webnovel

Chapter 6 - Duel penentu

"Aku tidak ingin di penggal." ucap Teo. Hari ini, ia akan bertemu dengan orang tua Celica dan Cattalina, lalu Teo juga diperingatkan untuk berhati-hati dengan Ibu mereka. Tapi, Teo mencoba berpikir positif kalau semuanya akan baik-baik saja, setidaknya ia mencoba untuk seperti itu.

Pintu tiba-tiba terbuka, bukan orang tua mereka yang pertama, tapi beberapa prajurit kerajaan masuk lebih dulu kedalam ruangan dan mengelilingi ruangan itu. Wajah Celica dan Cattalina pun menunjukan kalau mereka sudah menduga kalau ini akan terjadi, lalu, seorang wanita yang terlihat anggun pun masuk kedalam bersama dengan seorang lelaki yang terlihat sedikit suram wajahnya.

"(Apa yabg terjadi dengan Tuan Wales? Dia kelihatan pasrah sekali. Kasihan.)" ucap Teo dalam hatinya.

Saat tau wanita sudah masuk, Celica dan Cattalina pun berdiri dan mendekatinya, mereka berdiri di depannya "Mama!"

Celica pun langsung memeluknya, wajah Wanita yang di panggil mama oleh Celica pun tersenyum sambil mengelus kepala Celica "Selamat datang, Ibu." ucap Cattalina sambil sedikit menunduk yang menunjukan rasa hormat kepadanya.

"Kemari, Cattalina."

Cattalina pun mendekat dan di peluk olehnya. Ibu mereka terlihat begitu sangat menyayangi mereka, tatapannya terlihat hangat dan senyumannya sangat lembut. Lalu matanya pun beralih ke Teo, Tatapannya berubah dan senyumnya pun menghilang, Tatapannya terlihat dingin dan tajam. Semua yang di berikan kepada kedua Anaknya, benar-benar berkebalikan ketika diberikan kepada Teo. Tubuh Teo menegang ketika melihat tatapannya itu, ia merasa kalau dirinya benar-benar di benci oleh Ibu mereka "Penjaga!"

Seseorang dengan cepat mendekati Teo dan melayangkan pedang ke arahnya. Dengan reflek yang cepat, Teo menghindar dan langsung meninju tubuh penjaga itu. Namun, Penjaga itu menggunakan plat besi dadanya "Ah Sialan, Aku tidak melihat itu." ucapnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

Penjaga itu pun menyerang kepala Teo dengan pedangnya. Teo hampir terpenggal karena serangan itu, beruntungnya ia langsung menunduk. Melihat kesempatan terbuka, Teo menendang kaki penjaga itu dengan kuat dan membuatnya terjatuh. Teo langsung mengambil pedangnya "Sialaaaan!"

Teo pun menancapkan pedang itu tepat di samping kepala penjaga itu dan membuat penjaga itu ketakutan melihat Teo. Saat Teo menganggapnya sudah berakhir, satu penjaga lagi menyerangnya dari belakang, karena menyadari suara langkah sepatu besinya, Teo berhasil menghindar lagi dari tusukan pedangnya "Berengsek!"

Pukulan yang kuat mengenai wajahnya dan membuat hidungnya berdarah, Melihatnya belum terjatuh, Teo menendang wajahnya, penjaga itu pun terpental sampai ke hadapan Wanita itu.

"Lumayan juga untuk seorang rakyat jelata. Teknik bertarungmu itu, siapa yang mengajarimu?"

"Itu semua adalah teknik dasar. Saya hanya meningkatkan teknik itu."

"Begitu." Wanita itu terdiam sebentar dan melihat ke penjaga yang tersungkur di hadapannya "Duduklah. Ada banyak pertanyaan yang ingin ku tanyakan padamu."

Wanita itu pun mendahuluinya dan duduk di kursi sofa. Cattalina yang sudah melihat aksinya hanya tersenyum kepadanya dan ikut duduk di samping Ibunya, lalu tuan wales yang ada di belakang mereka masih terlihat pasrah, ia pun memegang pundak Teo "Maafkan atas perlakuan istriku ya, Teo."

"Sayang, cepat duduk dan jangan banyak bicara." ucap Wanita itu dengan tegas.

Tuan Wales langsung menghela nafas "Iya iya." ucapnya dan berjalan ke sofa.

"(Kasihan sekali.)"

Setelah Teo duduk, Teo kembali menegang, Wanita itu terus menatap Teo dengan tajam. Karena keheningan terus berlanjut, Tuan Wales pun membuka pembicaraan dengan memperkenalkan istrinya "Teo, Ia adalah Istriku, Stella de Blouse. Lalu sayang, dia ini–.

