Zhoe merasa dirinya ini benar-benar parah, andai saja dirinya lebih sigap dan pintar dari awal maka tak ada yang namanya perjanjian kepalsuan.
Perjanjian itu, perjanjian antar dua dunia itu memanglah sebuah perjanjian yang terlihat meyakinkan. Tapi, hanya beberapa orang yang mengetahui bahwa perjanjian itu bisa diubah ulang. Bodohnya, raja dunia Phantasy mengiyakan tanpa pikir panjang. Bukan bodoh tetapi terlalu mempercayai dunia manusia.
Zhoe sudah mengetahui alur akhir dari perjanjian ini, ditambah yang mengusulkan pendapat itu adalah penguasa tertinggi di tempat Zhoe dilahirkan. Sebagai bagian dari dunia manusia, Zhoe berinisiatif mencegah sedikit dari alur yang direncanakan tuannya.
Walau tak sampai di angka 10 persen, Zhoe tetap mencobanya. Beruntungnya dirinya dibantu oleh beberapa rekan dari dunia Phantasy yang memiliki pemikiran sama seperti Zhoe.
Zhoe tak bisa menghentikan pindahnya ras Elf ke dunia manusia, Zhoe terpaksa membiarkan mereka. Jika ditanya apakah raja Phalentus mengetahui tentang rencana Zhoe dan rekan-rekannya, jawabannya adalah tidak karena Zhoe sangat tahu bila Phalentus sangat mempercayai manusia dari dunia manusia.
Beberapa rencana dilakukan sampai akhirnya Zhoe ditangkap oleh tuannya sendiri, rencana Zhoe diketahui oleh pihak kerajaan dunia manusia. Hal ini bisa menyebabkan hancurnya rencana jahat dari dunia manusia.
Zhoe berakhir menyedihkan, dirinya terbunuh di hadapan dua dunia dengan alasan palsu yang dibuat oleh pihak dunia manusia. Tapi perjuangan Zhoe tak hanya sampai disini saja, rekan-rekannya yang setia diam-diam menjalankan tugas akhir mereka. Tugas itu bahkan belum terselesaikan hingga saat ini.
●●●
Stacey membaca lembaran tiap lembaran dari buku yang berdebu di pojok perpustakaan. Menatap bingung akan tiap kejadian yang dibacanya, otaknya bertanya apakah hal ini benar-benar terjadi.
Sayangnya Jason sedang tak berada di sisinya karena Stacey memberinya waktu luang, untungnya Zedva datang dengan senyuman hangatnya. Selalu datang dengan tiba-tiba, membuat jantung Stacey berdetak lebih cepat.
Stacey bertanya tentang kejadian yang ada di buku tersebut,
"Buku ini seharusnya sudah hilang 20 tahun lalu." Zedva bergumam tak percaya dengan sangat pelan, walau terdengar sangat samar namun Stacey masih bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Zedva sang ninja tersebut.
"Apa yang terjadi?" Tanya Stacey setelah mendengar perkataan Zedva barusan.
"Telinga panjang mu itu benar-benar hebat ya. Akan lebih baik jika kau bertanya pada Aldero atau Meidiva."
Sang mentari menenggelamkan dirinya dibalik pegunungan barat, cahaya yang tadinya bersinar terang putih kekuningan kini tergantikan dengan semburat merah di langit. Saat-saat itu tak bertahan lama, akhirnya matahari benar-benar tenggelam.
Ini tandanya jam makan malam akan dimulai, banyak orang berhamburan keluar dari kamarnya dan tempat lainnya guna mengisi perut mereka yang kosong. Canda tawa terdengar di setiap lorong bersamaan dengan suara langkah kaki mereka menuju kantin.
Stacey pun pergi dari perpustakaan tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Zedva. Stacey membawa buku berdebu itu ke kamarnya lalu pergi ke kantin.
Jason yang berubah wujud menjadi manusia tampan membawakan satu porsi sedang untuk Stacey yang sedang diam dalam lamunannya. Perubahan wujud yang dilakukan Jason tak menarik mata orang-orang disekitar, semuanya seakan menganggap hal ini biasa.
Menikmati makan malam dengan canda gurau, tak sedikit yang tertawa namun tak sedikit juga yang merasa risih. Stacey tak keduanya, namun dirinya berada di antara keduanya.
'Duaaaaarrrr'
Ledakan yang begitu besar terdengar dari arah selatan, hal itu lantas membuat semua orang mengalihkan pandangannya. Stacey mencoba melihat dari arah jendela, karena ketinggian guild mereka hak ini memudahkan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Api merah menyala terlihat membuat langit yang ada disekitarnya berubah menjadi merah mengerikan, asap-asap tebal menyelimuti rumah-rumah yang berada di selatan.
"Setelah melihat itu kalian seharusnya tau kan harus melakukan hal apa??" Tanya Aldero tiba-tiba dari arah belakang.
Semuanya langsung meninggalkan tempat mereka berdiri, membuka jendela dan mengambil sapu terbang milik mereka, bahkan ada yang menuju jalur teleportasi. Stacey dan ketiga temannya bingung harus melakukan apa, hingga akhirnya mereka terdiam menunggu perintah dari Aldero.
"Kalian kesana juga, pergilah ke arah api menyala tersebut. Cari—"
Suara ledakan terdengar lagi dari arah yang sama,
"Pasti ada FREENITY disana, bersiap dan anggap ini latihan. Ingat jika kalian bertemu dengan FREENITY cepat hubungi aku, panggil saja namaku." Jelas Aldero dan pergi keluar begitu saja dengan terburu-buru bersama Meidiva yang senantiasa berada di sampingnya.
Stacey membawa tongkat sihirnya, sayangnya dirinya tak memiliki sapu terbang. Dengan percaya dirinya Stacey mengambil sembarang tongkat lalu mengalirinya dengan energi sihir dan boom, sesuai dugaan.
"Kita belum diajarkan tentang hal ini, tapi tak apa kita harus bergegas." Ujar Amanda.
Stacey dan teman dekatnya termasuk Jason pergi dengan cepat menuju tempat yang telah termakan api tersebut. Pemandangan terburuk akan kau lihat setelah sampai di kota ini.