webnovel

14. Menjamu Mentari

"Tawa dan canda saling beradu mungkin hanya kiasan, tapi mereka yang selalu disampingku adalah ketulusan" -Yuaninda Suhyun

.

.

"Woy bangun woy siap-siap balik, udah jam lima nanti telat ngampus woy!!" Teriak Renjun membangunkan teman-temannya disetiap tenda. Yangyang menggeliat malas sedangkan Mark dan Jeno sudah terduduk. Jam empat tadi mereka sudah bangun untuk melaksanakan ibadah berjama'ah walaupun agak susah banguninnya, setelah sholat mereka semua kembali tidur.

Viona keluar dari tendanya setelah mendengar teriakan Renjun, dia sudah mempacking pakaiannya kedalam tas. Disusul Yeri dan Suhyun yang ikut keluar, Suhyun menyeret tasnya karena masih terlalu mengantuk sedangkan Yeri menyenderkan kepalanya ke bahu Viona.

"Gembul mana?" Tanya Jaemin, laki-laki itu baru saja terbangun saat Renjun mulai memberontak dengan menyeret kakinya keluar tenda.

"Tuh masih di dalem, bangunin gih." Sahut Viona. Jaemin memasuki tenda dan menepok-nepok pipi Nada. Nada malah menutupi wajahnya dengan bantal, dasar kebo satu ini. Padahal semuanya sudah menunggu diluar tenda, mereka akan segera pulang kata Felix tenda nanti ada yang ngurus sendiri jadi dibiarin aja. Memanglah terpercaya tuan muda kita, pokoknya mujur banget kalo punya pacar kek Felix tapi takut kalah saing sama wajahnya yang mulus, insecure kan jadinya.

"Woyy kebo bangun gubluk…" Jaemin menepok lebih keras.

Nada terkejut lalu menyiapkan tinjuannya ke arah Jaemin, "MUKA GUE BUKAN DINDING BEGO!!!" Gadis itu berteriak tepat didepan wajah Jaemin.

"BANGUN BEGOOO…" Teriak Jaemin mendorong wajah Nada menjauh.

"Makanya kalo dibangunin tuh cepetan bangun, masih mending dibangunin dari pada ditinggal, dah cepet keluar looo!!" Ketus Jaemin lalu keluar tenda tanpa memperdulikan Nada yang tengah menggerutu.

Akhirnya Nada keluar dengan wajah kesalnya sambil menyeret tasnya, dia masih saja menggerutu sambil menyumpah serapahi Jaemin. Jaemin hanya memandang datar dengan mata sayunya, sesekali menguap.

"Udah full team kan, yuk buruan balik," ujar Mark.

"Gue tukeran sama lu chi, males semobil sama tu orang," ujar Nada dengan kesal.

"Ya ampun naha kitu ambek pisan ih," sahut Suhyun dengan logat sundanya.

"Ga ngerti lu ngomong apa chi, dah tukeran pokoknya," Nada meninggalkan teman-temannya ke arah mobil Felix.

"Dasar bakpao," sungut Jaemin.

"Alah biarin aja nanti juga balik-balik sendiri," ujar Viona lalu berjalan ke mobil Jeno sambil menenteng tasnya. Viona yang sudah lama berteman dengan Nada, tau betul sifat gadis itu pasti kalau lagi marah tidak akan lama, karena Nada tidak tahan untuk berdiam terlalu lama.

Suhyun hanya menurut saja dan segera memasuki mobil Jeno, dia menyenderkan kepalanya ke kursi lalu terlelap lagi. Begitu pula Jaemin, dia mendorong mundur sedikit kursinya lalu meringkuk ke arah pintu mobil membelakangi Jeno. Tinggal Jeno dan Viona yang masih terjaga.

"Jen minum dulu biar nggak ngantuk, atau nanti mampir indomart beli kopi," ujar Viona yang merasa prihatin karena Jeno terus-terusan menguap. Tadi malam Jeno tidak bisa tidur pulas karena anginnya terlalu kencang, sedangkan Mark dan Yangyang nggak ada pergerakan buat pindah ke tenda, alhasil Jeno kurang tidur yang menyebabkan bawah matanya sedikit menghitam.

"Jangan dipaksain nanti malah bahaya, tenang aja kita ada kelas siang kok, lo nanti ada jadwal pagi nggak?" Tanya Viona, dia sangat khawatir.

