" Thanatos.[1]"
Sosok yang banyak ditakuti sang Dewa kematian. Ia adalah pembawa jiwa mereka yang tiada menuju kematian damai, berbanding terbalik dengan salah satu saudaranya Ker, sang Dewa pembawa kematian yang menyakitkan. Namun kematian tidaklah semanis dan seindah kehidupan, ia ditakuti karena merupakan akhir dari setiap cerita sehingga hidup sekian lama membuatnya terbiasa. Hanya saja pemandangan dihadapannya terbilang cukup tak biasa, pasalnya ia baru saja dipanggil oleh salah seorang wanita berdarah Oracle[2] setelah cukup lama seingatnya.
Sang Dewa Kematian menatap gadis bersurai perak mengamati dengan cukup seksama barulah sekelabat memori muncul yang entah mengapa justru pada seorang gadis bermanik serupa namun si gadis kecil memiliki rambut pirang. Sang Dewa tersenyum simpul kala mengetahui apa yang baru saja terjadi.
" Anakku, lama tak berjumpa sepertinya banyak yang telah terjadi padamu. Seperti lahir kembali mungkin?"
Evelyna terhenyak mendengar sapaan yang terbilang cukup ramah dari sosok sang Dewa kematian, dan lagi ia sangat memahami arti kata'terlahir kembali'. Namun tunggu sebuah pertanyaan baru saja mencuat dari benaknya, apakah mereka pernah berjumpa? Apakah sebelumnya ia telah mengetahui kekuatan terpendamnya ini dan pernah menggunakannya?
" Sepertimya kau tak mengingat apapun tentang perjanjian dan tukar menukar antara kita, gadis kecil." Ucap sang Dewa kala ditatap dengan sederet tatapan penuh kebingungan.
" Maafkan atas kelancangan saya sebelumnya wahai Dewa Thanatos, namun apakah kita pernah berjumpa? Kemudian perjanjian tukar menukar apa yang anda maksud?" Evelyna berhasil mengeluarkan suaranya secara lancar untuk mengeluarkan pertanyaan yang mengganjal hatinya. Sang Dewa berdeham sejenak dan melihat sekeliling mereka, ia dapat melihat sebagian kediaman terlihat hancur beberapa orang memperhatikannya dengan raut ketakutan. Dan disana ia dapat melihat pria berambut kelam cukup panjang tengah kerepotan menahan dua orang musuh sepertinya.
" Bermain-main dengan mayatb hidup dan apa ini peliharaan Hades bagaimana bisa sampai disini?" Gumam Thanatos pelan dan kini tatapannya kembali pada gadis dihadapannya, takdir yang kejam dan penuh kejutan menunggu para Oracle.
" Baiklah karena waktu ku terbatas akan ku jelaskan seringkas dan kau harus bisa memahaminya." Evelyna mengangguk menanggapi ucapan sang Dewa dan kian memperhatikannya kembali.
" Kau tau dirimu adalah seorang Oracle?" Tanya Thanatos namun Evelyna hanya terdiam menggeleng kecil.
" Bagaimana dengan syarat pemanggilan? Perjanjian?" Evelyna masih saja menatap Thanatos polos bak anak kecil yang tengah meminta penjelasan, sang Dewa terdiam sejenak kian intens memperhatikan si gadis. Evelyna sedikit tersentak kala Thanatos mengarahkan sebuah serbuk kearahnya.
" Tentu saja kau tidak mengingatnya. Sepertinya seseorang telah menyegel sebagian ingatan juga kekuatanmu. Bahkan merubahnya." Jelas sang Dewa setelah menemukan titik permasalahan dalam diri gadis perak dihadapannya. Evelyna yang mendengarnya setengah tidak percaya, seseorang melakukan penyegelan pada dirinya? Yang benar saja, apa ini hanya gurauan atau apa.
" Apa tapi itu tidak mungkin, Maafkan saya namun saya sendiri tak pernah melakukan ritual apapun. Saya bahkan tak pernah melihat sihir dan mantra, saya-"
" Aku tau anakku, itu karena-"
" Kemudian disekitar lingkungan keluarga saya saudara bahkan orangt tua saya tak mengenal sihir dan man-" Ucapan Eve terpotong karena Thanatos menyentuh dahinya menyebabkan Eve bahkan membeku tak dapat bergerak sedikitpun. sang Dewa menghela nafas menahan geli karena seumur hidupnya baru kali ini seorang manusia memotong ucapannya tanpa rasa takut.
" Dengarkan aku gadis muda, apa yang kau alami adalah sebuah skenario yang dilakukan demi kebaikanmu sendiri sehingga kau aman dan tetap hidup, penyegelan ini perlu dirahasiakan agar keberadaan sang keturunan terakhir Oracle tidak dimusnahkan."
" Setidaknya sampai waktu yang tepat dimana kekuatanmu akan melemahkan segel itu sendirinya, atau hingga kau bertemu putra Lucifer."
Thanatos mengusap pipi porselene Evelyna yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca, sang Dewa merasakan sesuatu yang aneh karena tak ada tatapan yang tersirat akan kebencian atau ketakutan. Gadis berkepribadian unik yang sudah sangat lama ia temui, sang Dewa menimbang sesaat hingga akhirnya menyentuh kembali dahi sang gadis perak sebelum serbuk yang telah bertebaran itu mengelilinginya.
