webnovel

Cerdas Cermat

pesantren itu, setiap memasuki semester kedua, diadakan Cerdas Cermat antara santri laki-laki maupun santri perempuan, yang dilaksanakan di lokasi putri.

    Semua santri sibuk menghafal dan mengulang-ngulang kembali pelajaran yang diberikan oleh para Ayah Guru mereka sewaktu belajar di kelas.

    Babak demi babak pun sudah dilalui, maka ada 3 nama yang masuk ke babak final dari golongan santri laki-laki, yaitu Musthofa, Partaonan dan Ahmad.

    Semua santriwan diarahkan ke lokasi putri untuk menyaksikan pertarungan hebat di atas podium, tentang siapakah santriwan dan santriwati yang terbaik tahun ini.

    Ketika waktu siang menjelang sore, adalah saat-saat yang sangat mendebarkan bagi setiap peserta Cerdas Cermat itu.

    Sebelum peserta CERCER ( Cerdas Cermat) putra beradu ketangkasan di atas pentas, maka terlebih dahulu peserta final putri yang ditampilkan.

    Pembawa acara mulai memanggil nama finalis putri satu persatu, " Zaki yah, Murni dan Latifah, agar mengambil posisi di atas pentas.

    Ketika mendengarkan nama Latifah dipanggil, semua santri baik laki-laki maupun perempuan memberikan tepuk tangan yang meriah.

    Berbeda halnya dengan Ahmad, dia mencoba memutar kembali memorinya.

" Bukankah, wanita ini yang memberikan senyuman dan angin kehidupan kepadaku tempo hari?. "

    "Dia rupanya orang yang terkenal dengan kelembutan sifat dan akhlaknya, dia rupanya yang telah menjadi buah bibir dikalangan para santriwan karena kecantikan dan kepintarannya.

    "Dia rupanya yang sering disebut-sebut oleh para Ayah Guru di kelas, sebagai pembanding bagi santri laki-laki karena kepandaiannya tentang Ilmu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, alangkah bahagianya saya mendapatkan senyuman walaupun sekejap dari wanita yang menjadi dambaan para Kaum Adam ini, "gumam Ahmad di dalam hati.

    Adu argumen pun terjadi antara para peserta, membuat kondisi semakin memanas, sehingga Latifah lah yang keluar sebagai pemenang lomba CERCER dari kalangan santriwati.

    Sesudah finalis dari kalangan santriwati selesai, maka disambung dengan finalis dari kalangan santriwan yang akan beradu ketangkasan di atas pentas, dan Ahmad menempati juara ke 3 dari kalangan santriwan.

    Ketika Ahmad berbalik arah menuju ke pondoknya, tanpa sengaja dia berpapasan dengan sesosok wanita yang menjadi teka-teki di dalam pikirannya.

    Kedua mata insan itupun beradu pandang, sehingga menimbulkan senyum diantara mereka.

   Dengan kaku serasa persendian terkena setrum, pemuda pemenung itu memberanikan diri menghampiri ke tiga bunga Ma'had itu.

    "Latifah ya? "tanya Ahmad membuka pembicaraan.

   " Ia,"darimana saudara tau itu nama saya?"jawab Latifah dengan suara yang begitu lembut,"penasaran.

    "Perempuan secantik dan sepintar saudari, sudah menjadi buah bibir dikalangan santri pondok.

Senang rasanya bisa berkenalan dan bersahutan kata dengan saudari, kata Ahmad.

    "Saya juga merasa bahagia dapat berkenalan dengan seorang pria yang juga menjadi sebutan dikalangan santriwati karena kesungguhan dan halus gaya bahasanya,"tangkas Latifah.

    " Tit...Tiit...Tiit,"berbunyi klakson sepeda motor yang membuat jarak diantara mereka.

    " Saya pamit dulu ya saudara, enggak enak dipandang orang bila lama-lama berdiri dan mengobrol di sini, takut nanti kalau ada Ayah Guru yang melihat dan beranggapan tidak baik kepada kita, saya pamit dulu ya,

"Assalamu'alaikum."

Kata wanita yang memakai jilbab hijau itu, sambil membalikkan tubuhnya pergi meninggalkan Ahmad.

    Ahmad pun segera melangkah menuju ke pondoknya untuk beristirahat.

               🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫🛫

下一章