"Ibu sangat menyayangimu," tutur Earth.
"Mamaku juga, sayang padamu," balas Moon tidak mau kalah.
"Begitupun aku, sejak lama sudah mencintaimu."
***
"Siapa dia?" tanya Cloud, menunjuk ke arah Earth.
"Kami hanya berteman. D—dia … hanya teman saja."
Cloud selaku ketua panitia untuk masa orientasi, tersenyum mendengarnya. Ia mendekat pada Moon sembari melirik ke arah Earth yang terlihat datar, sepertinya ia kecewa karena Moon masih menganggapnya seperti teman biasa.
"Kamu akan diberi hukuman, saat pulang kuliah nanti," ujar Cloud, mendekat pada Moon.
Moon sedikit mundur, jarak mereka terlalu dekat dan tidak enak dilihat oleh yang lainnya.
"Sekarang kembali ke barisan, aku akan menahanmu untuk memberikan hukuman nanti sore," perintah Cloud.
Moon mengangguk, terlihat tidak senang dengan perlakuan Cloud kepadanya. Moon segera kembali ke barisan, dimana barisannya semula, tepat di depan Earth.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Earth, seharusnya ia yang mendapat pertanyaan seperti itu, bukan Moon.
Moon hanya menjawabnya dengan anggukan saja. Ia melirik pada Cloud, yang sudah tidak memperhatikannya lagi. Sementara Earth, merasa ada seseuatu yang lain dari pandangan Cloud terhadap Moon.
***
Seluruh mahasiswa yang telah menyelesaikan masa orientasinya hari ini, berbaris dari dalam auditorium kampus menuju ke gerbang kampus, untuk pulang ke masing-masing rumah mereka. Kecuali mahasiswa yang membawa kendaraan, mereka memisahkan barisan untuk menuju ke area parkir, termasuk Moon dan Earth, yang kini tengah berdampingan bejalan bersama menuju ke area parkir dimana mobil Moon terparkir.
Namun saat keduanya hendak masuk ke dalam mobil, seorang pria yang mengenakan baju panitia orientasi datang menghampiri dan ada perlu dengan Moon.
"Ini sudah waktunya pulang," sela Earth, tidak setuju jika panitia telah menyalahgunakan kuasa mereka.
"Bukankah Moon masih memiliki tanggung jawab atas hukumannya tadi siang?"
Moon dan Earth saling melihat, Earth mengehela napasnya, cemas dengan hukuman apa yang akan diberikan oleh panitia orientasi kepada Moon.
"Kamu bisa pulang lebih dulu, Earth," pinta Moon.
"Aku akan menunggumu. Berikan kuncinya," Earth meminta kunci mobil milik Moon, ia tidak enak hati untuk meninggalkan Moon dan menyerahkannya kepada panitia orientasi tersebut.
Moon memberikan kunci mobilnya dan kemudian pergi mengikuti arah yang diberikan oleh panitia tersebut. Mereka berjalan menuju ke auditorium yang masih terlihat ramai oleh para panitia orientasi.
"Wah, siapa yang datang!" seru salah satu panitia dan membuat semuanya menoleh pada Moon.
Moon menghentikan langkahnya, ia tiba-tiba saja menjadi cemas dan ada rasa takut yang terlintas, khawatir kalau mereka akan memberikan hukuman yang tidak logis kepadanya.
"Segera sambut, Cloud. Bukankah kau menginginkannya?" cibir salah satu panitia yang lainnya, yang sedang beristirahat, usai lelah menangani masa orientasi dengan menghadapi ratusan mahasiswa baru yang berbagai macam sikap dan tingkah lakunya, termasuk Moon yang kini akhirnya mendapat hukuman.
"Hukuman apa yang akan aku dapatkan? Hari sudah sore dan sebentar lagi langit akan gelap," tutur Moon, memberanikan diri untuk bertanya dengan nada menantang kepada Cloud yang masih berada jauh darinya, namun matanya tak lepas dari pandangannya kepada Moon.
Cloud tersenyum, ia melangkahkan kakinya menghampiri Moon, hingga mereka berhadapan dengan jarak yang dekat. Moon memilih untuk berpaling dan tidak menengadah melihat pada Cloud. Pria itu tersenyum lagi dan memberikan ponselnya kepada Moon. Moon yang heran, kemudian mengernyit dan menengadah, seolah meminta penjelasan dari Cloud.
"Setelah selesai orientasi, berkencan lah denganku," ucap Cloud.
