webnovel

L I M A B E L A S

"Pitik bangun, udah jam 7"

Oke hari ini kembali dimulai.

Sudah 2 hari dia melarikan diri, semua luka lebam juga sedikit demi sedikit mulai menyamar, seperti dia tak bisa melakukan aktifitas mandi super lama seperti biasa, gosok gigi dan cuci muka kalau sempat sepertinya sudah syukur.

"Aishh gak usah gogok gigi kelamaan"

Alhasil muka setengah basah itu kocar kacir mencari seragam dan buku-buku untuk sekolahnya, dia juga lupa kalau hari ini itu hari apa.

Sekolah yang super disiplin itu memang tidak mentolerir siapapun siswanya yang terlambat, bisa-bisa dia akan jadi badut tontonan di lapangan dengan sejuta kekejaman guru piket.

"Buset, lo mau ke sekolah berantakan kayak gini?"

"Gue udah telat ca"

"Seenggaknya sisir rambut dulu, lo mau orang-orang mikir aneh-aneh ama penampilan lo kek gini"

"Gue menganut paham messy don't care"

"Gundulmu, yaudah gue anter biar cepet"

"Oke"

Cuaca sedikit terik, jalanan Jakarta pagi ini cukup menguras emosi, padahal seharusnya dalam 10 menit dia sudah bisa sampai di kelasnya mengingat betapa gilanya Salsa menyetir mobil sport mewahnya pagi ini.

"Makasi udah bikin gue spot jantung pagi-pagi ye ca, gue sekolah dulu, salamlekum"

"Woy sarapan lo"

Dan ya, Salsa lupa jika Lisa tidak bisa mendengarnya.

Wanita dengan tampilan sangat berantakan dengan beberapa luka lebam di sekujur tubuhnya berlari menuju gerbang sekolahnya, 2 menit lagi pahar itu secara otomatis akan terkunci.

"Pak tunggu"

Dengan sigap dia memiringkan tubuhnya, dan sukses masuk ke dalam sana, ah kalau masalah hal gesit seperti ini memang dia jagonya.

"Duh neng neng, tadi kegencet kan bahaya atuh"

Hanya cengiran yang wanita itu berikan, ya paling tidak paginya tidak berakhir dengan hukuman. Kalau masalah sekolah, Lisa masih beruntung, selain wajahnya yang cantik dan pintar, dia juga seorang atlet bola volly yang menawan, ramah dan disukai banyak orang, namun sayang hal itu yang membuat saudara kandungnya sendiri menjadikan dirinya sebagai musuh yang tak berkesudahan.

"Awww...

"Aiisshh, sorry gue buru bu... Ya elah kidul lo jalan liat-liat dong"

"Heh lo yang tabrak gue malah nyalahin gue"

"Apaan?"

"Budek lo"

Buat Lisa, pagi ini sudah cukup baik namun itu sebelum dia bertemu dengan Ruby, ya Ruby satu-satunya manusia yang sudah dipatenkannya sebagai musuh.

Entah bagaimana cerita wanita itu seakan selalu saja mencari gara-gara dengannya, namun dia juga sedikit manis kalau difikir-fikir, Ruby termasuk seseorang yang tak bisa ditebak, sedikit misterius dan perhatian, namun jika dari awal tidak suka sepertinya sampai akhirpun akan seperti itu, sepertinya.

Lisa tak ambil pusing dengan semua hal tentang Ruby, toh dari kelas satu wanita itu masih tetap saja menyebalkan, tak ada bedanya.

🔻🔺🔻

Sudah beberapa jam berlalu, Jisu masih dengan rasa penasarannya yang tinggi, menahan segala rasa ingin tau sampai bel istirahat berbunyi, bahkan pelajaran kesukaan nya itu tak sedikit pun dia perhatikan.

"Lo bisa gak sih gak liatin gue jangan kayak mau nyemilin gue gitu"

"No, muka lo kenapa dulu"

"Gue kejedot"

"Nenek nenek juga tau kejedot gak kayak di pukulin gini"

"Gak usah kepo banget idup lo"

"Jangan bilang dia? Woah gak takut apa dia ama tuhan, duraka ama anak"

"Dih...

Jisu, seseorang yang dengan senang hati memberikan bahunya kepada setiap keluh kesah sahabatnya ini, dia paham betul bagaimana perlakuan Nobani terhadap gadis polos dengan berjuta kebaikan dalam dirinya ini, kenapa lelaki yang seharusnya di panggil ayah itu malah menjadi manusia paling kejam dalam hidupnya.

