webnovel

Apapun Untukmu

Galang tidak terkejut saat mendengar suara Zein yang terdengar memohon. Baginya, pira itu terlalu memanjakan adiknya. Jadi, dia tidak heran saat pria itu langsung datang menemuinya dan memohon padanya seperti itu.

Kemudian, dirinya membawa Luna keluar dari ruangan ganti. Dapat dia lihat Zein yang berdiri di depannya dengan pandangan putus asa.

Galang yang menjilatnya mencibir, "Kubilang aku hanya memberimu satu kesempatan, dan aku sendiri yang akan mendisiplinkannya jika kau tidak becus mendidik bocah itu!" Luna meremas tangan Galang yang digenggamnya saat mendengar pria itu yang terlihat marah dan agar dia bisa sedikit lebih sabar pada kakak Rangga, sedangkan Galang hanya terdiam.

Tindakan kecil gadis itu terlihat oleh Zein. Dia menoleh pada Luna dan bertanya sambil tersenyum, "Apa Anda Nona Luna? Saya meminta maaf atas kesalahan Rangga yang telah menyingunggungmu ataupun Pamanmu.""

Saat Luna akan menjawabnya, Galang segera berbicara, "Tidak ada gunanya kau membujuk Luna seperti ini."

Gadis itu hanya terdiam dan dapat melihat ekspresi Zein yang terlihat malu saat ini.

Saat ini, toko sudah mulai agak ramai oleh beberapa pengunjung.

Zein langsung berkata, "Tolong, beri saya satu kesempatan lagi, Tuan. Saya berjanji akan mengawasi Rangga dan hal ini tidak akan kembali terjadi."

Galang mendengus, "Lain kali jika dia atau dirimu yang berani-berani menggangguku atau Luna, aku akan patahkan kakinya!"

Zein terkejut mendengar ancamannya. Dia mengetahui pria itu tidak akan main-main dengan ucapannya dan walaupun dia sepertinya sudah melepaskan adiknya, dirinya tidak tahu lagi akan bisa menyelamatkan Rangga atau tidak jika adiknya berani mengusik Galang lagi.

Dia mengangguk sekali pada Galang dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Saya pastikan akan mendidiknya dengan benar kali ini, Tuan." Setelah itu dia langsung pergi dari sana.

Luna yang melihat kepergian Zein menjadi cemberut dan berkata, "Wah, kau benar-benar kejam padanya, Paman."

Galang menoleh, kemudian menyentil dahinya pelan. "Kau tidak tahu apa-apa, Luna."

Luna masih khawatir dengan nasib kedua kakak-beradik itu, walaupun Galang sepertinya sudah melepaskan mereka, gadis itu khawatir jika mereka kembali membuat pamannya marah, entah apa yang akan dilakukan pria di sebelahnya ini kepada mereka.

Tapi, Luna juga khawatir terutama dengan Rangga. Kali ini, setelah mendengar ancaman Galang, kakaknya pasti akan menghukumnya juga.

"Kau tidak mau pulang?" tanya Galang yang membuatnya menoleh.

Pria itu memandangnya dengan wajah marah dan berkata, "Lepaskan itu!"

Mungkin, saat pria lain yang mengatakannya pada seorang, mereka akan langsung menamparnya saat dia memerintahnya melepaskan gaunnya langsung karena itu tidak sopan dan tidak enak dilihat orang-orang di keramaian mall. Namun, lain cerita jika itu Galang. Perintah adalah perintah dan Luna tidak bisa membantahnya.

Mau tidak mau, dengan tubuh lemas, dia berjalan ke ruang ganti dan segera mengganti gaunnya dengan seragamnya tadi. Lagipula, gaun itu juga bukan miliknya.

Saat keluar setelah selesai ganti, Luna yang akan mengajak pamannya pulang, terkejut. Gadis itu tercengang saat melihat barisan pelayan toko yang berjejer bersebelahan sambil membawa gaun-gaun lain yang tidak kalah cantiknya dengan gaun yang dia pakai tadi.

Dia kira, gaun biru muda tadi adalah gaun yang paling indah di toko ini, namun ternyata masih ada gaun cantik lainnya, seperti yang mereka pegang.

Sebelum dia bisa bertanya pada pamannya, seorang pelayan wanita tersenyum kepadanya dan berkata, "Nona Luna, semua ini adalah gaun terbaik terbaik di toko kami dan Pak Galang ingin Anda mencoba semua gaunnya."

Saat mengendara itu matanya melotot.

Gaun-gaun cantik itu pasti mahal dan pamannya ingin dia mencoba semua?

Wah, memang orang kaya selalu bisa berbuat apapun, ya! batinnya takjub.

