webnovel

Story Tujuh

"Kalo kaya gini terus, gua yang garing di kamar dong!" Callista melemparkan polpennya ke meja.

"Gak! Gua gak terima! Gua harus bikin dia yang nyingkir dari depan tv! Gua juga mau nonton! Film ke sukaan gua lagi tayang astagaa..." Callista terus berfikir.

    Akhirnya Callista berhenti berfikir, lalu menatap pintu kamarnya.

"Gantian, pokoknya gua mau nonton" Callista bangkit dari tempat duduknya, lalu membuka pintu pelan, berharap tak mengeluarkan suara.

    Saat Callista melihat Deren duduk santai, dengan keadaan tiduran di sofa, Callista merasa ragu memulai nya, Callista menelan ludah.

"Duhh, lakuin gak ya, tapi gua gak mau di pecatcuma gara-gara tv!" Callista akhirnya berjalan pelan.

     Sampai di dekat sofa, Callista melihat Deren sudah tidur, wajah nya yang tenang, dan nafas yang teratur, membuat Callista ingin memandangnya sebentar saja.

   Callista pun berjalan agak maju lagi, sampai di samping Deren. Lalu Callista menatap muka Deren, dengan perasaan yang tak karuan.

"Dia ganteng ya kalo tidur, wajahnya tenang, gua suka liatnya..." Callista tak sadar, dia tersenyum memandang muka Deren.

"Ehh, gua apaan sih! Bego!" Callista menampar pipi kirinya pelan.

   Lalu Callista pergi ke kamarnya. Tak lama kemudian Callista keluar dari kamarnya sambil membawa selimut.

      Callista membuka lipatan selimut itu, lalu menutupi badan Deren dengan selimut itu.

"Semoga kedinginan!" Callista berbicara pelan.

"Ehh, salah! Semoga gak kedinginan" Callista menarik salah satu sudut bibirnya.

"Good night, Pak!" Callista tersenyum.

"Paan sih gua! Dah lah, nonton tv nya di pending aja, besok aja, sekarang mending tidur" Callista pergi menuju kamarnya, dengan pandangan yang masih ke arah Deren.

°°°

"Kamu udah siap?" Deren membenarkan lengan nya.

"Udah" Callista berdiri di depan pintu kamarnya.

"Bentar saya lagi ngebenerin lengan saya"

"Sini, biar saya benarkan!" Callista menarik tangan Deren, lalu membenarkan lengan Deren.

"Kelamaan gitu aja!" Callista menatap Deren dengan wajah datar, lalu pergi mendahului Deren.

"me? Too long? Baiklah, mungkin dia benar" Deren menatap Callista yang sudah menghilang dari balik pintu, lalu Deren menyusulnya.

***

"Baiklah sekian penjelasannya, terimakasih..." Deren berbicara di depan klayen.

    Setelah para klayen itu pergi, Deren dan Callista pun membereskan semua barang mereka.

"Kita makan, yuk" Deren tersenyum ke Callista.

"Bapak ngajak saya?" Callista menaikkan kedua alisnya.

"Iya, siapa lagi"

"Ohh, saya sih nurut" Callista masih membereskan berkas-berkasnya.

"Gak tau kenapa, gua nurut aja kalo sama direktur ini! Padahal gua orangnya keras kepala, astaga!" Callista berbicara dalam hati.

"Saya boleh tanya gak?" Deren menatap Callista serius.

"Tanya aja" Callista meminum minumannya.

"Rumah kamu di bandung kan?"

"Hem? Iya" Callista menatap Deren.

"Kamu inget gak, dua tahun lalu, kamu nolongin saya, ngasih saya payung warna hitam, saat saya lagi kehujanan itu, pas kamu mau berangkat kuliah" Deren tersenyum.

"..." Callista terdiam, menelan ludah.

   Rasanya seperti ada yang membuat hatinya merasa di hantam.

     Entahlah,Callista tak mengerti.

"Bapak kok tau?" Callista mulai serius.

"Saya yang pria itu..." Deren tersenyum.

"Bener kan! Direktur ini tuh orang itu!" Callista berbicara dalam hati.

"Ohh...makanya rasanya muka bapak familiar pas kita ketemu di kantor" timpal Callista.

   Deren tersenyum.

"Iya, saya juga gak ngira, kita akan ketemu lagi" Deren tersenyum lebar.

"Sumpah, ini gak lucu, garing banget suasananya, dan dia senyum, gak tepat banget senyumnya, males banget gua liatnya. Bisa-bisanya gua ketemu dia lagi." Callista mengoceh dalam hati.

"Udah yuk, Pak! Kita pulang" Callista mengelap mulutnya dengan tisu.

"Ayo" Deren dan Callista bangkit dari tempat duduknya.

