Keesokan harinya dua gadis yang selalu bersahabat dari sejak kecil itu saat ini sedang berada dalam perjalanan menuju kampus mereka. Tentunya dengan Shil yang sedari tadi diam yang membuat Lenna merasa ada sesuatu yang mencurigakan darinya.
"Shil, lo kenapa?" tanyanya. "Lo gak sakit 'kan?"
"Enggak," ujar Shil dengan senyum terbaiknya. "Lele, aku nanti pulang agak telat ya soalnya harus ke pameran dulu sama temen-temen."
"Pameran?" ulang Lenna yang langsung diangguki oleh sahabatnya itu. "Pameran fotografi gitu?"
"Iya, buat tugas juga 'kan."
"Berarti gue gak jemput lo nih hari ini?" tanya Lenna memastikan. "Atau lo mau gue jemput nanti di mana kabarin aja."
Shil yang mendengarnya pun langsung menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum.
"Enggak usah, Lele. Nanti aku naik taxi aja," ujarnya kepada Lenna. "Jadi Lele gak perlu jemput aku nanti."
"Beneran nih gak usah di jemput?" tanya Lenna sekali lagi. "Gue khawatir lho, Shil."
"Lele, aku itu udah gede."
Lenna yang mendengarnya pun langsung menghela nafas kasar seketika, kemudian mengangguk sebelum akhirnya kembali berkata.
"Ya udah deh, tapi lo selalu kabarin gue ya kalau lagi di mana-mana nya."
"Iya, Lele tenang aja."
Akhirnya Lenna pun tersenyum, kemudian mencubit pipi chubby dari gadis disampingnya itu dengan gemas.
"Gue gemes banget sama lo, tahu gak?!" ujarnya kepada Shil. "Lo dari dulu sampe sekarang gak berubah sama sekali wajahnya, masih kaya anak-anak."
"Ya iya dong, berarti aku cantik, bener 'kan?"
Mendengar hal tersebut membuat seorang Lenna langsung memutar bola matanya malas. Ia benar-benar tidak bisa marah bahkan untuk sekedar mengomelinya saja pun tak tega sehingga membuat dirinya langsung menghela nafas.
"Lele," panggil Shil ketika baru saja menuruni mobilnya dan Lenna menurunkan kaca mobil sebelah kirinya itu.
"Kenapa?" tanyanya. "Lo butuh sesuatu?"
Shil yang mendengarnya pun langsung menggelengkan kepalanya, kemudian gadis itu tersenyum dan memberikan selembar uang kepada sahabatnya itu membuat kening Lenna langsung berkerut.
"Kenapa lo kasih gue uang?" tanyanya yang tidak mengerti. "Gue juga 'kan punya, Shil."
"Itu uang buat gantiin uang kamu yang dipinjem sama aku kemarin," ujar Shil menjelaskan.
Mendengar hal tersebut membuat Lenna langsung membulatkan mulutnya, kemudian menepuk keningnya sebelum akhirnya kembali berkata.
"Oh, iya. Gue malah lupa," ujarnya sembari terkekeh. "Tapi 'kan lo bisa kasih ini ke gue kapan-kapan aja, kita 'kan satu Rumah."
"Gak apa-apa," ujar Shil. "Kan kalau lagi di Rumah mana inget."
Lenna yang mendengarnya pun langsung terkekeh, ia membenarkan perkataan dari sahabatnya itu saat ini yang membuat dirinya langsung mengangguk.
"Iya juga, ya udah deh, thank's ya."
"Iya Lele," jawab Shil dengan senyumannya. "Kalau gitu aku masuk dulu ya, Lele nanti gak usah jemput aku."
"Hm, tapi kalau butuh buat di jemput kabarin aja ya, Shil."
"Iya Lele," sahut Shil.
Setelah itu gadis tersebut benar-benar sudah pergi meninggalkan Lenna yang masih memandangnya dengan tatapan sendu seolah apa yang sedang dikhawatirkannya beberapa hari ini membuat Lenna harus selalu memperhatikan sahabatnya itu.
"Gue gak bisa biarin lo kenapa-kenapa, Shil."
Sementara itu saat ini sedang berjalan seorang diri melewati setiap lorong. Gadis itu tidak sengaja bertemu dengan beberapa orang yang menyapa dirinya meskipun sebenarnya ia tak mengenalinya sama sekali.
"SHIL!!!" teriak seseorang dari belakangnya yang membuat gadis tersebut menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya.