"Aku sudah tau siapa dia. Dia adalah rakyat jelata kotor yang kebetulan menyelamatkan kedua putri ku dan juga pengawalnya. Aku sudah mengetahui semuanya, juga tentang suamiku yang menawarinya menjadi pengawal kedua putri ku tanpa sepengetahuanku!" ucap Nyonya Stella lalu melirik tajam ke Tuan Wales.

"Maaf."

Nyonya Stella menghela nafas berat lalu menatap tajam ke arah Teo lagi "Kenapa makhluk rendahan sepertimu ingin menjadi pengawal untuk kedua putriku?"

Teo terdiam mendengar pertanyaan itu, ia menarik nafas panjang "Itu karena sebelumnya, Saya berhutang budi dengan Nona Cattalina, jadi Saya ingin menebusnya dengan mengabdi padanya."

"Apa benar begitu, Cattalina?"

Cattalina mengangguk "Ya, Aku membantunya menemukan orang yang Teo cari."

"Kapan? Kenapa aku tidak tahu itu?" tanya Celica tiba-tiba

"Saat di desa itu. Saat Kamu pergi ke toko, aku membantu Teo mencari orang itu, dengan merpati."

"Begitu. Meski begitu, aku tidak bisa menerima orang asing menjadi pengawal kedua putri ku begitu saja. Aku tanya sekali lagi, apa kau benar-benar ingin mengabdi kepada kedua putri ku?"

Mendengar pertanyaanya, membuat Teo sedikit ragu karena mengingat kondisi keluarga bangsawan yang sedang di teror oleh organisasi gelap yang ia sendiri tidak tahu mereka seperti apa, ia juga mempertimbangkan nyawa-nya untuk ini dan itulah yang menbuatnya sedikit ragu.

Pandangannya pun beralih ke Cattalina dan Cattalina sudah tersenyum ke arah Teo, auranya pun menyeramkan seolah memaksa Teo mengambil keputusan untuk menjadi pengawalnya.

"Iya, saya sungguh ingin mengabdi kepada putri anda."

Nyonya Stella pun berdiri "Jika kau begitu yakin dengan keputusanmu itu, maka bersiaplah untuk menyesal, sore hari, di belakang mansion ini, kau akan melakukan duel dengan saudara Cellica dan Cattalina. Semoga kau menyesali keputusan itu, Rakyat jelata! Ayo pulang, sayang." ucapnya dengan wajah yang mengejek Teo.

"Ah, tunggu."

Tuan Wales dan Nyonya Stella pun pergi keluar, begitu juga dengan penjaga-penjagannya. Setelah mendengar itu, wajah Cattalina menengang luar biasa, ia terlihat lebih ketakutan daripada terkejut, begitu juga dengan Zack. Celica memegangi tangan Cattalina "Aku sudah mengira kalau Ibu akan meminta Teo untuk melakukan duel sebagai tes, tapi aku tidak menyangka kalau Kakak yang akan menjadi lawannya."

"Kakak, tenanglah."

Zack mendekati Teo dan memegang pundaknya "Teo, lebih baik kau mundur. Kau tidak akan menang melawan orang itu."

"Kenapa?"

"Dia adalah orang yang mustahil kau kalahkan Teo, dia juga tidak memiliki ampun walaupun itu hanya duel semata. Saat aku masih menjadi pasukan kerajaan, aku pernah ikut bertarung bersamanya melawan pemberontak, selama masih ada perlawanan, dia tidak akan segan untuk menghancurkan lawannya. Mengingatnya saja membuatku merinding."

Mendengar itu, Teo penasaran dengan orang yang di panggil Kakak dari Cattalina dan Celica. Melihat Cattalina ketakutan seperti itu, membuat Teo beranggapan kalau Kakak mereka adalah orang yang hebat. Setelah itu, mereka semua pun meninggalkan ruang tamu, Teo kembali ke kamarnya dan merenungkan itu, ia pun membuka laci mejanya dan menatapi pistol, magazine pistolnya dan juga sebuah pedang kecilnya.

*Tok! Tok!* "Boleh aku masuk?"

Terdengar suara Cattalina dari luar, Teo pun membuka pintunya, ia bertanya "Ada apa?"

Cattalina terdiam sambil menunduk, ia berjalan masuk kedalam lalu berdiam diri. Ia menarik nafas panjang lalu berbalik "Aku mohon, mundur dari duel itu." ucapannya yang terdengar sungguh-sungguh dan matanya yang serius benar-benar ingin membuat Teo mundur dari duel itu.

"Kenapa?"

"Kamu mendengar perkataan Zack kan? Kakak ku itu tidak segan terhadap orang yang mencoba melawannya, meskipun ini hanya sebuah duel. Aku mohon, mundur saja! Aku tidak ingin kamu terluka."

Teo terdiam, ia pun duduk di kasur dan mengambil pistolnya di laci, ia membongkar pistolnya lalu bertanya kepada Cattalina "Apa disini ada kapas?"

