webnovel

Teman baru dan Pedang

"Tuan Putri seorang reinkarnasi?"

Aku dan Lucas menoleh ke sumber suara. Kami terdiam ketika melihat seseorang berdiri di depan pintu dengan meja saji. Seth ada di sana, menatap kami penuh tanda tanya. Aku gelagapan menatap Seth dan Lucas bergantian.

Lucas tiba-tiba berdiri dan duduk di sebelah ku. Aku bingung, kenapa malah duduk di sebelah ku? Ini masalah Seth gimana? Lucas menepuk pelan pundak ku, entah kenapa tubuh ku terasa lebih tenang daripada tadi. Sihir penenang?

Lucas menatap Seth yang masih diam kemudian menyuruhnya masuk. Lucas menggerakkan jari telunjuknya ke arah pintu, sesaat kemudian pintu tertutup rapat.

"Seth. Sejak kapan Kau mendengar pembicaraan kami?"

"Em...itu...sejak Tuan Penyihir bilang kalau Tuan Putri mungkin akan bereinkarnasi lagi setelah mati?"

"Memang tidak semuanya sih, tapi itu bisa membongkar semuanya," aku berkata pelan, nyawa ku serasa hilang.

Bagaimana ini, Seth bisa-bisa melapor pada papa dan aku mungkin saja dibunuh. Masak aku mati karena ketahuan seorang reinkarnasi? Konyol sekali!

"Kita hapus saja memorinya daripada pusing-pusing."

"HA?"

Aku dan Seth berseru kencang, Lucas buru-buru menutup telinganya. Hei, dia tidak serius kan? Menghapus memori memang cara yang paling efektif, tapi bukannya itu salah satu sihir terlarang? Menurut buku yang ku baca, penyihir dilarang menggunakan sihir terlarang untuk kepentingan pribadi.

"Kau mau masalah tambah runyam? Ini cara yang paling mudah."

Aku menatap resah ke Lucas, "tapi itu kan dilarang, Lucas."

Kami mulai berdebat, meninggalkan Seth yang kebingungan. Aku terus-terusan melarangnya untuk menggunakan sihir itu. Namun Lucas bersikeras, dia bilang tidak ada cara lain. Aku bersikap keras kepala dan asal ceplos bilang mungkin saja Seth bisa membantu. Tak lama kemudian, kami terdiam mendengar ucapan Seth.

"Saya mungkin bisa membantu, Tuan Putri."

Lucas menaikkan sebelah alisnya, "Kau tahu masalahnya?"

"Ti..Tidak."

Lucas menghela napas dan menyuruh Seth untuk duduk di hadapan kami. Kami bertiga diam. Seth menatap ku, dia seakan masih tidak percaya tentang apa yang dia dengar. Lucas menatap aku dan Seth bergantian kemudian menuang teh. Orang ini, bisa-bisanya dia sangat santai menghadapi situasi seperti ini!

"Seth. Kau berjanji tidak akan mengkhianati Tuan Putri bukan?"

Lucas bertanya yang segera dijawab anggukan mantap oleh Seth. Lucas memuncuklan satu cangkir dengan sihirnya kemudian menuangkan teh ke kedua gelas yang tersisa. Apa orang yang usianya ratusan itu bisa bersikap sangat tenang saat menghadapi setiap masalah?

"Baiklah kalau begitu. Ku pegang janji mu. Aku akan menjelaskan tentang reinkarnasi Tuan Putri dan masalah rumit yang mungkin saja terjadi di masa depan."

"Kenapa Kau yang menjelaskan?" aku bertanya pada Lucas.

"Nanti Seth tidak paham kalau yang menjelaskan sebodoh diri mu."

Aku hendak marah padanya, namun urung. Aku menghela napas dan melipat tangan di depan dada. Yasudah sana jelaskan! Padahal itu riwayat hidup ku, kenapa malah kau yang menjelaskan? Dasar fosil berjalan yang pede nya ketinggian!

