Dewa datang ke kelasnya dengan senyuman ceria, ia juga terlihat menyapa semua orang dengan penuh semangat.
"Hey, Guys!" sapa laki-laki itu. Semua orang terbengong-bengong memandangi Dewa. Termasuk Benny dan Amor yang duduk berhadapan di bangku Amor. Dewa pun duduk di sebelah Amor dan langsung merangkul pundak gadis itu. Tentu saja Amor sangat terkejut melihat perlakuan Dewa yang sangat berbeda dari biasanya.
"Hai, Sayang," sapa pemuda itu sembari tersenyum.
"H-hai," sahut Amor dengan sedikit terbata-bata. Ia sungguh sangat bingung melihat Dewa yang tak seperti biasanya. Sedangkan Benny masih tercengang melihat laki-laki di hadapannya itu.
"Lo kenapa?" tanya Dewa yang merasa sangat tak nyaman dengan tatapan Benny.
"E-enggak ..." sahut Benny dengan sedikit kebingungan. "Lo ... agak beda hari ini,"
Dewa tersenyum tipis mendengar jawaban Benny, ia pun berkata.
"Nggak apa-apa kan? Seseorang perlu berubah untuk kehidupan yang lebih baik," ujar Dewa. "Bener nggak, sayang?"
Tatapan mata Dewa benar-benar berbeda. Jika biasanya tatapan mata itu terlihat datar dan terkadang tajam, kali ini terlihat begitu berbinar-binar. Namun, Amor merasa tak begitu menyukai pria yang sekarang ada di hadapannya ini.
*****
Amor pulang sekolah dengan menaiki mobil Benny yang sudah selesai diperbaiki itu. Sepanjang perjalanan, ia tak bisa berhenti memikirkan perubahan Dewa yang begitu drastis. Perempuan itu berkali-kali memijat-mijat pelipisnya akibat terlalu pusing memikirkan laki-laki itu.
"Ben, lo ngerasa nggak sih kalau Dewa itu hari ini beda?" tanyanya dengan pandangan kosong. Benny yang sedang berkonsentrasi mengendarai itu pun menjawab.
"Kalau lo tanya kayak gitu, jelas aja gue juga ngerasa," sahut Benny. "Gue udah sahabatan sama dia sejak kelas 1 SMA, dan gue nggak pernah ngeliat dia kayak gitu,"
Amor menggenggam erat kedua tangannya. Ia tak tahu, kenapa ia ingin sekali Dewa kembali menjadi seperti yang dulu? Ia sangat tidak terbiasa dengan perubahan Dewa. Karena pada kenyataannya, ia jatuh cinta pada Dewa yang seperti biasanya. Dan jika ia kembali mengingat Dewa yang dulu, laki-laki itu sedikitpun tak berani menyentuhnya. Kalaupun pernah, itu pasti tak sengaja ataupun dalam keadaan terdesak. Bahkan terkadang pipi laki-laki itu tiba-tiba berubah menjadi kemerahan akibat malu. Tapi ... pada hari ini, ia tak menemui sosok Dewa yang seperti itu.
"Nggak ... itu pasti bukan Dewa," gumam Amor. Laki-laki yang ada di sampingnya itu pun menghentikan laju mobilnya.
"Maksud lo apa, Mor?" tanya Benny. Sungguh, ia tak memahami maksud gadis itu.
"Laki-laki yang tadi bertemu dengan kita ... itu pasti bukan Dewa," sahut Amor. Air mata gadis itu tiba-tiba menetes. Gadis itu terisak dan mengusap air matanya.
"Dewa yang gue kenal adalah orang yang polos, cerdas, dan sedikit menyebalkan," lanjut gadis itu. "Dan gue nggak ngeliat itu hari ini,"
Tampaknya, Benny masih sangat bingung. Ia pun kembali bertanya kepada Amor.
"Terus maksud lo?" tanyanya.
"Gue nggak tahu," sahut Amor. "Gue cuma kangen sama Dewa yang dulu ... "
*****
Disaat Amor sedang tertidur, tiba-tiba ia merasa bahwa di sebelahnya ada seseorang. Amor memaksakan diri untuk membuka mata, dan ia sangat terkejut ketika melihat Dewa yang tiba-tiba berada di sampingnya.
"Gimana kamu bisa masuk?!" seru gadis itu. Ia melihat-lihat pintu kamar dan jendelanya yang sudah tertutup rapat. Laki-laki itu tak menjawab pertanyaan Amor. Gadis itu memerhatikan wajah Dewa yang terlihat sangat pucat.
"Dewa, kamu sakit?" tanya Amor. Perempuan itu berusaha menyentuh wajah Dewa. Namun, ia tidak bisa menggapai pemuda itu. Amor sangat bingung, kenapa laki-laki di hadapannya itu begitu transparan?
"Kenapa? Kenapa aku nggak bisa nyentuh kamu?" tanyanya, gadis itu terlihat sangat panik.
"Aku nggak tahu harus minta tolong ke siapa lagi," ucap Dewa. "Roh jahat itu udah masuk ke tubuhku. Aku nggak bisa masuk ke dalam tubuhku, karena ada dia,"
Amor sangat tak menyangka dengan pengakuan Dewa. Ia bahkan tak bisa berkata apa-apa untuk beberapa saat.
"Tolong, bantu aku mendapatkan tubuhku lagi. Aku nggak sudi roh jahat itu ada di tubuhku," lanjut Dewa. "Roh itu harus keluar sebelum ia berbuat jahat dengan menggunakan tubuhku,"
"Tapi, gimana caranya?" tanya Amor. Laki-laki di hadapannya itu terlihat menunjukkan senyum tipisnya.
"Dia harus merasa sangat kesakitan agar ia bisa keluar dari tubuhku," sahut Dewa. "Bahkan kalaupun tubuhku mati, aku nggak apa-apa. Itu lebih baik, daripada dia terus-terusan berada di dalam tubuhku,"
Amor meneteskan air mata karena ucapan Dewa yang sangat tidak ingin dia dengar, gadis itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nggak, aku nggak mau," jawab gadis itu sembari menangis. Dewa hendak menghapus air mata Amor, namun sayangnya ia tak bisa melakukannya.
"Harus ... itu harus dilakukan," sahut Dewa. Gadis itu mendongakkan kepala dan menghapus tangisnya, kenapa laki-laki ini sangat memaksanya? Ini adalah hal yang sangat berat untuk dilakukan oleh Amor. Ia sangat enggan kehilangan laki-laki itu...
***** TBC *****