Seluruh panitia orientasi yang nyatanya adalah teman Cloud, bersorak senang karena keberanian Cloud untuk mengajak Moon berkencan di hari pertama orientasi. Moon menoleh ke seluruh auditorium yang mendadak ricuh karena suara sorak itu.
"Kenapa? Kamu bersedia, bukan?" tanya Cloud, memastikannya. "Pria yang tadi itu … bukan kekasihmu, 'kan?"
Moon mengambil ponsel milik Cloud dan memasukkan nomor kontak miliknya, lalu menyimpannya.
"Sudah aku simpan dengan namaku," ujar Moon, mengembalikan ponsel Cloud.
Cloud tersenyum dan menerimanya.
"Mau aku antar pulang?"
"Tidak perlu. Earth sudah menungguku di mobil. Jika tidak ada keperluan lagi, aku pamit pulang, ya," ujar Moon, segera berbalik badan dan berlalu dari auditorium itu.
Semua panitia diam, menunggu hingga Moon tidak terlihat lagi.
"Gila! Cloud mengajak wanita kencan dihari pertama orientasi!" seru Geo, teman baik Cloud.
"Ini adalah pertama kalinya Cloud mengajak wanita kencan. Ini kencan pertama Cloud! Kita harus merayakannya!" seru teman yang lainnya.
"Sudah, sudah … jangan merayakan apapun sebelum kencan itu terjadi. Aku hanya penasaran, ada hubungan apa dia dengan Earth," tutur Cloud, masih memandang ke arah pintu auditorium.
"Earth? Nama yang disebut Moon, bukan?" tanya Geo, menghampiri Cloud.
"Ya. Aku penasaran saja. Kita lihat nanti, bagaimana kelanjutannya."
***
Bugh!
Moon menutup pintu mobilnya dan menarik seat belt, kemudian ia silang di tubuhnya. Rautnya merengut, seperti sedang kesal.
"Moon?" panggil Earth.
"Jangan banyak bertanya dulu, Earth. Aku ingin pulang," ujar Moon.
"Hmm, tapi … aku tidak bisa menyetir," ujar Earth, menunjukkan dirinya kini yang tengah duduk di kursi kemudi.
Moon menoleh, mendengus kesal. Ia tersenyum dan kemudian melepas seat belt nya kembali.
"Keluarlah, kita tukar posisi," pinta Moon.
Moon dan Earth bersamaan keluar dari dalam mobil untuk menukar posisi duduk mereka. Dimana Earth belum bisa mengemudi, sehingga ia hanya bisa mengandalkan Moon saja. Moon yang sudah duduk di kursi kemudi dengan seat belt yang sudah menyilang di tubuhnya, segera melajukan mobilnya menuju ke rumah Earth, dimana jarak kampus dan rumah Earth tidak begitu jauh.
Sepanjang perjalanan Moon memilih untuk diam. Mood nya masih tidak baik karena Cloud yang menurutnya lancang, namun juga pengecut.
"Moon?" panggil Earth, ia khawatir dengan Moon yang sejak tadi hanya diam. Earth berusaha mengalihkan lamunan Moon karena ia sedang mengemudi.
"Hm? Kenapa, Earth?"
"Apa yang dilakukan Cloud kepadamu?" tanya Earth.
Moon melirik pada Earth walau hanya sejenak, kemudian ia kembali fokus pada jalan yang sedang ia lalui. Ia melipat kedua bibirnya dan menahan bibir bagian bawah dengan giginya.
"Moon?"
"Hukuman seperti biasa, Earth," jawab Moon, tidak ingin membuat Earth cemas. "Aku baik-baik saja."
"Jika ada yang menganggu, kamu harus mengatakannya padaku, ya. Aku tidak ingin melihatmu dalam kesulitan," pinta Earth, sembari mengusap lembut kepala Moon.
"Terima kasih Earth, selalu mengkhawatirkan aku."
"Dan juga sabar menunggumu hingga tiga tahun," sahut Earth kemudian.
"Hmmm, itu lagi … jangan menagihnya sekarang, ya …," pinta Moon, ia tahu kalau Earth lagi-lagi menyinggung mengenai perasaannya yang digantung selama tiga tahun.
"Eh, ada yang menelponku," ujarnya, melihat ke layar ponselnya. "Tidak ada nama?"
"T—terima saja," ujar Moon.
Earh menurutinya dan memilih untuk menerima panggilan tersebut.
"Hai, Moon … jangan lupa kencan pertama kita, ya."