"Eh, ah ada di kamarku, kenapa?"

"Boleh aku minta? Aku ingin membersihkan benda ini."

"T-Tunggu! Apa kamu tidak mendengar permintaanku?"

Teo diam lagi, ia seperti tidak mendengar perkataanya itu, ia mengabaikan permintaanya itu. Cattalina pun meminta Teo lagi dengan suara yang lebih keras "Hey, jangan berteriak, telinga ku tuli nanti." ucap Teo sambil menutup telinganya.

"Habisnya… Kamu… Kamu tidak mendengar–."

"Aku mendengarmu."

"Kalau begitu–."

"Aku tidak akan mundur, Cattalina. Kita sudah sepakat, kamu mencari orang-orang ku, dan aku menjadi pengawalmu."

"Kalau begitu, Bat–."

"Tidak akan ku batalkan."

"Kenapa!?"

Teo menarik nafas panjang, ia pun berdiri "Maaf bila perkataan ku ini tidak sopan, tapi Ibumu benar-benar menyebalkan, lebih menyebalkan daripada Adikmu. Ah begitu, jadi dari sana asalnya sifat Celica."

"Kalau Celica mendengarmu, dia bisa marah besar loh." ucap Cattalina lalu tertawa kecil. Melihatnya tertawa kecil seperti itu membuat Teo tersenyum "Seandainya aku mati pun, itu tidak apa-apa."

"Eh? Kenapa?"

"Aku, berasal dari dunia lain untuk mencari penduduk kota ku yang menghilang saat masuk ke dalam portal dan portal itu membawa mereka ke dunia ini. Saat pertama kali datang, sejujurnya aku sudah tidak tahu harus berbuat apa, aku juga tidak tahu siapa saja yang menghilang itu. Aku sudah lelah, seandainya aku mati pun tidak akan ada yang tahu. Tapi, sayangnya aku tidak bisa membunuh diriku atau membiarkan diriku terbunuh, karena aku adalah seorang prajurit, aku memiliki harga diri sebagai seorang prajurit. Sebagai seorang prajurit juga, aku tidak mau berhutang budi kepada seorang perempuan, kita sudah sepakat dan aku tidak akan membatalkannya."

"Apa kamu yakin?"

Teo mengangguk "Percayakan saja kepadaku." ucap Teo sambil tersenyum "(Sialan, aku pasti sangat keren sekarang, Luar biasa memang diriku ini.) ucap Teo dalam hati yang membanggakan dirinya.

Cattalina memegang dada Teo lagi, ia tersenyum dan berkata "Baiklah jika itu yang kamu mau. Aku akan berdoa untuk keselamatanmu, Teo."

Cattalina menatap wajahnya sambil tersenyum, jantung Teo pun berdegup kencang karenanya. Lalu, Cattalina pun pamit untuk kembali ke kamarnya dan ia juga bilang akan kembali untuk memberikan kapas yang ia pinta.

"Haaah…" Teo menghembuskan nafas lega, karena sudah meyakinkan Gadis itu, tapi ia masih memikirkan apakah ia benar-benar bisa mengalahkan Kakaknya?

"Lebih baik kau mundur, mustahil kau melawan Kakak ku." ucap Celica yang tiba-tiba masuk kedalam kamarnya

"Hei, setidaknya ketuk dulu sebelum masuk, tidak sopan. Apa seorang bangsawan tidak mengetahui itu?" tanya Teo sambil memeriksa komponen pistolnya.

"Berisik! Kau seharusnya terima saran ku itu. Mustahil orang biasa sepertimu yang tidak diketahui asal-usulnya bisa mengalahkan seorang jendral pasukan kerajaan."

"Eh? Dia seorang jendral?"

Teo terkejut mendengarnya, lalu Teo pun meminta Celica untuk menceritakan tentang Kakaknya lebih lanjut kepadanya "Kenapa aku harus menceritakan Kakak ku kepadamu?"

"Oh, jika tidak mau tidak apa-apa. Aku bisa bertanya pada Cattalina kalau kau tidak ingin menceritakannya kepadaku."

Celica yang tidak mau Teo mendekati Kakaknya pun merasa diancam olehnya. Akhirnya, ia pun mau menceritakan tentang Kakak laki-lakinya itu kepada Teo.

Setelah mendengar cerita dari Cattalina, Teo sedikit tau tentang Kakak mereka yang bernama William itu. Singkatnya, William adalah Kakak tiri mereka, ia adalah anak dari Ayah mereka. William menjadi seorang jendral karena kemampuannya yang luar biasa dalam menggunakan pedang dan senjata lainnya dan ia juga mendapat rekomendasi dari Ibu tirinya, Nyonya Stella. Ia bukanlah orang yang membenci rakyat jelata, ia adalah orang yang sangat di cintai oleh rakyat jelata dan bahkan hampir membuat banyak keluarga bangsawan yang menjadikannya musuh. Mendengar kalau Kakak mereka orang yang seperti itu, Teo menjadi sedikit tertarik dengan Kakak mereka. Ia pun bertanya lagi "Huh, perkembangan karakter yang aneh, Lalu kenapa Zack berkata ia adalah orang yang tanpa ampun?"

