Semua berjalan sesuai rencana, yaitu James yang tetap mengikuti kemanapun saudaranya tersebut pergi. Kini mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju pulang dengan Yashelino yang sedari tadi tersenyum sembari mengemudi membuat laki-laki tersebut menghela nafasnya seketika.
"Yas," panggil James tanpa menoleh.
Laki-laki disampingnya yang mendengar pun langsung menoleh sekilas, dan berkata, "Hm, apa?" tanyanya.
Sebenarnya sudah sejak tadi setelah perkataan yang dilontarkan oleh saudaranya tersebut tentang gadis yang dirinya lihat membuat James benar-benar tidak bisa berhenti memikirkannya. Apa yang sebenarnya Yashelino maksud, pikirnya.
Tetapi, etnah kenapa bibirnya benar-benar terkatup rapat seolah untuk tidak terlalu mencampuri urusan laki-laki disampingnya itu selama gadis tersebut masih berada dalam kendali seorang Yashelino.
Sementara itu seseorang yang merasa sedari tad James belum juga kembali berbicara pun langsung menoleh bertepatan setelah berhenti karena lampu merah yang menyala. Kemudian Yashelino mengerutkan keningnya ketika melihat saudaranya tersebut yang tidak kembali melanjutkannya.
"Kenapa diem?" tanya Yashelino. "Ada yang mau lo omongin 'kan sama gue?"
"Mungkin," jawab James singkat. Laki-laki itu langsung mengedikkan bahunya acuh sehingga membuat Yashelino yang melihatnya benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada saudaranya tersebut.
"Kenapa sih? Aneh banget lo," ujar Yashelino dengan kerutan dikeningnya.
Suasana pun kembali hening karena James yang memilih untuk mengurungkan niatnya sehingga Yashelino yang tidak tahu penyebab laki-laki disampingnya begitu terlihat aneh pun pada akhirnya diam.
Bukan tanpa alasan James memilih seperti itu, hanya karena ia tidak ingin semakin terlalu jauh dalam bertindak karena terus saja mencari tahu apa yang gadis tersebut lakukan jika sedang bersama dengan saudaranya. Dirinya sangat tahu bahwa Yashelino tidak pernah seperti ini sebelumnya, dan hal itu membuatnya begitu sangat mengkhawatirkan Shil.
Di sinilah sekarang berada, yaitu di sebuah bangunan besar yang selalu nampak terlihat sepi yang bahkan membuat James sendiri yang melihatnya benar-benar malas untuk kembali pulang.
Akan tetapi jika bukan karena Yashelino, mungkin laki-laki itu tidak akan mau melakukan hal seperti ini yang sudah pasti berakhir dengannya yang selalu diikuti oleh suruhan Ronald, papanya sendiri.
"Yas," panggil James setelah beberapa saat hening. Sedangkan Yashelino yang mendengarnya langsung menoleh seolah menunggu apa yang akan dikatakan oleh saudaranya itu. "Thank's udah nganterin gue."
Kedua manik mata dari Yashelino tidak pernah lepas dari bagaimana ekspresi dan tatapan laki-laki yang hendak menuruni mobil tersebut, seperti ada sesauatu hal yang disembunyikan oleh saudaranya itu tetapi ia tidak tahu.
Bertepatan dengan James yang mendorong pintu agar bisa keluar, tanpa diduga Yashelino langsung mengatakan sesuatu yang membuat laki-laki itu mengurungkan niatnya untuk keluar sehingga membuatnya langsung terdiam dengan posisi yang hendak menuruni mobil.
"James, gue gak tahu apa sebenernya mau lo. Tapi, sekalipun ada yang pengen lo tanyain, lo gak harus sembunyiin apapun dari gue, 'kan?"
Barulah setelah itu James benar-benar langsung keluar dari dalam mobil tanpa menolehkan kepalanya ke belakang. Sepertinya Yashelino benar-benar berpikir seperti itu karena ia yang mengurungkan niat untuk menanyakan hal yang menurut dirinya adalah sebuah hal yang sangat sensitif jika dibicarakan.
Yashelino yang masih menatap punggung tegap dari saudaranya itu pun langsung menyunggingkan senyuman sendunya. Ia melihat bagaimana laki-laki tersebut yang tidak menolehkan kepalanya kembali dan dirinya yang mengetahui hal itu memilih untuk menancapkan gasnya untuk segera berlalu dari sana.
Beberapa saat setelah memastikan suara mobil Yashelino sudah pergi dari hadapan Rumahnya pun, James langsung menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat kepergian dari laki-laki tersebut. Ia menghela nafasnya, sejujurnya dengan sangat terpaksa dirinya melakukan hal seperti itu sehingga membuatnya merasa frustasi.