Jeno tersenyum, "Nanti jam 12 ada praktikum,"

"Lah si renjun ngapa banguninnya sekarang kan bisa nanti dulu,"

"Renjun pjmk jadi dia disuruh berangkat pagi sama dokternya," Viona hanya mengangguk.

"Mampir indomart aja ya, nanti kenapa-napa lagi," ujar Viona.

"Iya," sahut Jeno lembut.

Mobil Jeno meninggalkan pekarangan pantai, sedangkan mobil Felix dan Mark sudah pergi terlebih dahulu.

Setelah berjalan tidak terlalu jauh, terlihat ada plakat indomart disebelah kiri. Jeno segera menepikan mobilnya.

Viona berniat untuk membelikan Jeno kopi setidaknya bisa sedikit menghilangkan rasa kantuk, "Gue aja yang turun, lo disini merem bentar,"

Jeno terkekeh saat gadis dibelakangnya menepuk-nepuk kedua bahunya, setidaknya Jeno telah mendapat sedikit perhatian dari gadis itu. Viona keluar setelah mendapat anggukan dari Jeno.

Tak beberapa lama, Viona keluar dari toko membawa satu plastik sedang. Dia lalu memasuki mobil Jeno, agaknya Jeno sedikit terkejut karena dia mulai terlelap. Jeno mengucek-ngucek matanya, Viona yang melihat itu merasa gemas sendiri pasalnya mata Jeno yang seperti puppy terlihat menggemaskan layaknya anak kecil. Duh kan jadi dag dig dug serr lagi batin Viona.

Viona menetralisir kegugupannya dengan membukakan tutup botol good day untuk Jeno, "Jen nih,"

Jeno menengok kebelakang, "Makasih ya jadi ngrepotin hehe,"

Mampus tuh jantung, apa tidak makin bergejolak saja :')

Jeno menghabiskan kopinya setelah itu menancap gas ketika matanya mulai fokus lagi.

Mereka sampai di pekarangan rumah Viona tepat jam sembilan karena jaraknya yang lumayan jauh dari pantai, bukan lumayan lagi sih memang jauh karena pantainya berada di sebuah pedesaan beda kota dengan tempat tinggal mereka.

Suhyun dan Jaemin juga sudah terbangun saat Jeno mematikan mesin. Viona dan Suhyun turun dari mobil Jeno, Viona tadi sempat membelikan beberapa minuman dan roti, dia memberikan plastik sedang itu ke Jeno.

"Thanks ya," ujar Jeno.

"Thanks juga buat tumpangannya, hati-hati." Sahut Viona dari luar mobil.

"Hareudang hareudang, mening hareudang pisan ieu chi," ledek Jaemin.

"He'eh aya-aya wae, naha ieu teh hendra?" timpal Suhyun.

"Ya elah chi gue bukan teteh teteh, aa' hendra dong,"

"Serah situ wae!!" Ketus Suhyun.

"Ckk dah jen sono pergi," usir Viona, lalu mobil Brio merah itu meninggalkan pekarangan.

Suhyun mengambil motornya yang ada dibagasi, hanya tinggal motor dia yang tersisa. Suhyun pun pamit, dia melambaikan tangan ke arah Viona setelah itu melajukan motornya.

Suhyun tidak langsung balik ke kos, dia terlebih dahulu mampir untuk membeli boba yang dijual dipinggir jalan.

Suhyun tergelak saat tak sengaja bertemu dengan sepupunya, "Lah kak uwu kunaon di dieu?"

"Bang rasa taro satu ya," lanjutnya ke penjual es boba, lalu duduk disamping kanan Jungwoo.

"Ya lu pikir sendiri gue disini ngapain gempal, mancing," sahut Jungwoo asal.

"Hihhh gitu aja nyolot, eta saha?" Suhyun menunjuk dengan dagu seseorang yang ada disamping kiri Jungwoo.

"Winwin anak dpm, kata lu mau ikutan recuitmen dpm,"

"He'eh, kalo boleh tau kapan ya kak winwin wawancaranya?" Tanya Suhyun sedikit menoleh ke kanan.

"Lo tingkat satu?" Tanya Winwin balik, Suhyun mengangguk.