"Itu karena masa lalunya. Aku tidak bisa menceritakan itu kepadamu."

Teo terdiam mendengarnya, lalu ia pun berterima kasih kepadanya karena sudah menceritakan sedikit tentang Kakaknya "Terima kasih, sekarang kau boleh pergi." ucap Teo sambil mengibaskan tangannya.

"Hei! Apa-apaan itu!? Dan juga aku memintamu untuk mundur kan! Apa kamu berniat untuk terus berduel dengannya?"

"Ya… Begitulah."

"Kenapa!?"

"Kenapa? Seandainya aku mati pun kau akan senangkan? Kenapa kau terdengar begitu peduli sekarang."

"Ha-Hah!? Aku bukannya peduli denganmu! Aku hanya tidak ingin Kakak ku bersedih karema melihatmu terluka, bodoh!"

"Ah iya iya, maaf."

Celica terus menatap Teo dengan kesal, lalu ia pun berkata "Aku harap Kakak benar-benar menghajarmu habis-habisan! Hmph!" Ia pun langsung keluar dari kamar Teo, dan di saat yang sama, Cattalina datang membawa kapas untuk Teo "Apa Celica memintamu untuk mundur juga?" tanya Cattalina.

"Begitulah, tapi ketika aku menolak, dia langsung berharap aku dihajar habis-habisan."

Cattalina pun tertawa lalu membarikan kapas yang Teo pinta "Ah terima kasih, aku harus rutin membersihkan benda ini, kalau tidak, benda ini tidak akan bisa ku gunakan lagi."

"Oh begitu."

Lalu, Cattalina pun menatap Teo dengan khawatir lagi, menyadari itu, Teo langsung berkata kalau dirinya akan baik-baik saja. Meskipun di ujung kalimatnya terselip kata 'mungkin'. Cattalina tertawa kecil mendengarnya berkata seperti itu, Cattalina pun terasenyum tipis "Beristirahatlah hari ini, nanti sore akan menjadi waktu yang spesial, jadi beristirahatlah."

"Ah baiklah, aku akan beristirahat setelah ini."

Lalu, Cattalina pun keluar dari kamar Teo. Setelah membersihkan pistolnya, Teo memasang lagi semua komponen pistolnya lalu memasukan magazine yang baru "Tidak ada pilihan lain…"

***

Waktunya pun tiba, Nyonya Stella, Tuan Wales dan Kakak dari kedua putri Blouse telah tiba di mansion. Di belakang mansion, Teo sedang bersiap, di temani oleh Zack yang juga membantunya bersiap untuk melakukan duel.

"Uh, plat baja ini terasa berbeda dengan rompi anti-peluru."

"Rompi… Apa?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Zack menatapnya karena merasa aneh dengan ucapannya, lalu Zack pun mengambilkan pedang miliknya dan memberikannya kepada Teo, namun Teo menolaknya, ia berkata "Aku tidak terbiasa memegang pedang panjang, aku lebih terbiasa dengan pedang ini." Teo pun menunjukan pedang kecilnya.

"Pedang itu… Milik para bandit waktu itu kan?"

"Ah, iya. Aku mengambilnya."

"Pencuri."

"Diamlah, orang yang mempunyai ini juga sudah mati, jadi tidak apa-apa."

"Ah, ya benar juga sih, tapi… Yah sudahlah. Jadi, apa semuanya sudah siap?"

Teo pun melakukan cek ulang, mulai dari pedang, pelindung kaki, plat baja di dadanya "Semuanya sudah, mental ku juga sudah siap untuk mendengarkan ocehan Wanita itu."

"A-Ahahaha. Kalau Nyonya Stella mendengarnya, kau benar-benar akan di penggal."

"Ada apa dengan diriku?"

Mendengar suara yang tidak asing membuat mereka berdua terkejut dan langsung berdiri tegap "Hoo, Aku akui kalau kau cukup berani untuk seorang rakyat jelata yang kotor. Apa kamu sudah siap menerima kekalahanmu?"

"Dengan senang hati saya terima itu, Nyonya Stella." ucap Teo sambil tersenyum kepadanya

Nyonya Stella langsung terpancing emosinya melihat Teo tersenyum kepadanya sambil berkata seperti itu "K-Kau! Jangan harap kau akan selamat! Seorang rakyat jelata tidak pantas berada diantara para bangsawan! Kau tau itu!"

"Ya saya mengerti."

