webnovel

BAB 24| MATAHARI

Membuat mading bersama kakak kelas ku baru selesai saat pukul 7 malam. Seharusnya tadi aku udah  diperbolehkan pulang lebih awal, tapi tiba tiba pak Bandi guru sejarah nyuruh bantu merangkum nilai.

Mau nolak tapi guru, setelah itu aku juga harus nganterin Kak Pristin pulang. Karena dia dari tadi nggak di jemput jemput.

Aku sempat chatting sama Seli, katanya akhir akhir ini kepalanya masih sakit.

Seli nggak tau kalau aku yang biayakan pengobatannya. Dia cuma tahu kalau yang membiayainya adalah Kak Jhon. Itu sengaja ku buat supaya Seli bisa lebih memiliki mood yang baik.

"Ra! Tadi Seli ke sini. Katanya kamu di suruh ke rumahnya tuh! Mau makan dulu apa langsung pergi?" Tanya mama.

Baru saja aku masuk ke dalam rumah, tiba tiba mama menyuruhku untuk ke rumah Seli. Mama juga sekalian bawain kue untuk Seli. Karena sekarang hari ulang tahunnya.

Aku hampir aja lupa. Tapi untungnya aku sempat membawakan kado untuk nya. Kado sepatu keluaran ADIMAS warna hitam putih, dan baju warna kuning lemon.

Aku tahu kalau Seli sangat menyukai warna kuning lemon karena itu aku membawakannya baju warna kuning lemon. Omong omong ini baru pertama kalinya aku ngasih kado sama teman.

"Ma ini kue tart bisa di bawa pake kardus ini nggak?" Tanya ku sambil membawa kardus.

"Bisa lah Ra." Jawab mama.

Aku mengeluarkan handphone dan menelpon Ali.

"Li jemput gue di rumah yah!"

~~~~

"Iya Ra. Gue OTW."

Dritt....

Ali dan gue udah buat rencana untuk ngerayain ulang tahun Seli. Dan kayaknya Seli lupa, soalnya Kak Jhon gue suruh untuk buat Seli lupa sebentar.

~~~~~LIMA BELAS MENIT~~~~~

"Eh Ra. Maaf tadi macet." Jelas Ali.

"Tau ah! Cepet kita udah telat nih! Kak Jhon marah tau rasa lu!" Kata ku pada Ali.

Seharusnya sepeda motor ku gak aku service dulu, kalau gini kan jadi bareng sama Ali, lama lagi!

"Li! Ayo dong cepet!" Teriak ku pada Ali.

"Makanya Ra. Tadi harusnya kita baik RAJHOLIS." Jawab Ali.

Yah kali! Naik kapsul itu! Resikonya terlalu banyak.

"Udah pokok nya cepatan!" Pinta juga dengan serius.

Ali langsung tancap gas lebih cepat. Kalau misalnya ali balapan sama mak mak motor matic, pasti dia bakalan di ledekin.

Pantas aja tadi telat, kalau bawa motor aja lama.

"Mana Seli nya?" Tanya Ali.

"Di halaman belakangnya."

Aku menuju ke halaman belakang. Kak Jhon sudah ku chat, jadi kami semua udah siap.

Sebelum itu menghidupkan lilin adalah ritual yang harus wajib di lakukan.

"Duh! Lo gak bisa nyalain korek?" Tanya ku pada Ali yang dari tadi sibuk dengan korek apinya.

"Sini gue aja!" Tanpa lama aku langsung menjahit menyahut korek yang ada di tangan Ali.

Dalam hatiku berkata. "Cowok apaan lu! Gak bisa hidupin korek."

Setelah itu aku dan Ali melangkah menuju halaman belakang. Saat kami sampai, Kak Jhon mulai menyalakan lampu thumbler warna warninya. Dan.....

Pretttt

(Anggap suara terompet)

"Happy birthday Seli!!! Happy birthday Seli!!!" Ucap kami bersamaan.

Seli tampak terkejut sebentar, lantas ia mendekati kue ulang tahunnya. Mama Seli juga turut merayakan ulang tahun Seli.

"Make wish dulu dong sel." Pinta Kak Jhon.

Seli, lantas membuat harapannya di dalam hatinya. Aku tak tahu apa yang dia harapkan di umur ke 16 tahunnya.

"Yeah!!!" Teriak Ali.

"Sekarang kita makan!" Lanjut Ali.

Aku lantas menyikut perutnya. Dasar gak sopan!!

"Apaan sih Ra!!"

"Ya udah. Ayo makan dulu, tante udah siapin dirumah." Kata Tante.

Seli sempat mengucapkan terimakasih pada ku. Kak Jhon juga, rasanya senang aja kalau membantu sahabat sendiri.

