyaaa," seolah-olah Juna sudah menjadi super hero.

Raka menahan tawanya, Juna di berikan satu teman dengan humor recehnya. 'Ya ampun Jun, gitu-gitu biar hidup lo gak monoton,'

🍁🍁🍁

1:04 am in my imagine for 1879 word

Like and you're comment for this story make me smile and happy 😂

下一章