"Gah, berbicara denganmu membuatku muak! Lebih baik aku tidak usah melihatmu lagi!"

Setelah berbicara dengan Teo dan membuat emosinya memuncak, Nyonya Stella pun masuk kembali kedalam mansion saat ia masuk, Cattalina bertemu dengannya "Ibu? Ada apa?"

"Rakyat jelata itu benar-benar membuatku marah! Dia bahkan berbicara dengan Ibu tanpa hormat kepada bangsawan! Se-Se-Seperti Ibu itu setingkat dengannya! Dia benar-benar membuatku geram!"

"Ah begitu, aku mengerti, aku mengerti. Sudah ya, jangan marah, Kakak dan Celica menunggu Ibu di ruang makan, jadi Ibu kesana ya, tahan saja. Lagipula… Kakak akan mengalahkannya kan?"

"Kamu benar, Aku harus sabar." Nyonya Stella menarik nafas panjang dan berusaha meredam amarahnya. Ia pun tersenyum kepada Cattalina dan berterima kasih kepadanya karena sudah menenangkannya.

Saat Ibunya pergi, Cattalina pun langsung pergi ke belakang mansion untuk bertemu dengan Teo. Di belakang, Teo yang sedang berbicara dengan Zack "Teo, kau benar-benar tidak peduli kalau beliau adalah bangsawan ya?"

"Ya begitulah, di tempat tinggalku, aku tidak mengenal apa itu bangsawan. Karena itu aku tidak peduli."

"Ah, jadi itu yang membuat ibuku marah." ucap Cattalina sambil menghampirinya "Apa kamu sedang bersiap?" tanyanya.

Teo mengangguk, ia berkata kalau dirinya sudah siap untuk melakukan duel itu dan meminta Cattalina untuk tidak khawatir dengannya. Zack yang heran dengan rasa percaya dirinya itupun bertanya kepadanya "Apakah kamu tidak takut? Dia itu jenderal pasukan kerajaan loh. Lalu dia juga tidak mengenal ampun, apa kamu benar-benar tidak takut."

Teo terdiam sebentar, lalu ia pun memegang pundak Zack dan berbicara kepadanya "Aku tidak bisa bilang tidak takut menghadapinya. Lalu aku juga mungkin tidak bisa menang melawannya. Tapi, ini adalah penentuan, jika aku mundur, maka aku melanggar kesepakatan dengan Cattalina yang sudah membantu ku. Karena itu, aku tidak bisa mundur."

"Semangat yang bagus, aku harap pertarungan nanti melebihi ekspetasi ku." ucap Seorang pria yang tiba-tiba muncul. Pria itu memiliki rambut yang lurus berwarna perak dan juga senyum yang menawan. Melihat dari pakaian yang ia pakai, Teo menduga kalau itu adalah Kakak Cattalina dan Celica, William de Blouse.

"Oh, Kakak. Ada apa datang kemari?"

"Cattalina, Aku hanya ingin menemui lawan ku nanti. Kamu, kalau tidak salah namamu Teo kan?" tanyanya sambil melihat ke arah Teo.

"Ya, Aku Teo."

William pun mendekati Teo dan menatapi Teo dari ujung kaki sampai ke kepalanya. Ia tersenyum ke arahnya "Begitu, Aku rasa pertarungan ini akan menarik, tidak sia-sia aku datang ke kota ini. Oh iya, kamu ingin menjadi pengawal adik-adik ku kan?"

"Ya, begitulah."

"Seorang rakyat jelata ingin menjadi pengawal bangsawan." setelah mengatakan itu, William tertawa keras. Tatapannya kepada Teo pun berubah, yang awalnya terlihat ramah, sekarang tatapannya seperti ingin memangsa Teo, ia tersenyum lebar kepada Teo dan berbicara di telinganya "Aku harap kau menari dengan baik, Teo."

Mendengar itu, Teo hanya terdiam sambil menutup matanya. Lalu ia pun pergi sambil tertawa keras, Teo menghela nafas setelah itu "Kakakmu memiliki dua kepribadian ya?" tanya nya kepada Cattalina.

"Ya, dia memiliki dua jiwa yang berbeda. Itu terjadi karena masalalu nya."

"Jadi begitu. Itulah alasan kenapa karakternya tidak masuk akal, yah sudahlah."

Zack yang melihat Teo yang masih terlihat santai seperti itu pun semakin di buat heran, ia bahkan merinding setelah melihat William yang seperti itu, tapi Teo menanggapinya biasa saja, itupun membuatnya bertanya-tanya, kenapa ia tidak takut sama sekali? Apakah ada yang dia rencanakan? Siapa Teo sebenarnya?

Saat sedang memikirkan itu, tiba-tiba para penjaga berdatangan, begitu juga dengan orang tua Cattalina. Celica dan William pun ikut keluar dari mansion itu, Teo menghela nafas berat "Sepertinya sudah waktunya ya."

