webnovel

Akhirnya Terselesaikan Juga

Keesokan hari nya Steve menemui Lexa untuk berbicara empat mata di cafe terdekat bersama Lyra untuk membahas masalah yang terkait penyebaran video itu. Lyra hanya menyimak pembicaraan mereka berdua, tugas Lyra hanya merekam pembicaraan mereka berdua saja sebagai barang bukti.

Lyra dan Steve disana seolah - olah, Lyra juga diminta penjelasan juga. Padahal nya tidak. Itu hanya taktik saja. Lexa pun duduk didepan Steve dan melihat kearah Lyra yang duduk di samping Steve.

"Apa yang ia lakukan disini?" Guman Lexa tidak suka.

Steve pum memulai aksinya untuk meminta penjelasan pada Lexa, karena menurut Steve, Lexa sangat gampang untuk dijebak. Karena Lexa yang juga termasuk masih mencintai Steve, pasti ia akan lakukan apapun yang Steve minta. Oleh karena itu, Steve berani membicarakan dan menanyakan hal tersebut.

"Lexa kenapa kamu mengekspos video itu?" Tanya Steve.

"Aku... Hanya..." Lexa mulai bingung harus menjawab apa, karena Steve yang sudah tahu bahwa dirinya mengekpos video itu.

"Lexa, kenapa kamu melakukan hal ini?" Tanya Steve lagi.

"Aku... Aku melakukan ini semua karena aku mencintaimu." Lirih Lexa.

"Jika kamu mencintai ku, seharusnya kamu tidak melakukan hal ini. Bukankah ini terlihat berlebihan?" Geram Steve.

"Memang, tapi aku tidak akan berhenti sampai kamu menerima diriku." Kata Lexa dengan tersenyum.

"Siapa senyum mu itu, aku tidak membutuhkannya. Katakan siapa yang mengekspos video itu?" Tanya Steve.

"Video apa?" Tanya Lexa bingung.

"Video diriku dan dirimu saat debat di bar hotel itu. Siapa yang merekam dan mengekspos video itu?" Kesal Steve.

"Itu...." Lexa menundukkan kepalanya dan mukai berpikir, jika ia menceritakan semuanya pasti akan gagal rencananya. Tapi Steve menanyakan hal itu, apa yang harus dilakukan?

"Apa?" Kata Steve yang sudah tidak sabar.

"Itu, teman ku yang merekam nya." Lirih Lexa yang terpaksa jujur karena mungkin ia berpikir masih ada kesempatan untuk dirinya menempati hati Steve.

Steve pun beranjak dari tempat duduknya dan mencondongkan wajahnya kepada Lexa. Lexa tampak tersipu malu dan terpana oleh ketampanan Steve.

"Siapa nama teman mu itu, hm?" Tanya Steve.

"Siska..." Lirih Lexa dengan gugup.

Steve segera duduk kembali di tempatnya, dan mulai berpikir.

"Siapa yang kuduga pasti sahabat nya Siska yang merekam itu." Guman Steve.

"Sekarang aku tahu, pasti kamu menyuruh Siska untuk merekam dirimu dan diriku saat debat di bar hotel itu menggunakan ponselmu, lalu kamu menyebarkan video itu dengan akun palsumu dan juga meminta tolong Siska untuk menyebarkan juga. Bagaimana? Apa tebakan ku benar?" Tanya dan jelas Steve.

Lexa yang terperangah melihat penjelasan Steve tadi. Ia tidak menyangka pemikirannya jauh diluar dugaannya.

"Bagaimana dia bisa tahu? Matilah aku." Guman Lexa.

Lexa menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap wajah Steve.

"Halo, aku berbicara denganmu. Kenapa tidak jawab?"

"Iya, kamu benar." Lirih Lexa dengan terpaksa.

"Baiklah, tugasku sudah selesai. Lyra bagaimana dengan rekamannya?" Tanya Steve melirik ke Lyra.

"Sudah Steve." Jawab Lyra.

Lexa terkejut melihat Steve dan Lyra sudah berbaikkan lagi. Lexa segera berdiri dari tempat duduknya.

"Steve kenapa kamu bilang ke aku. Kalau kamu meminta aku dan Lyra datang kesini buat meminta penjelasan. Tapi apa, kamu menjebak ku." Sesal Lexa yang hampir menangis.

"Lalu, bagaimana dengan ku? Ini adalah balasan untuk dirimu. Jika kamu berani membuat masalah. Ingat kamu akan menerima akibatnya."

Steve pun berdiri dan menarik tangan Lyra untuk pergi keluar dari cafe tersebut. Lexa yang masih membeku melihat hubungan Steve dan Lexa kembali utuh, mengepalkan tangannya dengan erat.

