webnovel

Mie Ayam

Ekspresi wajah Ezra sedikit melunak, "Kalau begitu, kau pasti memiliki hubungan yang baik dengannya!"

Kiki tidak mengatakan apa-apa dan tidak ingin membicarakannya soal itu.

Bagaimana Ezra bisa gagal melihatnya!

Dia tersenyum tipis, "Apa kau sudah makan?"

Kiki tidak bilang, tapi sebenarnya dia benar-benar lapar.

Dia mengangguk. Sebenarnya, Kiki khawatir Ezra mengajaknya melakukan sesuatu yang berbeda.

Ezra melangkah keluar dan berkata sambil berjalan, "Pekerja paruh waktu tidak datang hari ini, maukah kamu memasak?"

Kiki tetap menyahut dengan sikap linglung, "Ya!"

Ezra berpikir sejenak, lalu menoleh ke arahnya, "Apa kau tahu cara memasak mie ayam?"

Kiki mengangguk.

"Kalau begitu mie ayamnya siap dimasak!" Ezra seenaknya membuat keputusan.

Kiki sepenuhnya merasa kalau seharusnya dia datang kemari setelah makan di luar. Dia tetap cekatan melakukannya, meskipun sebenarnya dia sudah lelah.

Kiki pikir, melayani perut Ezra lebih mudah daripada melayani tubuhnya.

Saat menggunakan panci presto untuk merebus sup ayam, Kiki bahkan berpikir, mungkin keterampilan memasaknya akan jauh lebih menarik daripada tubuhnya, dan dia bisa memasak untuk Ezra setiap hari.

Tetapi kenyataan sangat kejam. Ketika dia berkonsentrasi membuat sup, sepasang tangan besar melingkari pinggangnya. Nafas hangat menyembur ke belakang lehernya yang lembut. Suara Ezra terdengar rendah dan serak, "Berapa lama lagi? Aku sudah agak lapar…"

Kiki mengangkat tangannya agar dia bisa melihat arlojinya ... Ternyata sudah jam delapan!

Kemudian Ezra menggigit leher kecilnya, bermaksud menghukum Kiki, "Jangan kembali terlalu larut lagi!"

Kiki yang digigit, seketika kebingungan. Dia berpikir apa harus berbicara dengannya tentang jadwalnya kemari, dari hari Senin hingga Minggu...

Tapi sekarang jelas bukan saat yang tepat.

Untungnya, Ezra hanya mengeluh dan beranjak pergi. Kiki akhirnya dibebaskan.

Ezra berjalan kembali ke ruang tamu, dan tidak ingin berurusan dengan bisnis resmi lagi. Dia merapikan mejanya dan mengambil majalah untuk dibaca...

Dari arah Kiki berada sekarang, dia bisa melihat Ezra duduk malas di sana. Kakinya terlipat dan sikapnya santai, serta enak dipandang.

Dia melihat sosok Ezra. Kiki merasa tidak asing, tapi dia tidak dapat mengingat di mana dia pernah melihatnya.

Ketika sup ayam sudah siap, dia mencicipinya, dan kemudian mengisi dua mangkuk untuk digunakan nanti. Dia mengeluarkan ayam dari tempatnya, mendinginkannya dengan air dingin, dan mengirisnya menjadi ayam suwir dan meletakkannya di mangkuk. Kiki lalu mencuci sayuran hijau dan beberapa jamur...

Sepuluh menit kemudian, dua mangkuk mie yang sangat harum disajikan di atas meja. Keahliannya yang baik itu disebabkan kekerasan yang selalu dilakukan Zhou Meilin padanya.

Ezra mencium baunya, meletakkan majalah di tangannya dan berjalan ke sana untuk duduk.

"Cicipilah!" Kiki duduk di sampingnya. Ekspresinya sedikit gugup.

Ezra mendekatkan wajahnya dan tersenyum, "Baunya enak."

Ezra menggigit dan mencoba mie ayam itu. Sesuai dengan tampilannya, rasanya juga enak!

Ezra dengan cepat menghabiskan semangkuk, meletakkan sumpitnya, dan menatapnya.

Kiki makan dengan sangat lambat, dan ada lebih dari setengahnya yang masih tersisa di dalam mangkuk.

Karena merasa ditatap olehnya, Kiki mendongak dan bertanya dengan ragu-ragu, "Apa kau masih ingin makan?"

Ezra tidak mengatakan apa-apa, tetapi dia mengangguk.

"Kalau begitu aku akan mengambilkan mangkuk lain." Kiki lalu berdiri.

Sebuah tangan yang ramping dan indah diletakkan di punggung tangannya, diikuti dengan suara pria yang berwibawa, "Tidak perlu..."

Ezra berhenti, tatapan matanya terarah pada mangkuk Kiki, "Bisakah kau menghabiskannya?"

Sekujur tubuh Kiki sedikit membatu, dan menggelengkan kepalanya dengan sangat lambat. Apa dia akan memakan sisanya?

Ezra menjauhkan jari-jarinya. Dia bersandar di kursi, dan berkata dengan nada datar, "Kalau begitu beri aku setengahnya!"