"Lis bilang kalau lo gak baik-baik aja"

"I'm fine"

"Jangan pura-pura"

"Buat apa gue bilang kalo gue terluka? Gak ada untungnya Jis"

"Nangis bukan berarti lemah Lis"

"Bahkan buat nangis pun gue rasanya udah gak bisa"

"Gue harus apa Lisa?"

"Jis, gak ada yang harus lo lakuin buat gue oke, lo cukup jadi teman baik gue, jangan kemana-mana"

"Deal"

Lisa memeluk sahabatnya erat, dibalik rasa sakit yang selalu dia dapatkan, masih ada tawa manis dan pelukan hangat dari mereka yang berada disekitarnya, tuhan adil dalam berbagai cara.

Tak jauh dari sana, Ruby masih menggenggam satu kotak susu coklat dingin, tadinya dia akan memberikannya untuk permintaan maaf, namun seperti Lisa sedang terluka, di tidak ingin membuat suasana hati wanita itu jauh lebih buruk karena kehadirannya.

🔻🔺🔻

Selain jam istirahat, bel pulang sekolah adalah idaman para siswa disini, lihatlah mereka berhamburan meninggalkan kelas, kadang ini adalah salah satu moment yang akan mereka rindukan saat telah dewasa nanti.

"Gue gak bisa nebengin lo lagi, gue mau pergi sama Mami buat beliin Mama gue kado"

"Akur lu ama Otik ni ye"

"Ya kan calon Mak gue juga, yaudah gue cabut"

"Hmm"

Hah, sepertimya akan hujan lagi, suasana sudah sangat gelap dan dingin, dari tadi juga tidak ada tanda-tanda Salsa akan menjemputnya, sepertinya wanita itu akan pulang naik Ojol saja kali ini.

Tin..

Suara klakson mobil yang akhir-akhir ini familiar di telinganya sedikit membuatnya jengah, lihatlah Ruby dengan angkuhnya keluar dari kursi kemudi itu.

"Lo yang nyetir"

"Heh? Gue?"

"Duit lo bisa lo simpen, gue gak bakal minta ongkos, buruan mau ujan"

"Yang bilang mau pulang ama lo siapa sih"

"Naik dulu baru ngomel"

"Dih"

"Buruan mau ujan ni"

"Paan sih lo"

Dengan tidak sabaran Ruby mendorong Lisa agar masuk ke dalam mobilnya, kalau berdebat dengan wanita itu sama hal nya sedang berbedat dengan Najwa Sihab.

"Maksa banget sih lo"

"Ni minum dulu"

"Udah lo jampi-jampi ya"

"Otak lo suujon mulu ama gue"

"Ya kan mana tau"

"Tenang aja gak kok"

Selanjutnya wanita itu tersenyum, untuk beberaa waktu dunia seakan berhenti mengitarinya, Ruby wanita manis dan sebenarnya ramah jika didekati, selama ini dia hanya menutupi dirinya dengan topeng kebohongan tentang menjadi manusia dingin tak terjamah.

"Lisa...

"Huh?"

"Jalan ngapain ngelamun, ya gue tau gue cantik tapi jangan diliatin mulu"

Dan satu hal lagi, Ruby tetap menyebalkan.

Namun wanita itu selalu hadir dalam masa-masa sulitnya, tanpa bertanya ada apa?, Apa yang terjadi?, Kenapa?, Bagaimana bisa?, dan banyak hal basa-basi lainnya.

Dia memilih untuk diam, dan melakukan hal yang bisa menghiburnya secara tidak sadar. Ruby terkadang penuh kejutan, banyak hal tak terduga yang dilakukan wanita itu untuk membuat suasana hatinya membaik.

"Stop disini"

"Ngapain?"

"Mau main ayunan"

Nah ini salah satu hal sederhana yang selalu dia lakukan, bermain dan mendengarkan segala keluh kesah satu sama lain.

"Gue tadi di marahin mama lagi"

"Gue gak nanya"

"Hmmm iya juga"

"By...

"Hmmm?"

"Gimana lo lanjutin hidup lo saat semuanya gak baik baik aja?"

"Tersenyum, mungkin sulit tapi itu akan membuat semuanya terasa ringan"

下一章