SYUK!

Aku melotot kaget saat melihat Lucas berubah ke wujud dewasa. Aku menatapnya bingung. Seth terkaget-kaget namun juga terpana di saat yang bersamaan. Aku memukul pelan lengannya. Apa yang dia lakukan?

"Kau pikir masuk akal kalau dua anak kecil menjelaskan tentang reinkarnasi kepada seorang wanita begitu? Paling tidak salah satu dari kita dalam wujud dewasa, jadi Seth juga bisa lebih percaya."

"Terserah deh."

Aku menghela napas dan diam. Lucas menyeringai kemudian mulai menjelaskan semuanya. Lucas menjelaskan tentang novel itu, reinkarnasi ku, dan siapa sebenarnya dia, meskipun cuma fakta bahwa dia penyihir ratusan tahun.

Seth diam mendengarkan, sesekali dia tampak berpikir dan memahami penjelasan Lucas. Ketika Lucas selesai menjelaskan, Seth terdiam. Aku menatap Seth dan Lucas bergantian.

"Ada pertanyaan?"

"Em...apakah ada bukti? Kenapa Tuan Penyihir bisa percaya?"

"Aku tidak sengaja melihat ingatannya saat pertama kali bertemu."

"Tapi saya tetap butuh bukti, Tuan Penyihir!"

Seth bersikeras meminta bukti. Lucas menoleh ke arah ku. Aku menggidikkan bahu, aku juga tidak punya bukti. Seth agak kecewa, aku berpikir keras. Apa yang bisa ku jadikan sebagai bukti?

"[Membingungkan!]"

Aku terdiam dan kembali berpikir. Namun aku merasa diperhatikan. Aku menatap ke arah Lucas dan Seth, mereka menatap ku bingung. Eh? Apa? Kenapa kalian melihat ku begitu? Seth tiba-tiba berseru.

"Tuan Putri! Bahasa apa yang Anda gunakan tadi?"

Aku menaikkan sebelah alis dan kembali mengingat. Aku tertegun ketika aku ingat bahwa aku baru saja menggunakan Bahasa Korea. Aku terkekeh pelan kemudian menjawab Seth. Lucas terdiam dan menjentikkan jarinya, sebuah buku tebal muncul di tangannya.

Aku dan Seth melihat buku itu sambil geleng-geleng kepala. Buku itu sangat tebal. Itu buku apa sih? Lucas menaruh buku itu di meja dan membacanya. Aku dan Seth mendekat untuk melihat isi buku tersebut. Aku ber-oh ria saat tahu bahwa buku itu berisi kumpulan bahasa asing.

Aku dan Seth kembali duduk dan menunggu dalam diam. Beberapa menit kemudian, Lucas menutup buku dan mengembalikannya dengan sihir. Canggih sekali, aku ingin cepat-capat bisa memakai sihir.

"Bahasa yang Kau gunakan tadi bisa jadi bukti."

"Ha?"

"Buku tadi berisi berbagai macam bahasa di dunia ini mulai dari yang sudah punah yang masih digunakan termasuk bahasa daerahnya. Buku ini terbit bersama kesempatan seluruh dunia, jadi isinya tidak perlu diragukan. Di dalam buku setebal itu tidak ada yang namanya Bahasa Korea, jadi itu bisa menjadi sebuah bukti."

Aku ber-oh ria. Tahu begitu aku tidak perlu berpikir susah-susah. Aku melahap kue kering, Lucas menyeruput tehnya, dan Seth hanya diam. Seth pasti sedang mencerna dan menerima fakta. Aku menghela napas pelan.

"Seth. Maaf kalau aku menyembunyikan hal ini ya."

"Eh, tidak apa-apa Tuan Putri. Saya paham kok. Daripada tidak dipercaya lebih baik memang disimpan sendiri."

Aku tersenyum lembut. Ah, Seth pengertian sekali. Kalau Lily dan Hannah tahu, reaksi mereka bagaimana ya?