"Lihat saja Steve. Kamu akan menerima balasannya dan menderita. Lihat saja." Guman Lexa dengan mata yang berkaca - kaca.

...

"Akhirnya masalah ini dapat terselesaikan juga. Terima kasih banyak, Lyra. Tanpa mu mungkin aku tidak akan pernah tahu seluk beluk permasalahan ini." Kata Steve sambil tersenyum.

"Iya Steve, terima kasih juga sudah mendengar penjelasan ku waktu itu." Jawab Lyra membalas senyuman Steve.

Steve dan Lyra berjalan kearah mobil yng terpakir di luar cafe, dan berniat menuju kantor untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Steve membukakan pintu mobil untuk Lyra.

"Silahkan masuk Tuan Putri."

Lyra yang tersenyum malu, masuk ke dalam mobil Steve.

"Terima kasih Pangeran ku." Jawab Lyra. Steve langsung tersenyum malu mendengar jawaban Lyra.

Steve kemudian masuk kedalam mobilnya, lalu menyetir mobilnya menuju kantor.

...

"Halo Zico."

"Halo Lexa, ada apa?" Tanya Zico.

"Rencana kita akan gagal." Keluh Lexa.

"Gagal kenapa?" Tanya Zico.

"Tadi di cafe, Steve meminta ku untuk menemui dirinya. Untuk meminta penjelasan tentang video yang terekpos. Namun, Steve mengajak Lyra untuk meminta jawaban, ternyata aku bilang bawah aku dan Siska yang mengekspos video tersebut." Jelas Lexa dengan cepat.

"Dasar gadis bodoh. IQ mu memang nya berapa sih? Rencana ini gagal karena dirimu yang tidak dapat melihat suasana."

Zico langsung mematikan ponselnya. Dan merasa kecewa harus kehilangan Lyra lagi. Zico pun mengepal kan tangan nya.

"Dasar gadis bodoh." Kesal Zico.

...

"Sepertinya benar yang dikatakan Zico. Kau memang bodoh." Sesal Lexa.

Lexa pun memutuskan untuk pergi ke kantor. Karena ada pekerjaan sedikit yang harus diselesaikan.

...

Sesampainya di kantor Steve dan Lyra melihat Pak Satpam kewalahan menghadapi para wartawan yang meminta penjelasan tentang hubungan Steve. Steve yang melihat hal itu, langsung keluar dari mobilnya. Dan disusul oleh Lyra dibelakang, dengan berani Steve menggenggam erat tangan Lyra berjalan menuju wartawan.

Para wartawan yang melihat itu pun langsung berlari kearah mereka berdua. Mereka berdua oun dikerumuni oleh wartawan. Berbagai pertanyaan pun mulai dilontarkan satu persatu.

"Tuan, apakah Tuan dan nona Lyra sudah berbaikkan?"

"Tuan, apa benar Tuan dan nona Lexa mempunyai anak?"

"Tuan, sebentar apakah Tuan sekarang akan merencanakan pernikahan? Tuan memilih nona Lyra atau Lexa?"

Pertanyaan demi pertanyaan ditanyakan tanpa henti, membuat Steve bingung untuk menjawab.

"Jadi begini, dengarkan baik - baik. Soal ini, saya dan Lyra memang berhubungan dan soal Lexa itu bohong, saya dan Lexa adalah teman masa kecil. Sejauh ini saya tidak merencanakan pernikahan, tapi secepatnya. Dan ya, soal Lexa. Lexa tidak hamil." Jelas Steve singkat.

"Lalu Tuan, bagaimana kami bisa percaya jika nona Lexa tidak hamil?" Tanya wartawan itu.

"Lyra buka galeri mu." Suruh Steve. Lyra pun mengambil ponselnya, dan membuka galerinya. Dan menunjukkan foto surat tentang kehamilan Lexa. Para wartawan pun mengangguk mengerti.

"Bagaimana? Sudah mengerti? Kami juga akan mengklarifikasi tentang berita ini secepatnya. Permisi" Kata Steve lalu menarik Lyra masuk kedalam kantor.

Sepasang mata menatap Steve dan Lyra dari kejauhan, yaitu Lexa. Lexa yang menatap kepergian mereka berdua hanya bisa merasakan patah lagi dan lagi.

"Kenapa aku tidak bisa mendapatkan hatinya. Sesulit itu kah, dalam mencintai dirinya." Guman Lexa.

"Mencintai seseorang yang tidak dapat dimiliki, sama hal nya dengan menunggu pesawat di pelabuhan."

LaveniaLiecreators' thoughts
下一章