"Sorry Yas, gue gak bermaksud sembunyiin apapun dari lo."
James yang baru saja memasuki Rumahnya langsung dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang sedang berdiri sambil membelakanginya membuat laki-laki itu menghentikan langkahnya dan menghela nafas.
Di sisi lain Yashelino baru saja memasuki pekarangan Rumahnya setelah membunyikan klakson meminta untuk membukakan gerbangnya.
Kemudian laki-laki tersebut langsung keluar dari mobil dan memberikannya kepada seseorang yang berdiri di depannya untuk memasukkan ke dalam garasi. Sedangkan ia langsung berjalan memasuki Rumahnya dengan dirinya yang kembali menghela nafas.
Yashelino berusaha untuk menghilangkan pikiran buruknya tentang bagaimana ia seharusnya berhadapan dengan Orland, atau dirinya yang seperti biasa terlihat tidak peduli dengan perjodohannya.
"Ah, sial. Gue bener-bener gak bisa lepas mikirin itu gara-gara perjodohan konyol kaya gini."
"Perjodohan konyol kamu bilang?" sahut seseorang tiba-tiba.
Laki-laki itu yang hendak menaiki tangga pun langsung menghentikan langkahnya dengan jantung yang berdegup kencang. Kedua matanya melotot sempurna setelah mendengar suara dari seseorang yang begitu familier di telinganya.
"Mampus!" ujarnya dalam hati.
Kemudian suara langkah kaki yang berjalan semakin mendekat membuat Yashelino meneguk ludahnya secara kasar. Sedangkan seseorang yang berada dibelakangnya masih terus mendekat kearahnya.
"Apa yang kamu maksud dengan perjodohan konyol, hah?"
Yashelino langsung memutar tubuhnya dan melihat sosok pria yang begitu sangat dihindarinya sedang berdiri dihadapannya saat ini.
"M-maksud Papa apa?" tanyanya dengan kening yang berkerut. "Yas gak ngerti."
"Perjodohan konyol, siapa yang kamu maksud?"
Kedua manik mata dari laki-laki itu menatap sekitar untuk dimintai bantuan, akan tetapi sepertinya Yashelino kurang beruntung hari ini karena Bundanya seperti sedang tidak berada di Rumahnya.
"Nyari siapa kamu?" tanya Orland dengan tenang. "Bunda gak ada di Rumah."
"T-terus, Bunda ke mana?" tanya Yashelino yang kini sudah berani untuk membalas tatapan dari Papanya sendiri. "Yas padahal mau bicara sama Bunda."
"Bicara apa? Coba bilang biar nanti Papa yang kasih tahu Bunda kamu," ujar Orland dengan tatapan yang begitu terlihat jelas sedang mengintimidasi.
Yashelino yang merasa bahwa ia sangat salah berbicara pun langsung mengulum bibirnya, dirinya benar-benar cemas sekarang. Bukan karena takut, tetapi laki-laki itu hanya malas untuk sekedar berbicara ataupun berhadapan dengan Papanya sendiri.
"Hah? Enggak jadi kok," ujarnya menolak secara halus.
"Kenapa gak jadi?" tanya Orland terheran. "Kamu takut sama Papa? Atau jangan-jangan ..."
Laki-laki tersebut yang melihat Orland memincingkan matanya pun langsung terperangah karena gugup, kemudian laki-laki itu menggelengkan kepalanya.
"B-bukan kok," ujar Yashelino.
"Bukan apa? Emangnya kamu tahu apa yang Papa maksud?"
Deg.
Mendengarnya saja sudah mampu membuat Yashelino bungkam seketika. Ia benar-benar sangat merutuki kebodohannnya sekali lagi sehingga membuat dirinya semakin terlihat mencurigakan didepan pria tersebut.
"Yacel," tegur Orland yang melihat putranya saat ini malah melamun. "Papa gak tahu apa yang sedang kamu rencakana dibelakang Papa, tapi kalau sampai Papa tahu, jangan harap kamu bisa menggagalkannya lagi."
Setelah itu Orland benar-benar pergi dari hadapan putranya tersebut yang dapat dipastikan masih berdiam diri di tangga. Sedangkan Yashelino, laki-laki itu terus memperhatikan kepergian pria tersebut dengan perasaan kesalnya. Kemudian mengatakan sesuatu yang tidak akan dapat didengar oleh Papanya sendiri.
"Jangan panggil Yacel kalau Papa gak ngerti perasaan Yas sama sekali."