" Aku hanya dapat membantumu dengan ini, dia akan membawamu mengingat segalanya. Sudah saatnya kau bangun nak."
*****
Gelap serta mencekam, disanalah tempat yang dituju Lucas. Pria itu berjalan diataas tanah yang tergenang air, ia tetap berjalan tenang meskipun suara jerit dan teriakan meminta tolong terdengar memekakan kedua telinga. Disamping kanan kiri tepat dijalur ia berjalan terdapat obor dengan api bewarna biru. Ia terus melangkah menyusuri jalan dan turun kian dalam serta gelap hingga tampak cahaya yang cukup terang berwarna biru, setelahnya ia menghela nafas dan melipat kedua tangannya sembari bersandar pada dinding batu dibelakangnya sesaat menemukan seseorang berambut api biru tengah membelakanginya.
" Kakek, kau kehilangan Cerberus lagi bukan?" Tanya Lucas pada pria dihadapannya yang setengah menengok namun masih terdiam dan mengacuhkannya.
" Baiklah, aku anggap itu ijin darimu untuk membakar anjing kampungan itu agar tak bisa kau bangkitkan lagi."
" Oh. Astaga Gavril apa kabarmu kau sudah sangat dewasa dan tampan seperti ayahmu itu, kapan terakhir kali kita bertemu 60 tahun yang lalu? Atau kapan ya?" Akhirnya sosok yang membelekangi Lucas segera berbalik dan tersenyum ramah sembari merentangkan kedua tangannya selepas melempar sebuah tengkorak asal yang tadi dibawanya.
Lucas menghindar dari pelukan sahabat dekat ayahnya, Hades. Pria yang ia temui adalah sang Dewa Dunia Bawah, penguasa dunia kematian yang membuka gerbang menuju neraka dan seharusnya gerbang ini dijaga oleh seekor monster mengerikan yang saat ini entah bagaimana caranya berada ditangan salah satu petinggi kaumnya dan sekarang mengobrak-abrik kediamannya.
" Jangan panggil aku dengan nama menyebalkan itu, aku tidak menyukainya." Lucas memutar mata malas saat mendengar nama tengahnya dipanggil. Hades tertawa mendengar gerutuan pria berambut kelam yang masih saja terlihat seperti bocah kecil dimatanya, meskipun tak akan ada bocah yang bisa mengancam seorang dewa dengan santai.
" Tadi kau bilang Cerberus hilang? Bagaimana kau tau? Ini sudah cukup lama sejak seseorang menyelinap masuk saat aku tengah kewalahan mengurus gerbang sewaktu banyak sekali arwah yang harus ku kirim ke neraka."
Hades duduk pada sebuah kursi batu dibagian paling atas atau lebih tepatnya singgasana sang Dewa Dunia Bawah. Lucas berjalan mengikuti dan masih berdiri meminta penjelasan dari Dewa yang telah membuatnya kerepotan itu, namun Hades hanya menaikkan sebelah alisnya dengan senyum bodohh.
" Salah satu anak dari petinggi kami sepertinya berhasil membunuh Cerberus, kemudian sekarang gadis itu tengah membangkitkannya kembali. Dan peliharaanmu itu tengah mengamuk menghancurkan mansion ku." Jelas Lucas malas, mereka terdiam beberapa saat sampai Hades mengorek kupingnya. Mencoba menepis apa yang baru saja didengarnya.
" Astaga, selera humor mu sangat buruk Gavril melebihi ayahmu." Hades tertawa kaku masih menatap pria berambut kelam yang masih terdiam tanpa ekspresi. Sang Dewa menghela nafasnya barulah beberapa detik kemudian rambut api birunya membesar menyala hingga mengharuskan Lucas melangkah untuk menghindar agar tak terpanggang.
" Berani sekali dia membunuh bayi kecilku, dia pasti menyesal telah mencuri apa yang menjadi milik Dewa." Hades melangkah turun tergesa masih dengan suasana yang 'berapi-api'. Langkahnya terhenti dan berbalik menghadap pria dibelakangnya yang berjalan dengan tenang.
" Apa yang kau lakukan? Kenapa bisa setenang itu?" Tanya pria berkepala Api itu sedikit menaikkan nadanya, Lucas merasa akan kehilangan separuh umurnya jika berlama-lama dengan Dewa Dunia Bawah ini.
" Tunanganmu, gadis mu itu sedang bertemu dengan Thanatos."
Satu kalimat yang dilontarkan Hades baru saja membuat Lucas berteriak dan memaki Dewa dihadapannya, entah akal sehatnya sudah putus atau ia tak memiliki ketakutan apapun untuk mendapat sebuah kutukan. Hades hanya tercengo sesaat sebelum menyusul Lucas yang telah berjalan cepat terlebih dahulu meninggalkannya.
" Dasar pak tua biadab, seharusnya kau katakan itu sedari tadi!"
[1] (Bahasa Yunani: Θάνατος) adalah dewa kematian dalam mitologi Yunani. Dia membawa kematian yang tenang dan damai, berkebalikan dengan salah satu saudaranya, Ker, pembawa kematian yang menyakitkan
[2] pendeta wanita yang mengucapkan prediksi mengenai sebuah ramalan yang tak pernah diragukan, diberkahi dengan bakat, kecerdasan serta keterampilan dalam sihir atau memegang senjata.