Kami pun telah sampai di ruang makan rumah Seli. Awalnya aku kira Ali akan ragu ragu untuk duduk. Tapi belum di suruh duduk pun, Ali telah duduk.

Dia sempat melihat ku dengan tatapan apa salah ku sih Ra??  Namanya juga Ali, nggak sopan!!

"Duduk Ra." Pinta Seli.

Aku langsung duduk di sebelah Ali, karena tak mungkin aku duduk di sebelah Seli yang sedang bersama Kak Jhon.

Seharusnya aku tadi aja siapa kek, buat di ajak duduk. Ini! Masa sama Ali!

"Ya udah silahkan di makan dulu. Tante masuk ke kamar dulu yah. Ngantuk." Kata Tante sambil melangkah menuju kamarnya.

Kami berempat pun langsung menyantap hidangan yang telah di siap kan di depan kami.

Aku dan Seli sibuk  berbicara soal sekolah akan masuk ke kelas 11, sedangkan Kak Jhon dan Ali membahas tentang alat alat yang akan di bawa untuk petualangan.

Kring!!!!

Tiba tiba saja handphone ku berbunyi. Duh siapa sih ini yang telepon!

"Halo?"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Putri, aku kalvin. Besok kita ketemu yah, sebelum kamu dan lainnya petualangan."

Drittt.....

"Siapa Ra?" Tanya Ali.

"Kalvin. Dia minta ketemuan." Jawab ku singkat.

"Bagus tuh! Dateng aja. Apa perlu gue Temenin?" Tanya Ali.

"Tumben?" Tanya Seli.

"Eh gak jadi deh! Gue ada urusan." Kata Ali sambil memalingkan muka.

Kak Jhon dan Seli lantas tertawa. Aku masih sibuk mengutak atik handphone ku. Siapa tahu ada pesan atau apa gitu.

****

Dua hari lagi....

Seperti yang kalian ketahui kalau petualangan Seli dan yang lainnya kurang dua hari lagi.

Berbagai susunan dan rencana mereka buat sedemikian rupa. Apalagi akhir akhir ini mereka jarang tidur karena petualangan yang meneror mereka.

Seli dan lainnya kali ini di temani oleh mis Zuliz sendiri. Petualangan kali ini amat berat karena di tambah sakit Seli yang selalu menghantuinya.

"Seli! Mau kemana?" Tanya mama pada ku.

"Ke.....Raib." Jawab ku, yang sebenarnya aku tak tahu aku mau kemana. Untuk hari ini aku ingin bertemu semua orang dan menyelesaikan urusan di bumi, karena 2 hari lagi kami akan pergi.

Kepergian kami juga tidak bisa di tanggung dan di jamin. Kadang kami bisa selamat dan bisa saja kami langsung tiada.

Mama sudah ku bujuk berkali kali agar dia mau ikut bersama kami. Tapi dia memaksa untuk tak ingin ikut pergi.

Aku tahu kalau mama sudah tak ingin lagi bertemu dengan papa, karena hal itulah yang membuat mama enggan untuk ikut pergi.

Tujuan ku sekarang adalah pergi ke rumah Raib, tadinya aku mau ngajak Kak Jhon ke sana. Tapi Aku memutuskan untuk pergi naik angkot.

"Bang!" Teriak ku pada salah satu angkot yang lewat.

Angkot tersebut masih kosong, karena masih sekitaran jam 8 pagi an. Dan aku pun langsung masuk saja tanpa berpikir lebih lama.

Jalanan kali ini benar benar lancar. Angkot yang ku tumpangi tak perlu lagi untuk menyelip nyelip.

"Makasih yah bang." Ucapku sambil memberi ongkos naik angkot.

Dan anehnya, kali ini ada abang abang angkutan yang nggak cerewet. Biasanya kebanyakan, sopir angkot lebih sering banyak omong dan promosi berbagai hal.

Kini sopir angkot seperti bisu dan tak bertenaga.

Sampai di Resto Raib. Aku belum melihat Raib ada di sana. Di sana cuma ada Bastian yang sibuk ngeberesin piring dan gelas kotor.

"Bas. Raib mana?"

"Belom dateng, biasanya dia telat kalau datang ke sini. Katanya sih banyak urusan." Jawab bastian sambil membawa makanan dan minuman.

Sambil menunggu Raib datang, seperti biasa aku menyalakan HP ku dan membuka aplikasi Instakilo.

Udah lama juga setelah aku pulang dia rumah sakit, aku jarang membuka HP. Dan sekali aku membukanya sudah memunculkan banya pesan dan notifikasi.