SYUK!

Aku menoleh ke arah Lucas, dia kembali ke wujud mininya.

"Tumben cepat-cepat kembali ke wujud mini."

"Mana ku cepat berkurang kalau dalam wujud dewasa ku saat ini," Lucas menjawab datar.

"Mana?" Seth bertanya mewakili ku.

"Kekuatan sihir."

"Oh, penyihir terhebat sejagad raya ini ternyata mulai kehabisan mana, ya?" Aku bertanya dengan nada mengejek.

"Bukan kemauan ku juga tahu! Sepertinya saat aku tertidur ratusan tahun, ada cecunguk yang memakan mana ku."

"Memakan?"

Lucas mengangguk. Aku dan Seth saling tatap. Memangnya mana bisa dimakan? Aku terdiam dan berpikir. Kalau mana bisa dimakan, berarti saat itu, Lucas menyembuhkan ku dengan-

"Kau memakan mana ku, ya?" aku cepat-cepat bertanya.

"Aku hanya memakan yang meluap-luap, kalau tidak begitu mau ku kemanakan? Omong-omong, mana mu enak juga."

Aku bergidik ngeri. Bisa-bisanya dia sesantai itu. Seth hanya melongo mendengar percakapan kami. Seth tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya.

"Tuan Putri. Tuan Penyihir. Apa ada yang bisa saya bantu tentang ini?"

Aku dan Lucas saling pandang. Kami terdiam kemudian menatap Seth. Ya, Seth bisa membantu dengan satu hal. Dengan bantuan Seth, aku tidak perlu takut dengan sesuatu untuk saat ini.

***

Tiga hari kemudian

Aku dan Lucas terdiam. Saat ini kami ada di hadapan papa. Kami menemumuinya di ruang kerja siang ini. Ada beberapa hal yang ingin ku sampaikan pada papa. Tapi kenapa suasananya mencekam sekali sih?

Tadi saat pertama kali masuk, suasananya biasa saja. Lalu saat Lucas masuk, suasananya mencekam! Aku melirik papa, dia sedang menghujani Lucas dengan tatapan tajam. Aku gantian melirik Lucas, dia tidak berkutik. Lucas diam dengan keringat mengalir deras dari pelipisnya.

Tidak boleh begini terus. Nanti bisa-bisa Lucas pingsan gara-gara dihujani tatapan tajam papa. Aku berjalan mendekati papa dan tersenyum.

"Papa! Athy punya permintaan."

Papa menoleh pada ku. Lucas bernapas lega dan mengelap keringatnya. Papa menaikkan sebelah alisnya.

"Athy ingin belajar berpedang!"

"Tidak boleh."

Ha? Tidak boleh? Aku menatap tidak percaya. Papa hanya menatap datar sebagai balasannya. Aduh, kalau begini rencananya bisa gagal. Aduh, gimana ini?

"Apa ini ada kaitannya dengan anak Alphaeus?"

"I...iya! Makanya Athy mau belajar berpedang."

"Yang akan diajak berduel bukannya penyihir itu?" Papa bertanya sambil melirik tajam ke arah Lucas.

"Memang sih, tapi Lucas sudah bisa berpedang. Bahkan sudah setara dengan kakak kesatria di kerajaan, nanti kalau anaknya Paman Putih terluka karena Lucas bagaimana? Makanya biar Athy saja yang berduel dengan dia."

Aku hanya bilang kalau Lucas setara dengan kesatria kerajaan. Kalau aku bilang dia setara dengan Felix, nanti papa curiga. Lagipula Lucas kelihatannya tidak masalah.

"Biarkan saja anak itu terluka. Aku tidak mau Kau kenapa-napa."

Papa over protective! Aku memanyunkan bibir ku dan berjalan mendekati Lucas. Aku bersembunyi di balik badan Lucas dan menatap papa dengan agak kecewa. Mau tidak mau aku harus berakting menjadi anak kecil!