"Kalo nggak salah sih dua minggu lagi, soalnya dpm masih mau ngadain acara seminar nasional," jelas Winwin.

"Eh win, adek lo yang dulu pernah lo ajak nongkrong sekarang kuliah dimana?" Tanya Jungwoo.

"S1 fkg di institut, dia juga ikut recuitmen dpm, tumben-tumbenan modelan kek renjun mau gerak haha,"

"Huang renjun? Itu adek kak winwin?" Suhyun yang engeh dengan nama yang disebutkan Winwin, dia pun membelalakan mata tidak percaya.

"Kok kenal?"

"Sering nongkrong bareng, tadi aja ngecamp bareng kak, seriusan renjun yang magerannya minta ampun, adek kak winwin?" Suhyun masih tidak percaya, ya bagaimana mau percaya modelannya kayak Renjun yang kalo disuruh kadang harus diseret dulu, ini malah nyalonin jadi anggota DPM kan luar biasa.

"Kok beda jauh ya haha," lanjut gadis bersurai rambut kecoklatan.

"Gue setuju, renjun kalo disuruh cuci piring apalagi bersihin kamar paling mageran, untung pinter jadi bisa masuk fakultas kedokteran," ujar Winwin menyetujui ucapan Suhyun.

"Mba pesanannya sudah jadi," ujar abang tukang boba.

"Berapa bang?"

"Delapan belas ribu mba," Suhyun memberikan uang dua puluhan ribu, setelah mendapatkan kembalian, dia pun kembali ke tempat Jungwoo dan Winwin.

"Kak uwu kak winwin, suhyun pamit mau balik kosan soalnya bentar lagi mau masuk ngampus," pamit Suhyun.

"Ti ati dek," sahut Jungwoo, Suhyun hanya mengangkat tangan membentuk 'oke' lalu meninggalkan kedua pria beda jurusan yang masih menikmati boba.

♥♥♥♥♥

Suhyun sampai dikosan langsung menuju kamarnya, karena kamar gadis itu melewati kamar Yeri, dia pun menengok sebentar dan terlihat Yeri sedang berbaring tidur.

Suhyun mendengus, "Woyy bangung oge, nggak ngampus lu,"

"Masih lama ogeee!! Ngantuk gue, bangunin nanti jam setengah satu lah," ujar Yeri sambil meliukkan badannya ke arah dinding.

"Hmm ya udah iya, sampe nanti gue balik lagi lo belum bangun, awas aja lu yer," ancam Suhyun lalu meninggalkan kamar Yeri.

Sesampainya di dalam kamar, Suhyun merebahkan tubuhnya ke kasur. Punggungnya terasa nyeri karena tadi malam salah tidur, apalagi saat tidur kakinya dibuat guling sama Nada. Gadis itu memejamkan mata setelah mengatur alarmnya agar bisa bangun satu jam sebelum perkuliahan. Tidak butuh waktu lama, gadis itu sudah terbawa ke dalam alam mimpi.

Satu jam berlalu begitu cepat.

Dua jam.

Kring…kring…kring…abang tukang bakso mari mari sini, aku mau beli…

Alarm pun berbunyi, Suhyun menggeliat dan meraih ponselnya yang tak jauh dia letakkan diatas meja kecil disamping tempat tidurnya. Gadis itu menggeser layar untuk mematikan alarm dan segera beranjak dari tempat tidurnya. Dia meraih handuk dan berlalu ke kamar mandi meskipun dengan mata sayu yang dia usahakan terbuka.

Tidak butuh waktu setengah jam untuk Suhyun selesai mandi, setelah keluar dari kamar mandi gadis itu pun kembali ke kamar Yeri. Untung saja Yeri sudah bangun sebelum Suhyun benar-benar mengomel, karena kalo Suhyun sudah mengomel beuh panjang banget ceritanya nggak putus-putus, walaupun keliatannya kalo diluaran kalem kalem aja. Yeri sedang menyisir rambutnya dengan handuk dibahunya.

"Nah gitu kan cakep, cepet mandi," suruh Suhyun.

"Iya mochiku zeyeng, tutup pintu kalo keluar kamar," ujar Yeri dan segera pergi ke kamar mandi. Suhyun keluar kamar Yeri untuk bersiap-siap karena sekarang sudah menunjukkan pukul 12.21 p.m.