Kening dari Shil langsung berkerut ketika melihat salah satu temannya yang baru saja datang dengan nafas yang tersengal-sengal karena sudah berlari untuk menyusulnya.
"Lho, kamu kenapa lari?" tanyanya kepada temannya itu.
"Gue udah manggil lo dari tadi, tapi lo-nya gak denger apa pura-pura budeg sih?"
Langsung saja Shil memberikan cengirannya yang begitu sangat khas sehingga membuat temannya itu yang mendengarnya langsung memutar bola matanya malas.
"Hehe, ya maaf, tapi aku beneran gak denger kok."
"Hm, udahlah lupain lagian. Oh, iya, hari ini kita jadi 'kan ke Pameran?"
Gadis tersebut yang mendengarnya langsung tersenyum dan mengangguk, sedangkan teman perempuannya itu yang baru saja melihatnya langsung mengacungkan kedua jempolnya tersebut yang membuat Shil langsung terkekeh seketika.
Mereka saat ini mulai berjalan bersama dengan percakapan seadanya, meskipun begitu tidak memungkiri bahwa Shil sedang menjadi pusat perhatian sejak hari di mana seorang Pangeran Kampus menghampirinya dan itu sungguh membuatnya merasa risih.
"Jadi dong," jawab Shil dengan semangatnya. "Rasanya aku jadi gak sabar buat datang ke sana."
"Iya juga, tapi lo udah izin sama sahabat lo dulu 'kan tadi?"
"Udah kok," jawab Shil lagi. "Aku udah bilang ke Lele kalau dia gak perlu jemput nanti."
"Terus, dia gimana?" tanyanya kepada Shil.
"Hm, maksudnya?" tanya Shil yang tidak mengerti. "Aku bilangin aja kalau aku bakal pulang agak telat."
"Bukan itu, maksud gue reaksi sahabat lo itu. Setahu anak-anak yang lain 'kan sahabat lo itu posesif banget, udah kaya ke pacar aja gitu lho, padahal dia cewek."
Shil yang mendengarnya pun langsung terkekeh, kemudian menggelengkan kepala sebelum akhirnya kembali berkata.
"Iya, tadi Lele sempet bilang kalau dia bakal jemput aku."
"Tuh 'kan, baru aja dibilangin."
"Haha, tapi aku bilang aku udah gede jadi gak usah di jemput."
Temannya tersebut yang mendengar pun langsung menggelengkan kepala. Shil itu memang telihat seperti seorang gadis yang sudah dewasa, akan tetapi jika sudah mengenalnya dengan dekat pasti orang-orang akan terkejut dengan perbedaannya.
Terbilang Shil adalah anak yang manja dan polos, maka dari itu sahabatnya yang bernama Lenna sangat begitu over terhadap gadis yang satu ini dikarenakan kepolosannya yang kelewatan.
"Iya deh, gimana lo aja Shil," ujar temannya itu dengan tawa lepasnya. "By the way, gue udah kumpulin semua anak-anak, kata mereka nanti janjian di depan gedung fakultas aja katanya."
Shil langsung mengangguk setelah mendengarnya, kemudian temannya itu kembali berkata, "Ada satu informasi lagi." Dan itu berhasil membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya.
"Apa tuh?" tanya Shil kepada temannya itu.
"Muka lo biasa aja, bikin gue gemes tahu gak?" ujar temannya itu dengan kekehannya yang begitu khas.
Sontak saja kedua tangan Shil langsung meraba kedua pipinya dan berkata, "Emangnya muka aku kenapa?" tanyanya.
Temannya itu yang mendengar pun langsung menghela nafas beratnya seketika. "Enggak deh, lupain aja. Nanti bukan cuma angkatan kita aja yang bakal di tugasin datang ke Pameran, tapi katanya ada senior juga, dan kemungkinan bakal ada si Pangeran Kampus nanti."
"Pangeran Kampus?" ulang Shil dengan kening yang berkerut.
"Iya," jawab temannya itu. "Jangan bilang lo gak tahu lagi Pangeran Kampus itu siapa."
Mendengarnya Shil langsung menggelengkan kepala, lalu berkata, "Enggak, emangnya siapa?" tanyanya.
"Ya ampun, Shil. Lo selama ini masuk kampus sini ngapain aja sih?" ujar perempuan itu dengan tatapan tidak percayanya. "Pantes aja sahabat lo over banget kalau soal lo, tahunya lo bener-bener kelewat polos sih!"
Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara mereka berdua, melainkan hanya tatapan bingung yang ditunjukkan oleh Shil tentang sosok Pangeran Kampus yang belum diketahuinya tersebut.