"Papa. Kalau nanti anak Paman Putih terluka, Lucas bisa dalam masalah."

"Biarkan saja penyihir itu terkena masalah."

AAAAA! SUSAH SEKALI MEMBUJUKNYA! Aku menyembunyikan wajah ku di balik bahu Lucas. Papa yang melihat itu memberikan tatapan membunuh pada Lucas.

[Cepat selesaikan akting mu, bodoh! Aku hampir mati di sini!]

[Sabar!]

Aku menatap papa dengan sedih, tapi papa tidak menggubris ku. Aku berdecak kesal dalam hati.

"Lucas kan teman Athy. Kalau Lucas kena masalah Athy akan sedih!"

Papa menatap ku kaget lalu cepat-cepat mengubah ekspresinya menjadi datar. Papa bertopang dagu dan menatap ku. Ada ekspresi tidak senang di wajahnya. Sekarang apa lagi?

"Kau sekarang lebih banyak menghabiskan waktu dengan penyihir itu, ya? Seharusnya dari awal tidak ku izinkan dia menjadi teman bicara mu."

"Athy lebih suka menghabiskan waktu dengan papa, tapi Athy tidak mau menghabiskan waktu lagi dengan papa kalau papa bersikap jahat pada Lucas. Lucas itu teman Athy."

Gah! Aku mau mengubur diri ku sekarang juga. Kenapa aku jadi repot-repot membela Lucas? Tanpa melihat wajahnya aku juga tahu kalau Lucas sekarang sedang berbangga diri. Awas saja kalau keluar dari sini dia menyombongkan diri.

"Ck. Kau boleh belajar berpedang dengan satu syarat," papa menjeda kalimatnya, "syaratnya adalah penyihir itu berduel dengan salah satu kesatria kerajaan. Kalau penyihir itu menang, Kau boleh belajar berpedang."

Aku tersenyum senang dan berlari menghampiri papa. Ku beri dia ciuman di pipinya seperti biasa.

"Terima kasih, papa! Athy sayang papa!"

"Besok pagi penyihir itu akan berduel di tempat latihan para kesatria. Jangan sampai terlambat."

Aku dan Lucas mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan belajar papa. Hehehe, dengan begini rencana ku pasti berhasil.

***

Flashback

"Sepertinya aku harus belajar berpedang."

Lucas tersedak tehnya sedangkan Seth terbelalak. Aku hanya menatap bingung mereka. Ada yang salah dengan ucapan ku? Aku memang mau belajar berpedang.

"Kau gila, ya?" Lucas setengah berteriak.

"Tuan Putri, itu berbahaya!" Seth berteriak dengan panik.

Aku menghela napas, "Maaf ya, Lucas. Aku 100% masih waras. Seth, aku tahu ini berbahaya tapi aku harus," aku menjawab pertanyaan mereka.

"Ck. Apa ini ada hubungannya dengan syarat menjadi teman bicara mu pada anak duke itu?"

Aku mengangguk pelan. Lucas menatap kesal ke arah ku, "Bukannya yang akan berduel dengannya itu aku? Buat apa Kau repot-repot?"

"Pertama, memangnya Kau bisa berpedang? Kedua, lebih baik menyingkirkannya dengan kekuatan ku sendiri agar dia kapok."

"Heh, Tuan Putri. Aku ini bisa berpedang tahu. Aku bahkan setingkat dengan kesatria merah itu mau memakai sihir atau tidak. Kau pikir ratusan tahun aku hidup, aku tidak pernah belajar berpedang?" Lucas menjawab dengan ketus.

"Hm...saya sih setuju dengan ide Tuan Putri untuk membuat Tuan Muda Alphaeus kapok. Tapi kalau harus belajar berpedang, saya tidak setuju."

Aku menghela napas kecewa. Ku kira Seth sepenuhnya setuju. Padahal aku sudah menyiapkan matang-matang rencananya. Masak aku harus buat skenario ulang? Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Kalau aku tidak boleh belajar berpedang dan berduel dengan anaknya Paman Putih. Memangnya Kau akan datang saat pesta debut ku nanti?"