"Ya, apa kamu benar-benar siap, Te–. Huh…"

Cattalina tidak melanjutkan perkataanya ketika melihat mata Teo dan raut wajahnya. Tatapanya terlihat begitu dingin, dan raut wajahnya tidak menunjukan ekspresi apapun. Lalu, Teo tanpa berkata apa-apa lagi pergi ke tengah-tengah halaman belakang mansion itu. Begitu juga dengan William, dengan begitu percaya diri ia mengambil pedang dan berjalan ke tengah halaman.

"Habisi rakyat jelata kotor itu! William." teriak Nyonya Stella

"Baik ibu."

"Hari ini! Adalah hari penting dimana seorang rakyat jelata mencoba menjadi bagian dari bangsawan! Itu adalah tindakan yang harusnya tidak pernah dilakukan oleh rakyat jelata! Akan tetapi, tikus kotor itu mencoba melanggarnya dan seharusnya mendapatkan hukuman yang berat! Akan tetapi, karena dia sudah menyelamatkan putriku, aku akan memberi dia kesempatan! Jika dia berhasil mengalahkan putraku, William de Blouse, seorang jenderal pasukan kerajaan Lumenia, dia berhak menjadi pengawal untuk kedua putriku!"

Pengumuman singkat berisi hinaan untuk Teo pun di berikan oleh Nyonya Stella, semua orang yang ada disana hanya terdiam mendengarnya. Setelah mengatakan itu, Nyonya Stella terlihat kurang puas, karena ia melihat Teo tidak bergeming sama sekali. Lalu, ia pun meminta untuk segera memulai pertarungan antara Teo dan Jenderal pasukan kerajaan Lumenia, William de Blouse.

"Kakak, apakah rakyat jelata itu bisa menang."

Cattalina tidak membalas pertanyaan Celica, ia terdiam dan memeperhatikan Teo seperti orang yang kebingungan.

"Kakak, ada apa?"

"Aneh… Ini sangat aneh."

"A-Apanya yang aneh?"

"A-Aku… A-Aku tidak bisa merasakan jiwa Teo."

Mendengar itu membuat Celica ikut kebingungan "Apa maksudmu?"

"Jiwanya… kosong."

"Huh?"

Seorang penjaga pun berdiri di tengah-tengah mereka, lalu ia pun berkata "Pertarungan ini sudah di setujui oleh keluarga Blouse, peraturannya, jika ada yang jatuh lebih dulu, maka dia yang kalah. Senjata apapun di perbolehkan untuk di gunakan, begitu juga dengan sihir. Baiklah, pertarungan antara Teo dan William de Blouse…" penjaga itu pun melemparkan sapu tangannya ke atas, "Mulai!"

Diantara mereka tidak ada yang bergerak, William sudah tersenyum lebar dan mengarahkan pedang ke arahnya. Sementara Teo hanya memegangi sebuah pedang kecil di tangannya. Sapu tangan itu menyentuh tanah, William langsung berpindah tempat kehadapan Teo dengan sihirnya dan melayangkan pedang "Kena kau!"

Namun sayang, Reflek Teo yang cepat berhasil menahan pedangnya dengan pedang kecil miliknya "Boleh juga!" ucap William lalu melompat mundur.

"Wahai roh api, bakarlah mereka semua yang menyimpang dari ajaran dewa, Fire spear!" sebuah tombak yang di selimuti api itu pun melesat menuju ke arah Teo dengan cepat.

Namun dengan santainya, Teo hanya berpindah satu langkah ke samping dan tombak api itupun di hindari. Semua yang berada di sana terkejut dan tidak percaya melihat Teo menghindari tombak api yang sangat cepat itu "Orang itu, bagaimana bisa dia menghindar dari tombak api Tuan William?" tanya Zack pada dirinya sendiri

"Boleh juga… Tapi, bagaimana kau akan menghindari ini!" tombak api muncul melalui lingkaran sihir di belakangnya, tidak hanya satu yang muncul, melainkan 5 tombak api yang muncul di belakangnya. "Terima in–."

"Lambat."

*Dor!*

Suara letupan itu membuat semua orang menutup telinganya, saat membuka mata, mereka melihat dada William mengeluarkan darah, tombak api yang dibelakangnya pun menghilang "S-Siala–."

William mencoba mengeluarkan sihirnya lagi, tapi sayang peluru pistol Teo lebih cepat mengenai tangannya "Aaaaaaaagh!"

Teo mendekatinya, setiap kali William bergerak, satu peluru pun melesat mengenai tubuhnya. 3 peluru berhasil membuat William terdiam, melihatnya masih berdiri, Teo pun menembak kakinya dan menjadikan 4 peluru yang bersarang pada anggota tubuhnya "Aaaaaaaaaagh! Panas sekali!"