Dilain tempat Renjun sibuk membawa hasil laporan sementara ke dalam laboratorium, anak kedokteran gigi baru saja memasuki ruangan praktikum karena sang dosen sedikit molor. Renjun menyiapkan kelasnya setelah dirasa teman-temannya siap untuk memulai pembelajaran dan sudah duduk rapi.

"Ditempat duduk siap, berdo'a dimulai," seru Renjun, seluruh mahasiswa menundukkan kepala.

Setelah beberapa detik, "Berdo'a selesai, ucapkan salam,"

"Selamat siang bu…" Seru seluruh mahasiswa.

Sang dosen berdiri dari tempat duduknya, "Selamat siang anak-anak, baik tadi kalian sudah mengumpulkan laporan sementara, karena kemarin kita sudah responsi sekarang kita masuk pada praktikum anatomi pertama, apa yang kalian ketahui tentang anatomi? Silahkan angkat tangan dan sebutkan nama, saya akan memberikan poin plus,"

Jeno dan Renjun mengangkat tangan, namun yang ditunjuk dosen adalah Jeno karena dia yang terlebih dahulu mengangkat tangan.

"Saya anandra jeno ardiansyah, anatomi adalah ilmu yang membahas tentang susunan dan bagian struktur tubuh makhluk hidup seperti bagian kepala atau bagian rongga dalam manusia," ujar Jeno menerangkan. Woojin yang sekelompok dengan Jeno hanya manggut-manggut saja, masalah paham apa nggak mah nanti aja yang penting ngrespon dulu biar dikata aktif.

"Oke anandra jeno, seperti yang dijelaskan teman kalian barusan itu adalah pengertian dasar dari anatomi, untuk pertemuan kali ini kita akan mengidentifikasi struktur anatomi pada sistem skeletal, sistem skeletal atau sistem rangka yaitu bla bla bla." Dosen menjelaskan sebagian teori praktikum terlebih dahulu setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan pelaksanaan praktikum, kemudian mahasiswa memulai kegiatannya sesuai pemaparan dosen.

Lain lagi dengan prodi fisioterapi, diruang kelas itu sedang membahas tentang materi pengantar fisioterapi. Mark, Lucas, dan Yangyang seperti biasa mereka kompak duduk dibelakang. Entah mau mendengarkan atau tidak pokoknya tempat terpewe mereka itu kursi paling belakang, sama halnya Haechan, Felix, Jaemin, dan Hyunjin kalo lagi mabar.

"Yang lu paham kagak?" Bisik Lucas, badannya sedikit merosot kebawah agar kepalanya bisa menyender di bantalan kursi.

"Lo manggil yangyang kayak gitu kek orang pacaran anjim," celetuk Mark sambil menahan tawa.

"Dihh," dengus Lucas.

"Kagak masuk, otak gue ketinggalan dipantai tadi malem," sahut Yangyang asal, iya bener sih otaknya emang ketinggalan orang dari tadi aja matanya nggak fokus ke layar proyektor. Padahal dosennya udah semangat banget buat nerangin seluk beluk fisioterapi, emang Yangyang Abdi Pratama tidak jauh berbeda dengan sepupunya.

"Pantesan kosong gitu, duh kasian yang mungut otak bloon yangyang," Lucas pura-pura terhanyut sambil menompang kepalanya seperti sedang berfikir.

"Sialan lu anto," dengus Yangyang.

.

.

.

Viona, Yeri, Suhyun, dan Nada lagi beli jajanan di belakang kampus, mereka baru saja selesai teori K3 yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sebelum melanjutkan materi berikutnya, mereka keluar kelas untuk makan karena perut Nada dari tadi sudah keroncongan.

"Pak rasa taro gelas jumbo satu, rasa greentea gelas jumbo satu, rasa jasmine gelas jumbo dua, rasa red velvet gelas jumbo satu, rasa coklat gelas jumbo dua, rasa oreo gelas jumbo satu." Ujar Nada memberondong, tadi para cowo bala echan ikutan nitip makanya berasa beli satu gerobak.

Yeri berdecak, "Gue tau lu laper tapi pesennya nggak usah pake rap ya mbul,"

"Pak kita tinggal beli batagor sama telur bihun dulu ya pak," ujar Suhyun.