Lucas diam tidak menyahut. Aku yakin dia tidak ingin datang. Tipe-tipe seperti Lucas benci dengan keramaian, apalagi dengan pesta seperti itu. Aku yakin Lucas tidak suka menunjukkan wajah di depan publik, jadi dia tidak mau ikut tentunya. Dasar serigala kesepian. Eh, tunggu. Julukan itu sangat cocok untuknya. HAHAHA!

"Kau punya rencana untuk memohon pada papa mu?" Lucas berkata datar.

Aku mengangguk. Apakah ini artinya Lucas menyetujui? Aku menatap Lucas meminta penjelasan, dia hanya menatap datar dan mengangguk. Asyik! Artinya rencana ku bisa berjalan sempurna.

"Tuan Putri."

Aku menoleh, Seth memasang wajah serius. Aku menelan ludah. Aku belum pernah melihat Seth seserius ini. Meskipun dari gosip yang beredar di Istana Emerald Seth terkenal galak, aku belum pernah melihatnya marah. Bahkan baru kali ini aku melihat wajah paling serius dari Seth.

"Berjanjilah Anda tidak akan terluka saat latihan. Lilian pasti akan khawatir kalau itu terjadi."

Aku mengangguk dan tersenyum. Terima kasih karena sudah memberi ku persetujuan ya, Lucas, Seth. Sekarang tinggal menghadap papa dan meminta persetujuan darinya.

Flashback end

***

"Tuan Putri. Apa Anda akan belajar berpedang?" Lily bertanya dengan nada khawatir.

He? Bagaimana Lily bisa tahu? Aku yakin Lucas dan Seth tidak membicarakan hal ini pada siapa pun. Dari mana Lily tahu? Aduh, habis ini dia pasti menghujani ku dengan pernyataan tidak setuju.

"Saya dengar dari Tuan Felix bahwa Tuan Putri akan belajar berpedang untuk menolak permintaan anak Tuan Alphaeus."

Oh, jadi dalangnya Felix? PDKT kalian sejauh apa sih? Kalian sampai bertukar informasi penting seperti itu. Aku memang awalnya tidak melarang, tapi kalau begini terus aku juga kesal, lho. Awas saja ya Felix. Aku masih kesal dengan mu dan sekarang kau membuat ku semakin kesal. Besok kalau kau melamar Lily, aku tidak akan memberi restu!

"Em...Lily. Lily jangan marah ya? Ini demi kepentingan bersama juga."

"Kepentingan bersama bagaimana, Tuan Putri?" Lily menolak ucapan ku mentah-mentah.

Aku menghela napas dan menjelaskannya, "Sebenarnya yang harus berduel dengan anaknya Tuan Alphaeus adalah Lucas. Tapi karena keahlian Lucas dalam berpedang sekarang setara dengan kesatria kerajaan, Athy berpikir untuk mencegahnya. Athy takut kalau anak Paman Pu- maksud Athy anak Tuan Alphaeus terluka, Lucas akan dibenci orang-orang."

"Tuan Putri. Saya tahu niat Anda baik untuk Tuan Penyihir. Tapi tidak harus dengan cara ini, kan? Anda bisa saja meminta pada Yang Mulia untuk membatalkan perjanjian itu."

Aku menggeleng pelan, "memang bisa. Tapi itu tidak sopan, Lily. Aku tidak mau menggunakan kekuasaan papa dan bertindak semena-mena."

Lily terdiam mendengar ucapan ku. Aku menatapnya dan tersenyum lembut. Lily khawatir pada ku, aku tahu itu. Baginya aku seperti anak kandungnya, tentu saja dia khawatir. Aku senang punya pengasuh sebaik Lily untuk menggantikan mama. Tentu saja aku akan lebih senang kalau mama ada di sini. Haaaah...aku ini egois sekali, ya?

***

下一章