Semuanya terkejut merinding ketika mendengar suara letupan pistol itu "B-Benda apa itu?" tanya Nyonya Stella pada dirinya sendiri.

William pun dibuat berlutut di hadapan Teo "Benar seperti yang Anda bilang, Tuan William. Pertarungan ini akan berakhir dengan cepat." ucap Teo sambil mengarahkan pistolnya ke kepala William.

"Siala–. Uaagh!"

William terpental karena kepalanya di tendang oleh Teo. Melihatnya tidak bisa bergerak, Teo pun mendudukinya dan langsung menghajar wajah William dengan kedua tangannya. Tidak ada satu orang pun yang menghentikannya, mereka semua terkejut dengan apa yang terjadi pada pertarungan mereka berdua

"Apakah ini kekuatan seorang bangsawan? Memalukan! Lemah! Bahkan kalah dengan seorang rakyat jelata yang kotor dan menjijikan ini! Haaah!? Mana kekuatanmu, bangsawan!"

Cattalina yang sudah menyadari kalau pertandingannya telah berakhir pun langsung berlari mendekati mereka dan memisahkannya "Teo cukup!"

Teo pun menghentikannya dan Cattalina pun langsung menyembuhkan William, ia pun menarik nafas lalu menoleh ke arah Nyonya Stella "Apa ini sudah cukup? Nyonya Stella?"

Nyonya Stella terdiam dan tidak percaya melihat anaknya di kalahkan begitu saja, tentu bukan hanya dia, semuanya pun begitu. Nyonya Stella menggeram melihatnya, ia pun bertanya kepadanya "Siapa kau sebenarnya!?"

Teo tersenyum dan berjalan mendekatinya "Saya? Bukankah Anda sendiri sudah tau siapa Saya? Saya hanyalah rakyat jelata yang kotor yang berhutang budi kepada Nona Cattalina. Tidak ada yang spesial dalam diri saya."

"Bohong! Bagaimana bisa seorang rakyat jelata bisa mengalahkan jendral pasukan kerajaan!? Ditambah, b-b-bagaimana bisa kau menghindari tombak api milik William!?"

"Hmm… Hanya melangkah kesamping, dengan begitu aku bisa menghindar."

"Bukan itu yang kumaksud bodoh!"

"Eh? Lalu apa? Bukankah memang begitu caranya menghindari tombak?"

"Kau mengejek ku ya!?"

"Saya tidak mengejek. Jika anda tidak percaya, tanyakan saja kepada Zack bagaimana caranya menghindar dari tombak yang di lempar?"

Nyonya Stella menggeram kesal mendengar perkataan Teo itu, ia mencoba menangkan dirinya dengan menarik nafasnya, ia pun bertanya lagi kepada Teo "Lalu, benda apa yang kamu pakai itu?"

Lalu Teo pun berkata "Ini? Ini adalah senjata ku yang aku bawa dari kampung halaman ku."

"Kau bukan berasal dari kerajaan ini?"

"Tentu saja bukan." Teo pun berlutut di hadapannya dan bertanya "Apakah sekarang Anda menyutujuinya?"

Nyonya Stella terdiam kesal mendengar pertanyaanya itu, ia pun menoleh ke arah suaminya, namun suaminya berkata "Pertarungan ini kamu yang mengadakannya, semua keputusan ada padamu, Stella."

Nyonya Stella semakin kesal karena harus mengambil keputusan "Sebagai seorang bangsawan, Anda tidak akan mengingkari perkataan Anda kan?" mendengar Teo berkata seperti itu, Nyonya Stella pun terpaksa mengambil keputusan "Baiklah, Teo, sebagai Istri dari kepala keluarga Blouse, aku berikan izin untuk menjadi pengawal kedua putriku, dengan syarat, kau harus mengabdikan dirimu kepada putriku dan melindungi mereka meskipun taruhan nyawa, Bersumpahlah."

"Saya bersumpah." ucap Teo.

Tuan Wales pun berdiri dan mengarahkan tangannya ke atas Teo "Sebagai kepala keluarga Blouse, Saya nyatakan, bahwa Teo telah resmi menjadi pengawal untuk kedua putriku, Cattalina de Blouse dan Celica de Blouse!"

Orang-orang yang berada di sana pun bertepuk tangan atas diterima nya Teo sebagai pengawal resmi untuk kedua putri Blouse "Jangan senang dulu, Teo. Meskipun sebagai keluarga Blouse, kami menerima mu, tapi sebagai pribadi, aku tidak akan pernah menerima mu, rakyat jelata!"

"Saya mengerti, Nyonya Stella. Tapi ingatlah hari ini, bahwa seorang rakyat jelata telah mengalahkan seorang bangsawan tehormat."