"Iya mba silahkan," sahut bapak penjual minuman.

Nada berlari mendahului teman-temannya, dia sudah tidak sabar ingin makan banyak. Sekarang kalian tau kan kenapa dia dijuluki gembul, yup suka makan makanya itu pipi molor terus untung imut kalo kagak udah ditinggalin karena suka malu-maluin.

Line

Suara notif dari ponsel Yeri terdengar nyaring. Yeri mengernyit lalu mundur beberapa langkah sedikit menjauhi temannya. Suhyun yang peka dengan pergerakan Yeri yang tiba-tiba, dia pun bertanya.

"Ngapa lu mundur?"

"H-hah kagak," sahut Yeri yang masih fokus dengan ponsel.

"Lu kok mencurigakan, cerita kagak lu." Ujar Nada sambil menuntut Yeri agar mau menceritakan apa yang ngebuat Yeri menghindari teman-temannya.

"Nanti aja lah, tenang gue bakalan cerita kok, tapi lu mbul jangan ketawa,"

"Kok gue, ada apa dengan gue," Nada mengerjap-ngerjapkan matanya.

Line

Sekarang terdengar suara notif dari ponsel Viona, dia segera mengecek ponselnya. Dia menatap lebih dekat ke layar ponsel agar terlihat jelas karena silauan dari mentari.

"Siape lagi tuh, wah kalian berdua udah punya gebetan yaaa," tebak Suhyun.

"Alah palingan si jeno, iya kan?" Tebak Nada, Viona melongo tak percaya bagai cenayang Nada tepat sekali dalam menebak.

"Mudah ketebak anjerr," seru Yeri.

"Sok tau lu pada," sahut Viona lalu membuka room chat dari Jeno.

"Yee emang kita tau huuu,"

"Apa katanya?" Tanya Suhyun setelah tau Viona menlockscreen ponselnya.

"Kepo sia," jawab Viona lalu berjalan pergi ke gerobak minuman, karena sudah dipanggil oleh penjual minuman.

Keempat gadis itu kembali ke kelas dengan membawa jajanan dan minuman. Dalam perjalanan ke kelas, Viona memikirkan chat dari Jeno yang mengajaknya makan malam bareng, apakah bisa dibilang ini ngedate? Viona menggelengkan kepala saat kalimat itu terlintas dibenaknya.

'Kenapa pake acara makan berdua segala sih, kan canggung atuh,' batin Viona, dia belum menjawab chat dari Jeno. Dia hanya melihat sekilas dari notif yang tertera pada lockscreen setelah itu mematikannya lagi, dia bingung hanya menjawab apa pasalnya ini hanya makan berdua biasanya kan bareng-bareng kayak orang mau keroyokan.

Di dalam kelas pun Viona masih saja memikirkan pesan dari Jeno. Makan malam? Berdua? Haduh pusing kali batin ini, memikirkannya saja tak sampai apalagi ngelakuinnya. Bisa dibilang ini adalah kali pertama Viona makan malam bareng cowo, apalagi cowonya Anandra Jeno bih makin ngadi-ngadi aja idup Viona.

"Woyyy oneng lu ngapain bengong," seru Hyunjin sambil menyeruput minuman rasa jasmine yang tadi dia titip.

"Hah? Kagak ngapa-ngapa hehe," Viona meringis lalu menyomot telur bihun.

"Eleh palingan mikirin jeno," celetuk Jaemin, laki-laki itu menyomot telur bihun yang Nada pegang, belum sempat Nada memakannya eh udah diserobot aja sama si Hendra.

Uhuk uhuk uhuk. Jaemin tersedak telur bihun.

"Sukurin bengek kan lu, makanya yang sopan sama gueeee." Sungut Nada.

"Beneran, lu lagi mikirin si jeno?" Tanya Suhyun. Viona menggeleng cepat, dia berbohong. Bukan berbohong sih, tapi dia belum siap untuk menceritakan semuanya, ada saatnya dia menceritakannya nanti pada sahabat-sahabatnya, dia masih butuh kepastian dari semua yang dilakukan laki-laki dari prodi bertubuh kekar itu. Mungkin saja itu hanya cara Jeno untuk lebih dekat dengan teman-temannya, bukan lebih dari itu, Viona harus segera sadar dari pikiran-pikiran yang tidak logis.