Auranya seperti mengatakan 'Proyek ini bernilai 500 juta.'

Kiki mengakui bahwa dia sedikit berkedip ketika mendengarkan suara Ezra.

Dia tertegun sejenak, lalu dengan hati-hati dan ragu-ragu untuk memberinya semua 'lauk-pauk' di mangkuknya.

Di satu sisi, Ezra senang dengan ekspresi Kiki. Di dalam hatinya, dia menebak pasti Kiki beranggapan kalau dirinya tampan, Di sisi lain, Ezra memperhatikan perilaku Kiki. Dia mengerutkan kening dan masih duduk di sana. "Ganti mangkuk."

Kiki menghela nafas. Dia sudah mengambil mangkuk yang awalnya digunakan, dan mendorong mangkuknya di depannya.

Melihat cara makan Ezra, Kiki merasa kalau dia agak bodoh. Bukannya mangkuk itu kotor?

Tapi memikirkan bagaimana Ezra masih ingin menciumnya malam itu, Kiki merasa kalau sikap itu sama sekali bukan masalah.

Ezra mengambil beberapa gigitan dan melihat Kiki tidak bergerak. Alisnya yang tampan itu sedikit terangkat, "Bukankah sudah waktunya untuk makan yang lebih bergizi saat ini?"

Kiki sedikit membatu. Ketika melihat potongan ayam dan jamur di mangkuk, gambaran di benaknya seperti ini—

Seekor kelinci putih kecil diberi makan oleh serigala jahat besar sampai merasa kekenyangan, dan akhirnya… kelinci putih itu dimakan dalam satu gigitan.

"Cepatlah!" Suara Ezra agak merendah, seolah dia tidak puas.

Kiki tidak berani memikirkannya lagi, dan memakan mie dalam seteguk kecil. Ezra melihatnya sebentar. Dia tanpa berkata apa-apa, dan makan mie itu sendiri.

Tentu saja, Kiki yang mencuci mangkuk mereka. Setelah mencuci, dia melihat Ezra duduk di sofa untuk menangani urusan resmi. Kiki agak bingung. Dia sepertinya sangat sibuk ...

Untung saja, Ezra sibuk ... pikirnya diam-diam di dalam hatinya.

Tapi sesibuk apapun dia, Tuan Ezra juga tetap punya waktu untuk menggoda hewan peliharaan barunya.

Dia adalah pria yang terkendali. Jika tidak bisa menahan diri, Ezra bisa-bisa tidak sabar menggoda hewan peliharaannya yang sekecil itu!

Ezra akan menikmati Kiki!

Bisa jadi begini, lewat sana, lalu begini ... bergoyang-goyang terus-menerus.

Tapi sekarang Ezra hanya bisa berangan-angan. Kiki sedang menstruasi, jadi jangan membuatnya ketakutan.

Ezra melihat Kiki berjalan-jalan. Kiki akan pergi ke kamar mandi dengan piyamanya, dan terkadang menggunakan pengering rambut.

Perlahan-lahan, Ezra menjadi sedikit bingung, dan pekerjaannya tidak lagi membuatnya tertarik. Akhirnya dia berdiri dan berjalan ke kamar tidur.

Kiki duduk di tempat tidur, dengan rambut hitam panjang terurai di satu tangan. Rambutnya agak lembab dan tersampir di bahunya...

Gadis itu sedang memegang pengering rambut di satu tangan dan mengeringkan rambutnya dengan saksama. Ketika Ezra membuka pintu, Kiki terkejut dan menatapnya.

Kakinya bergerak-gerak gelisah... Mata Ezra tertuju pada kaki Kiki yang putih mulus. Karena piyamanya digulung, sepasang kakinya itu terlihat sangat menggoda.

Karena merasakan tatapannya, Kiki buru-buru menarik piyamanya. Dia menunduk, ingin bangun dari tempat tidur. Tetapi ketika dia menyentuh tanah, alisnya berkerut. Kakinya sakit.

Ezra berjalan dan berdiri di depannya. Kiki sangat kesal, karena takut apa yang akan dilakukan oleh pria itu.

"Duduklah!" Suaranya sedikit serak, dan juga terdengar bergairah.

Jika Kiki tahu lebih banyak tentang cinta pria dan wanita, dia akan tahu kalau ucapan Ezra adalah bentuk tanda kasih sayang pria.

Kiki sedikit takut, tetapi dia tidak berani menentangnya dan duduk dengan patuh.

Ezra duduk di sampingnya, mengulurkan tangan dan memegang salah satu kaki kecilnya, dan mengecek bagian lutut.

"Ada lecet!" Ucapnya lemah sambil memandangi kaki kecil yang putih dan halus itu.

Kiki menjerit. Dia ingin menahannya gerakan tangan Ezra, tapi tak mampu menahan diri untuk tidak berteriak protes, "Jangan…"

Ezra melihat ke wajah kecilnya, lalu berpindah menatap ke kaki kecil gadis itu lagi, "Kiki, kau sudah bukan anak kecil!"

下一章