°°°

"Nih, pakai sandal" Deren memberikan sandal jepit pada Callista.

"Ha?" dahi Callista mengerut.

"Kita sholat, cepet!" Deren menatap Callista.

"Ohh" Callista lalu memakai sandalnya.

"Ayo" Deren keluar dari mobil, Callista pun ikut keluar.

°°°

"Capek banget..." Callista berbaring di sofa depan tv.

"Nanti sore kita lanjut ketemu klayen lagi, sampai jam sembilan malem baru pulang" Deren ikut duduk dan menyetel tv.

"Hemm ya, Pak" Callista memejamkan mata.

    Deren menengok ke arah Callista, yang sedang tiduran di sampingnya, muka Callista terlihat sangat letih, dan seperti sedikit terlihat lebih tenang, daripada saat Callista selalu berdebat dengan Deren.

  Deren semakin lama menatap Callista, rasanya lebih tenang menatap Callista, itu mengingatkannya pada seseorang.

       Tiba-tiba Callista bangun, dan menangkap Deren sedang menatapnya.

"Ngapain bapak natap saya?" Callista mengerutkan kening dan bangun.

"Kamu beneran capek banget, ya?" Deren merasa kasihan.

"Iya, tapi istirahat sebentar aja paling juga udah gak capek lagi..." Callista tersenyum.

"Yaudah, kamu ganti pakaian aja dulu, terus tidur" Deren memalingkan wajahnya ke tv.

"Bapak gak ganti dulu?" Callista menatap Deren.

"Nanti dulu" Deren masih menatap tv.

"Ohh" Callista lalu bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke kamar.

°°°

    Terdengar sayup-sayup suara seseorang sedang bernyanyi saat Deren sedang menonton tv.

"Siapa yang nyanyi? Apa orang di ruangan depan? Kayanya gak mungkin sampai sini deh, apa kamar Callista?" Deren mengerutkan kening.

    Deren lalu penasaran dengan asal suara itu, dia pun berjalan pelan ke pintu kamar Callista.

       Terdengar suara lembut, dan nyaman di dengar dari balik pintu kamar Callista. Jelas itu suara Callista.

"Dia menyanyi?" Deren mengerutkan kening.

"Suaranya bagus sekali..." Deren tersenyum.

    Deren pun membuka pintu kamar Callista pelan.

"Gak di kunci? Ceroboh" Deren lalu membuka sedikit pintunya.

    Terlihat Callista sedang menggunakan baju pendek, dengan celana pendek, sambil bernyanyi di balkon.

"Makannya dia gak keluar kamar dari tadi, dia pake pakaian terbuka..." Deren tersenyum kecil.

    Lalu Deren menutup pintunya, berjalan menuju sofa lagi.

  Namun hape nya bergetar, Deren pun segera mengambilnya, terlihat nama mamahnya di layar hape nya, sedang me nelfon nya.

   Deren pun mengangkat nya.

"Halo, Mah?" suara Deren agak pelan.

"Aku sedang di luar kota, aku lagi kejar target"

"Kapan?"

"Ohh, oke. Yaudah Deren tutup dulu ya, Ma. Assalamualaikum" Deren menutup telfon nya.

   Itulah jawaban Deren atas telfon dari mamah nya.

°°°

"Kerja yang bagus Callista!" Deren bersalaman dengan Callista setelah ber jam-jam berdiskusi dengan para klayen nya.

"Makasih, Pak" Callista tersenyum.

"Mau langsung pulang apa mampir makan dulu?" Deren bertanya dengan Callista, mereka berdua berada di lift, hanya ada mereka berdua.

"Pulang aja, Pak...saya mau pesen gofood aja"

"Beneran?"

"Iya"

Ting...

    Tiba-tiba lift terbuka, Callista dan Deren berjalan menuju parkiran.

   Sesampai di ruangan mereka, Callista langsung masuk kamarnya, dan istirahat, Callista melupakan makannya.

"Capek banget! Sekarang gua tau, susahnya cari duit astaga..." Callista hanya tepar di atas kasur empuknya.

   Sedangkan Deren sedang mandi.

    Lalu keluar dari kamar mandi.

"Dia jadi pesan makanan?" Deren mengerutkan kening.

  Tok,tok,tok...

              Deren mengetuk pintu kamar Callista.

     Namun tak ada sahutan dari Callista.

  Deren pun membuka pintunya.

         Terlihat Callista sedang tidur, masih dengan pakaian pekerjaan nya.

   Deren terkekeh kecil.

"Dasar lemah! Segitu saja sudah capek, besok akan aku ajarkan, apa yang lebih capek daripada ini" Deren tersenyum kecil.

   Lalu Deren keluar dari kamarnya Callista.

下一章