Viona adalah tipe cewe yang sulit sekali didekati laki-laki yang memiliki niat untuk menjalin hubungan, dia harus memikirkan matang-matang kalau ada salah seorang yang tiba-tiba begitu dekat dan ingin tau banyak tentangnya. Walaupun perasaan tidak bisa dibohongi tapi dia sangatlah intens dalam memilih. Pasalnya dia belum pernah berhubungan lebih dari sekedar teman kalau bersama teman laki-lakinya, padahal banyak sekali laki-laki yang modus untuk menjalin hubungan dengannya. Dia terus berupaya mencari-cari alasan mengapa laki-laki itu dekat dengannya? Apakah mereka tulus? Dia tidak mau ditinggalkan begitu saja seperti gadis-gadis lain, tak usah jauh-jauh liat si Nada saja yang ditinggalkan tanpa sebab, Viona tidak mau hidup rumit.

"Kagak lah ngapain mikirin jeno," jawab Viona senormal mungkin agar teman-temannya tidak curiga.

"Trus lu mikirin apa?" Tanya Felix.

"Gue—" Viona tidak melanjutkan ucapannya karena bu Moonbyul sudah datang, Viona menghela lega.

Pembelajaran berjalan seperti biasanya dan diakhiri dengan tugas yang bejibun. Tugas kelompok sekaligus tugas individu, dunia itu memang berat seberat tubuh gempal Haechan.

Bu Moonbyul keluar kelas bersama Han dibelakangnya, Han membawa tugas minggu kemarin yaitu makalah tentang identifikasi Kimia Dasar. Han membawa tugas itu ke ruang dosen, dia adalah PJMK dari mata kuliahan yang dibimbing bu Moonbyul.

"Gengssss nanti malem nginep rumah gue yok," ujar Nada.

"Cowo boleh nih?" Tanya Haechan.

"Khusus cewe women first okey, lo berempat maen aja kagak boleh nginep," jawab Nada.

"Nad gue ada acara nanti malem, lain kali aja ya gue ikut," ujar Viona.

"Yahhh kok lu nggak ikut sih, dih nggak seru," sungut Yeri.

"Iya gue tau kok kalo gue itu orang terpenting…"

"Idiihhh najissss…" seru Nada.

"Tapi gue beneran ada acara atuh, jadi kagak bisa kalo malem ini ya nak anakku," ujar Viona.

"Iya iya…" sahut Nada yang lain hanya mengangguk.

"Ya udah nanti gue ajak yang lain lah, sekalian ngerjain proposal bareng yer," ujar Hyunjin. Tumben otaknya bener, biasanya mah paling males kalo urusan nugas.

"Heéh," sahut Yeri.

Mereka keluar kelas sambil menikmati minuman dan jajanan yang masih tersisa karena tadi ke skip perkuliahan. Viona menghantarkan Nada balik ke kosan, diperjalanan mereka ngobrol random, bahkan Nada sampai membahas seorang bapak-bapak yang suka membantu penyebrangan di depan pasar Bandar kata si Nada sih otaknya agak tidak sinkron karena kemarin saat dia keluar membeli makanan, si bapak-bapak teriak-teriak nggak jelas dan setelahnya nyanyi-nyanyi padahal sedang berdiri ditengah jalanan. Viona hanya tertawa-tawa saat Nada ketakutan dan mendelik ke bahu kanan Viona, saat motor Viona melewati si bapak yang diceritakan Nada.

Memang mereka tidak langsung balik ke kosan, Nada meminta Viona untuk membeli makan siang di dekat pasar Bandar. Udah dibilang perut si Nada tuh karet makanya nggak kenyang-kenyang, alasannya tadi cuma jajan sama minum doang padahal tadi dia beli tuh banyak banget kurang lebih sampai ngabisin uang empat puluh ribu, itu jajanan dia doang yang lainnya mah normal-normal paling mentok juga habis dua puluh ribu.

Sampailah dikosan Nada, Viona turun dari motor yang mengakibatkan Nada bertanya-tanya, biasanya setelah mengantar Nada dilangsung pulang ini tumben-tumbenan Viona mau turun kalo nggak ada masalah yang mau diceritain.