Namun, saat kembali memikirkannya, gaun-gaunnya sangat banyak dan Luna berpikir jika bisa-bisa dia mencoba gaun-gaun itu hingga subuh! Dan ini semua untuknya?!

Luna menoleh ke arah Galang yang duduk dengan tenang di depannya dan bertanya, "Ini semua untukku?"

Galang bersandar di sofa dan berkata, "Hm. Kenapa?"

Apa? Gaun sebanyak ini untukku? batin Luna.

"Kurasa Paman tidak perlu membelikanku sebanyak ini. Bukankah aku sudah memiliki gaun juga di rumah yang jarang gunakan?" Walaupun mengatakan itu, Luna masih ada sedikit rasa ingin memiliki gaun-gaun cantik itu.

Galang seperti mengabaikannya dan hanya berkata, "Cobalah."

Pria itu memang sudah sering membelikan Luna pakaian, terutama gaun. Namun, gadis itu tidak memakainya dan dia merasa senang dapat mengajak Luna membeli pakaian sendiri bersamanya seperti sekarang dan Galang tersenyum karenanya.

Gadis itu menghela napasnya dan mengambil tiga buah gaun, kemudian berjalan ke ruangan ganti dan mencobanya satu persatu.

Dia merasa tidak nyaman saat memperlihatkan kepada Galang gaun yang dia pakai karena pria itu selalu memandangnya dengan pandangan aneh setiap kali dia berganti gaun.

Kenapa dia melihatku seakan-akan aku telanjang? batin Luna.

Setelah mencoba ketiga gaunnya, Luna segera berganti pakaian dengan seragamnya dan berkata pada Galang, "Paman, ayo pulang."

"Ayo, pulang" ujar pria itu.

Galang menoleh ke arah manajer dan berkata, "Aku beli semua gaun itu dan kirimkan ke rumahku."

Sedangkan, Luna terkejut saat mengetahui Gelang benar-benar membelikan semua gaun itu untuknya dan tidak dapat menghitung seberapa banyak uang yang dikeluarkan pria itu untuk membeli gaun-gaun mahal tadi!

Manajer mengangguk dan langsung menyuruh bawahannya untuk segera membungkus gaunnya.

Tanpa diduga, Galang tiba-tiba menoleh dan mendekati Luna, "Kau tidak mau gaun-gaun itu? Luna tidak perlu khawatir dengan biayanya, karena pamanmu ini mampu membeli semua mall ini. Atau kau tidak mau memakainya? Kalau begitu, aku yang akan memakainya satu persatu di rumah!"

Kemudian, dia segera pergi dari situ tanpa membiarkan Luna membantahnya. Gadis itu mengehal napasnya dan segera menyusul pamannya.

Setelah kepergian keduanya, si manajer tersenyum senang dan berkata pada para bawahannya, "Wah, gadis itu pasti menyelamatkan dunia di kehidupannya sebelumnya, kan? Dia sangat beruntung bisa disukai dengan Pak Direktur yang terkenal kaku dan kejam itu!"

"Iya, Pak! Anda juga melihat tatapan Direktur pada gadis itu tadi! Dia jelas-jelas sangat menyukai dan menginginkan Nona Luna!" ujar bawahannya sambil memandangnya dengan iri.

"Oh, kenapa aku tidak bisa bertemu dengan pria kaya dan tampan yang dengan senang hati memberiku banyak uang? Huh, rasa cemburu ini membuatku jelek!" lanjut wanita itu.

"Sadar diri, dong. Kau memang jelek!" ujar manajernya dan dia tertawa.

Kemudian, saat teringat sesuatu, dia menoleh pada bawahannya yang lain dan berteriak pada mereka, "Hei, kenapa kalian diam saja?! Cepat kemas pakaian itu!"

Mereka langsung bergegas mengemas semua gaun itu.

______

Galang segera mengajak Luna ke kamarnya di lantai dua setelah mereka sampai di rumah.

Pria itu membuka pintu, menarik tangan Luna masuk dan langsung menutup pintunya dengan keras. Sebelum Luna mengucapkan sepatah kata pun, tubuhnya dihimpit ke dinding dan Galang mencium bibirnya.

Pria itu dengan rakus mencium bibirnya dan memeluk erat tubuhnya.

Sejak dirinya melihat gadisnya memakai gaun-gaun itu, Galang tidak tahan untuk melakukan ini dan sedari tadi menahan untuk mencium Luna.

Bahkan, sebelumnya, saat Zein memohon di luar pintu ruang ganti. Saat Luna yang terus menerus menggodanya, Galang ingin menciumnya seperti sekarang dengan rakus dalam pelukannya selamanya.

Dia tidak membiarkan gadis itu bernapas sedikitpun dan terus mengecap bibir kecil merah mudanya.

下一章