“Jadi, kenapa kita masih ada di sini dan tidak mendatangi alamat selanjutnya, Rev?” tanya Brie, meminum kuah mie instan gelasannya sampai habis. Pandangannya fokus ke depan, melewati cahaya-cahaya lampu jalan yang digunakan untuk menerangi malam, terpancang ke panti yang berjarak cukup jauh dari mobil Revan.
Revan yang duduk di kursi kemudi menyeruput mie bagiannya sambil memandang kesal Brie. “Kamu udah nanyain itu dari tadi sore. Aku udah capek dengernya.”
“Asal kamu tahu saja, pertanyaan itu ada untuk dijawab. Kalau tidak dijawab, pertanyaan itu akan terus ada.” Brie melemparkan wadah mienya lewat jendela mobil. Wadah itu pun mendarat di tempat sampah terdekat. “Seperti pertanyaan yang menghantuiku sejak dulu: kenapa laki-laki punya puting, padahal tidak bisa menyusui? Pertanyaan itu terus menggangguku sampai aku tahu jawabannya dari internet.”
Pelipis Revan berkedut tanda dirinya menahan kemurkaan.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者