"Bentar gue mau cerita," ujar Viona sambil menggigit bibir bawahnya, kebiasaan banget kalo lagi khawatir atau mikirin sesuatu Viona menggigiti atau mengelupas bibir keringnya sampai menyebabkan bibirnya keluar darah kalo nggak gitu ya menggigit ujung kukunya.

"Kenapa sih lo? Pasti ada masalah ya kan?" Tanya Nada yang tau betul tingkah Viona dan sejak mata kuliahan bu Moonbyul tadi mata Nada tidak lepas dari Viona yang sedikit-sedikit menggigit kukunya dan seperti sedang memikirkan sesuatu.

Viona mengangguk pelan, "Duh gimana ya mbul,"

Nada yang tidak tau awal mulanya berdecak kesal, "Ngomong dulu baru nanya, kebiasaan."

"Oke tapi jangan kasih tau yang lain dulu,"

"Jeno?" Tebak Nada. Viona mengangguk lagi sambil meringis.

"Tadi ngajak dinner—" baru saja Nada mau berteriak, tangan Viona lebih dulu menutupinya.

"Diemmm oge!!" Tekan Viona. Nada hanya tersenyum.

"Okeee gue tau betul lo itu kek gimana kalo sama cowo yang berusaha ngedeketin elo, lo agak risih kan sama perlakuan jeno?"

Untuk yang kesekian kali Viona mengangguk, "Bukan risih sih lebih tepatnya tapi agak aneh aja gitu, gue nggak mau jadi jahat cuma gara-gara sifat gue yang tertutup,"

"Lu mah bukan tertutup tapi menutup diri," celetuk Nada.

"Ya lo tau sendirilah mbul,"

"Trus lo udah bales?" Viona menggeleng.

"Bales aja kalo lo mau, gue tau acara yang lo maksud itu ajakan dari jeno,"

Viona menggaruk tengkuknya karena tebakan Nada 100% benar.

"Dengan lo makan bareng jeno, lo lebih tau lagi gimana sifat dia dan lo bisa lebih sedikit membuka diri pada laki-laki, gue yakin kalo jeno itu cowo yang baik soalnya gue beberapa kali liat jeno lagi ngerjain tugas di perpus sendirian," ujar Nada memberi saran.

"Lo ngapain di perpus?" Tanya Viona.

"Biasalah jaringan wifi perpus kan lancar jaya sekalian rebahan haha." Mana mau Nada baca-baca novel, baca buku petunjuk aja males. Untung otaknya encer, baca sedikit aja udah hafal diluar kepala. Bisa dibilang cerdas anak-anak pak Raden Siwon, apalagi Chenle peringkatnya yang fluktuatif sama Jisung.

"Kok gue nggak tau," Viona mengernyitkan dahinya.

"Ya lu kadang pulang duluan sama yangyang pas gue bawa motor, gue mager pulang jadi mampir perpus dulu," jelas Nada, ya kadang dia bawa motor kalau pas malesnya ilang.

"Ohhh…terus ini berarti dibales nih?"

"Buang aja buang…"

"Yeeee serius bahlulll,"

"Ya iyalah dibales, kalo delive mulu kan makin nggak enak, apalagi jeno bala echan," sahut Nada lalu sedikit berpikir.

"Dihhh kenapa jadi keseringan bilang bala echan sih, nanti jadi kegeeran si paul," lanjutnya.

"Ya udah gue bales,"

"Sekarang!!" Tekan Nada saat Viona akan beranjak pergi.

"Kok lo kepo sih, dih nanti aja di rumah," sergah Viona.

"Nggak pokoknya sekarang, gue mau tau titik!!"

Mau nggak mau Viona menurut, dia nggak mau mulut sadis Nada bocorin ke teman-temannya yang lain.

"Dah tuh puasss luuu, mampus aja sekalian biadab…" Viona beranjak tanpa memerdulikan Nada yang sudah tertawa terpingkal-pingkal dengan sumpah serapah Viona. Viona melajukan motor Scoopy-nya dengan perasaan dongkol, bagaimana tidak dongkol saat chat Nada menambahkan emoticon hug pada akhir chat setelah itu Nada memencet send. Untung saja Viona segera merebut ponselnya dan membatalkan chat, lalu mengetik ulang ajakan Jeno.

Bisa-bisa syok Jeno saat melihat emoticon itu.

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Tulisan_Pyycreators' thoughts
下一章