Di Resto tempat kerja Raib juga lumayan nyaman sebagai tempat untuk menunggu, di sini juga ada WIFI jadi aku nggak bosen nunggu Raib.

Tadinya Ali juga mau datang ke sini. Tapi udah sekitar 20 menit yang lalu tak ada dari Raib dan Ali yang datang.

"Sel, tuh Raib" Kata Bastian sambil menunjuk seseorang di luar Resto.

Kali Raib tampil dengan hoddie hitam, celana hitam bergaris putih di sampingnya, topi hitam, dan masker putih nya. Dia kali ini lebih fashion saat ini.

"Ra!" Sapa ku saat Raib mendorong pintu Resto.

Sekilas Raib melihat ku, lantas dia meletakkan tas dan maskernya di meja barista tempat Bastian nunggu.

"Ada apa sel? Tumben ke sini. Sendirian?" Tanya Raib sambil melepas topinya.

"Iya Ra, tadinya Ali mau ke sini. Tapi gak tau kemana dia gak datang dari tadi. Dia emang tukang tipu kan?" Jawab ku dengan wajah sedih.

Raib sekrang sedang mengambil minuman tea favorit ku sekarang. Memang sejak tadi aku tak memesan apa apa. Makanya, Raib membawakan nya.

"Ra, akhir akhir ini Kak Jhon susah di hubungi. Ada apa yah?" Tanya ku pada Raib yang sekarang memegang handphone nya.

Raib sekilas melihat ku dengan tatapan penuh misteri nya. Dia terlihat menakutkan saat seperti itu.

"Mungkin karena kamu ketahuan jalan sama Kak William. Kan saat kamu di rumah sakit Kak William rutin jenguk kamu." Jawab Raib.

Yah, jawaban Raib selalu membuatku langsung bergidik merinding. Tak tanggung aku langsung mengirim pesan pada Kak Jhon.

Sekitar 5 menit an dia baru jawab. Jawaban dari kak Jhon juga sangat amat menohok.

"Ada apa Sel?" Tanya Raib, yang mungkin bisa melihat raut wajah ku sekarang.

"Kak Jhon gak bisa ikut ke Klan matahari." Jawab ku pada Raib.

"Dan kak Jhon ngajak putus. Katanya dia, aku lebih cocok sama Kak William." Tambah ku lagi. Kak Jhon mengirim kan pesan itu pada ku secara terang terangan.

Raib langsung berdiri sambil menggandeng tangan ku. Aku tak tau kami akan pergi ke mana. Tapi Raib menyuruh ku untuk duduk di kursi penumpang sepeda motor.

Kami menuju ke suatu tempat yang sepertinya aku kenal akan jalan itu. Raib membawa motornya dengan kecepatan yang lumayan ekstrem.

Banyak kendaraan yang kami selip, yang menyebabkan kami di tegur oleh banyak orang. Raib tak mempedulikannya.

Akhirnya kami pun sampai di depan rumah minimalis berlantai lima, dengan pagar hitam yang sangat tinggi. Yang bisa juga tebak itu adalah rumah Kak Jhon.

Raib menyuruhku untuk turun. Lantas, dia membuka pagar itu dengan pukulan berdentumya. Entah apa yang dia pikirkan sekarang.

Aku ikut saja dengan apa yang di suruh Raib, aku masih terlalu syok untuk memahami suatu keadaan.

"Ra! Udah biarkan aja!" Ajak ku pada Raib.

Raib tak mendengarkan ku lantas, dia langsung saja pergi ke dan masuk ke rumah milik Kak Jhon. Di rumah Kak Jhon tak ada petugas penjaga. Jadi kami bisa masuk begitu saja.

Ada satu dua robot yang tak salah Kak Jhon beri nama Morb itu lewat di hadapan kami.

Dengan cepat pula, Raib menebasnya. Kekuatan Raib bila ku lihat makin lama makin kuat.

"Ra! Kak Jhon mungkin pergi. Kita ke Kalvin aja yuk! Pasti dia udah nunggu." Ajak ku pada Raib yang teringat akan ajakan Kalvin kemarin. Sejak 10 menit terakhir kami berusaha mencari Kak Jhon. Tapi yang ada kami diserang oleh Morb.

Raib mengangguk dan langsung membawaku pergi dengan teleportasi.

"Sel, mungkin mood kak Jhon lagi gak bagus. Jadi dia ngomong kayak gitu." Ucap Raib.

Sepertinya Raib udah mulai peka, dan mulai menenangkan ku pula. Yah, aku tak terlalu mendebatkan masalah ku dengan Kak Jhon.

Kalau itu memang keputusan Kak Jhon aku tak bisa menyalahkan nya. Tapi apa coba salah ku?

下一章