Perkataan yang tepat mengenai sasaran membuat Nyonya Stella pergi dari hadapannya dan masuk kedalam mansion. Tuan Wales mendekati Teo dan Teo pun berlutut dihadapannya "Maafkan saya, Tuan Wales. Maafkan saya karena sudah berkata seperti itu kepada Istri anda."

"Tidak apa-apa, sesekali Istriku juga harus mengerti tentang kekuatan rakyat jelata. Selamat ya, Teo, Aku benar-benar tidak menyangka kalau William bisa dikalahkan olehmu."

"Terima kasih, Tuan."

"Kalau begitu, urusan kami sudah selesai, tolong lindungilah kedua putriku, ya."

"Baik, Tuan."

Lalu, Tuan Wales dan penjaga lainnya pergi meninggalkan mereka di halaman belakang. William juga sudah di sembuhkan oleh Cattalina dan juga sudah sadar, meskipun ia masih di bantu berjalan oleh Cattalina. Zack berlari mendekati Teo lalu merangkulnya "Kau sangat hebat, Teo! Kau sangat hebat! Aku tidak percaya bisa bertemu dengan orang sehebat dirimu!"

"Aku tidak percaya Kak William bisa di kalahkan oleh orang sepertimu. Ah, aku yakin, Kak William pasti sengaja mengalah!" ucap Celica yang masih tidak bisa menerima Teo.

"Tidak." ucap William yang tiba-tiba datang bersama Cattalina "Aku sama sekali tidak mengalah. Sejujurnya aku pun masih terkejut karena bisa kalah dengan orang biasa sepertimu, Ah tidak, jika orang sepertimu mengalahkan ku, pasti kau bukanlah orang biasa." ucapnya lalu tertawa kecil. William pun memegang pundak Teo dan berkata "Aku senang bisa bertarung denganmu, gerakanmu saat menghindari tombak api itu benar-benar luar biasa, hanya sedikit orang saja yang bisa menghindari tombak api miliku ini, jadi itu benar-benar luar biasa, Teo. Berkatmu aku sadar kalau aku masih lemah untuk menjadi seorang Jenderal. Aaaah, benar-benar menyebalkan bisa kalah seperti ini. Lalu, benda apa yang kau pakai untuk mengalahkan ku?"

"Ah ini? Ini adalah senjata yang aku bawa dari negeri ku."

"Oh ya? Dimana negerimu? Pasti itu negeri yang hebatkan?"

"Kakak, lebih baik kita sudahi saja dulu, Kakak masih bisa berbicara dengan Teo nanti, ya. Sekarang kita harus bersiap untuk makan malam."

"Eh? Tapi aku–."

"Aku bilang kita harus bersiap untuk makan malam." ucap Cattalina sambil tersenyum menyeramkan.

Senyumnya itu pun berhasil membuat Kakaknya tunduk dan menurutu keinginannya "Teo, setelah ini aku masih ingin berbicara denganmu, jadi jangan pergi tidur dulu, ya–. Hei Cattalina, pelan-pelan! Badanku sakit semua!"

"Sepertinya kau mulai akrab dengan Tuan Wales." ucap Zack.

"Begitulah, pertarungan ini benar-benar membuatku lelah. Celica? Kenapa menatap ku seperti itu?"

"Ti-Tidak ada! Hmph!"

Celica langsung memalingkan wajahnya dan berjalan ke dalam mansion. Waktu sudah mulai malam, mereka semua pun mengadakan makan malam bersama dan sekaligus untuk merayakan keberhasilan Teo menjadi seorang pengawal.

Dikamar, Teo sedang melihat pistolnya itu, saat memeriksa isi peluru, ia mengheka nafas berat "Untunglah aku membawa benda ini, Aku tidak boleh sering-sering menggunakan pistol ini, pelurunya semakin sedikit. Aku akan menggunakan saat darurat saja lah."

Tiba-tiba, Teo merasakan sesuatu yang mendekat ke arahnya melalui jendela, Teo pun melompat mundur dan menjauh dari jendela itu, disaat yang bersamaan, sebuah panah dengan surat memecahkan jendela kaca kamarnya.

Cattalina yang kebetulan berada di depan kamar Teo pun langsung masuk saat mendengar pecahan kaca "Teo, Ada apa?"

Cattalina mendapati Teo sedang membaca surat itu, wajah Teo terlihat begitu kesal saat membacanya "Tulisan ini… Sialan!"

Teo mengepalkan kertas itu dan melemparkannya ke sembarang tempat, Cattalina yang keheranan melihat Teo marah pun mengambil kertas itu, saat ia membukannya, Cattalina tidak bisa membaca huruf di setiap kalimat surat itu "Teo, apa ini?"

Teo terdiam sambil mengepalkan tangannya dan mengeratkan giginya, ia pun berkata. "Tulisan itu… Berasal dari negaraku… dan pengirimnya… Adalah orang yang menculik mereka."

To be continue

下一章